DIABETES MELLITUS
DISUSUN OLEH :
SN202027
A. Definisi
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah dapat
menentukan apakah seseorang memderita Diabetes Mellitus atau tidak (Hasdinah, 2012).
B. Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes
melitus juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan
glukosa kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang belum
di ketahui (Smeltzer dan Bare, 2016). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah
penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh dapat
memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di
imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk trkena penkit diabetes melitus. Sebilan dari sepuluh orang gemuk
bepotensi untuk teserang diabets melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat obatan
Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pangkreas,
radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun sehingga tidak
ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk insulin.
Segala
jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena
diabetes melitus.
6. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam
tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM menurut Wijaya & Yessie
(2013) yaitu:
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam tubuh
meskipun kadar gula darah tinggi
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes lama,
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu sebagian besar gambaran
patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya
insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah dan akibat dari
berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria
karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asstenia aatau
kekurangan energi sehingga protein menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipergikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan
karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria.
Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan
kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyak
karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) timbul
sebagai akibat kehilangan kalori.
E. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada diabetes melitus tipe 2 akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 terbagi dua berdasarkan nama
terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2016).
a. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan
adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
b. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200
mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2017).
d. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien
diabetes melitus yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma
(PERKENI, 2017).
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita
diabetes mellitus meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar gula darah
yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia
merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar
insulin dapat menyebabkan terjadinya resiko kardiovaskular menjadi semakin
tinggi. Kadar insulin puasa >15 mU/mL akan meningkatkan resiko mortalitas
koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar
antara lain adalah pembulu darah jantung atau penyakit jantung koroner,
pembuluh darah otak atau strok, dan penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia
juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam
timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2016).
2) Komplikasi mikrovaskular
ditegakkan.
2. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk
akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe
penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali
glikemik.
4. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM Diperlukan
investigasi lebih lanjut yaitu:
1) Pemeriksaan GDP ≥ 126 mg/dl, GDS ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain
2) Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.
H. Penatalaksanaan medis
Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes melitus
tujuannya :
1. Jangka panjang : mencegah komplikasi.
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses
makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar
merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat
kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3. Olahraga/ latihan jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari
yang dimulai secara bertahap.Janis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun. Penderita juga
perlu meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih
memilih naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita
diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olah raga dimulai.
4. Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti
pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi.
I. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat:
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum
/ rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaforesis
11. Seksualitas:
Cenderung infeksi pada vagina.
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hipoglikemia/Hiperglikemia d.d
Mengeluh badan lemas, kepala pusing, lemah, mudah merasa lapar (D.0027)
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d faktor risiko ketidakseimbangan cairan
(D.0037)
3. Risiko Defisit Nutrisi d.d faktor risiko ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0032)
4. Risiko gangguan integritas jaringan d.d faktor risiko perubahan status nutrisi
(D.0139)
K. Kriteria Hasil & Intervensi
(4) Edukasi :
•
Ajarkan cara merawat kulit
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam
tindakan medis lainnya
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). 2018. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus.
Diabetes Care.
Gillani, S. W., Sulaiman S.A., Abdul, M.I.M., & Saad S.Y. 2018. Aqualitative study to explore the
perception and behavior of patients towards diabetes management with physical disability,
Diabetology & Metabolic Syndrome. Biomed Central.
Price dan Wilson. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. EGC. Jakarta
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Sri Setyowati dan Arita Murwani. 2016. Diabetes Mellitus di Indonesia. Buku Ajar Penyakit
Dalam Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Cetakan III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wijaya, A dan Yessie M Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperaatan Dewasa
Teori dan Catatan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.