Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH :

NOFIA RISCHI HANDAYANI

SN202027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2020/20201
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A.   Definisi

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang ditandai


 peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2016 ). diabetes melitus merupakan
suatu kelimpok penyakit atau gangguan metabolit dengan karakteristik hiperglikimia
yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya.
Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf,
jatung dan pembulu darah (PERKENI, 2017 dan ADA, 2018).
Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang

ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah dapat
menentukan apakah seseorang memderita Diabetes Mellitus atau tidak (Hasdinah, 2012).
B.   Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya tejadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes
melitus juga dapat terjadi karna gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan
glukosa kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karna kegemukan atau sebab lain yang belum
di ketahui (Smeltzer dan Bare, 2016). Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah
penyakit kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
1.   Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh dapat
memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi makanan berlebihan dan tidak di
imbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus.
2.   Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki peluang lebih
 besar untuk trkena penkit diabetes melitus. Sebilan dari sepuluh orang gemuk
 bepotensi untuk teserang diabets melitus.
3.   Faktor genetis

Diabetes melitus dapat diariskan orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
melitus akan dibawa oleh anak jika orangtuanya menderita diabetes nelitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucu cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.
4.   Bahan-bahan kimia dan obat obatan

Bahan bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pangkreas,
radang pada pangkreas akan mengakibatkan fungsi pankres menurun sehingga tidak
ada sekresi hormon hormon untuk pross metabolism tubuh termasuk insulin.
Segala
 jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
 pankreas.
5.   Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikro organisme dana virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
 pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena
diabetes melitus.
6.   Pola Hidup

Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam
tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
7.   Kadar kortikosteroid yang tinggi.

8.   Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

9.   Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

C.   Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien DM menurut Wijaya & Yessie

(2013) yaitu:

a.  Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)


Gejala yang paling utama yang dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin ( glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, eksresi ini akan
disertai
 pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih ( poliuria).
 b.  Polidipsia 
Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
 plasma hipertonik. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH ( antideuretik
hormone) dan menimbulkan rasa haus.

c.   Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam tubuh
meskipun kadar gula darah tinggi
d.   Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes lama,

katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk


menggunakan glukosa sebagai energi.
e.   Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody,

 peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan


 penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f.  Kelainan kulit
Kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya
 jamur.
g.   Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

Pada penderita DM regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya


 bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan
terutama perifer mengalami kerusakan.
h.   Luka yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur

makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
i.   Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh

hiperglikemia. Dapat dsebabkan juga kelainan pada korpus itreum.


D.   Patofisiologis

Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu sebagian besar gambaran
 patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya
insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah dan akibat dari
 berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi

insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria
karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
 badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asstenia aatau
kekurangan energi sehingga protein menjadi cepat lelah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipergikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis,
 penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan
karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal, maka timbul glukosoria.
Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan

kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyak
karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) timbul
sebagai akibat kehilangan kalori.
E.   Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada diabetes melitus tipe 2 akan menyebabkan
 berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 terbagi dua berdasarkan nama
terjadinya, yaitu : komplikasi akut dan komplikasi kronik (Smeltzer dan Bare, 2016).
a.  Komplikasi Akut
a.  Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan
 peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan
adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
 b.  Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion

gap (PERKENI, 2017).


C.  Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600- 1200
mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/mL), plasmaketon (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2017).
d.  Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien
diabetes melitus yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma
(PERKENI, 2017).
 b.  Komplikasi Kronis
1)   Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus terjadi akibat akteros


leorosis dari pembulu-pembulu darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plat
ateroma.Makroangiopati tidak spesifik pada diabetes mellitus namun dapat timbul

lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita
diabetes mellitus meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar gula darah
yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia
merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar
insulin dapat menyebabkan terjadinya resiko kardiovaskular menjadi semakin
tinggi. Kadar insulin puasa >15 mU/mL akan meningkatkan resiko mortalitas
koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar
antara lain adalah pembulu darah jantung atau penyakit jantung koroner,
 pembuluh darah otak atau strok, dan penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia
 juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam
timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2016).
2)   Komplikasi mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil


khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan neprovati
diabetik.Retinopati diabetic dibagi dalam dua kelompok, yaitu retinopati non-
 proliveratif dan retinopati pro-liveratif.  Retinopati non-proliveratif   merupakan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneorisma, sedangkan retinopati pro-
liveratif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan
ikat dan adanya hipoksiaretina. Seterusnya, neprovati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefrovati diabetic
ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati
dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada diabetes mellitus
mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar
seperti protein dapat masuk kedalam kemih (albuminoria). Akibat dari neprovatik
diabetic tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif dan upaya
 preventif pada nepropati adalah control metabolism dan control tekanan darah
(Smeltzer dan Bare, 2016).
3)    Neuropati

Diabetes neurovatik adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat

diabetes mellitus.Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati


terifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih
dahulu, lalu kebagian tangan. Neuropati beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar
dan
 bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit dimalam hari.Setelah diagnosis diabetes
mellitus ditegakan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi
adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
 perawatan kaki yang memadai akan menurunkan resiko amputasi. Semua
 penyandang diabetes mellitus yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi resiko ulkus kaki (PERKENI, 2017).
F.   Pathways
G.   Pemeriksaan penunjang

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2017), menjelaskan bahwa


 pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala khas DM
 berupa  polyuria (peningkatan pengeluaran urine),  polydipsia (peningkatan rasa haus) ,
 polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
 penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
1.   Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl diagnosis DM sudah dapat

ditegakkan.
2.   Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥  126 mg/dl juga dapat digunakan untuk

 pedoman diagnosis DM.


3.   Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat

akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe
 penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali

glikemik.
4.   Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.

Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal


 penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
 pengendalian.
5.   Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal

satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM Diperlukan
investigasi lebih lanjut yaitu:

1)   Pemeriksaan GDP ≥  126 mg/dl, GDS ≥  200 mg/dl pada hari yang lain
2)  Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl.
H.   Penatalaksanaan medis

Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan pasien diabetes melitus
tujuannya :
1.   Jangka panjang : mencegah komplikasi.

2.   Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala

DM Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :


1.   Edukasi

Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan


mengetahui faktor resiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes,
komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat
menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup
sehat dan pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukan lah suatu penyakit diluar kendalinya.
Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya. Edukasi
(penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
2.   Pengaturan makan (diit)

Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses
makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar

merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat
kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3.   Olahraga/ latihan jasmani

Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari
yang dimulai secara bertahap.Janis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun. Penderita juga
perlu meningkatkan aktivitas visik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih
memilih naik tangga ketimbang naik lift. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita
diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olah raga dimulai.
4.   Obat/Terapi Farmakologi

Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti
 pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi.
I.   Pengkajian

1.   Aktivitas / istirahat: 

Lemah, sulit bergerak/berjalan , kram otot, tonus otot menurun. 


2.   Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma,

 penurunan kekuatan otot 


3.  Sirkulasi: 
Adanya riwayat hipertensi, MCI 

Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas 


Ulkus, penyembuhan luka lama 
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada,
disritmia, krekles 
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung  4.  Integritas ego: 
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi 
Ansietas, peka rangsang 
5.   Eliminasi: 
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang 
Diare, nyeri tekan abdomen 
Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi 
Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya
asites 
6.   Makanan / cairan: 

Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /


karbohidrat 

Penurunan berat badan 


Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen  
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton). 
7.    Neurosensori : 

Pusing, pening, sakit kepala 


Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ),
kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang 
8.    Nyeri / kenyamanan: 

Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi 


9.  Pernafasan: 
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi 
Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen 
10. Keamanan: 

Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum
/ rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaforesis 
11. Seksualitas: 
Cenderung infeksi pada vagina. 
Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. 

J.   Diagnosa Keperawatan
1.   Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hipoglikemia/Hiperglikemia d.d

Mengeluh badan lemas, kepala pusing, lemah, mudah merasa lapar (D.0027)
2.   Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d faktor risiko ketidakseimbangan cairan

(D.0037)
3.   Risiko Defisit Nutrisi d.d faktor risiko ketidakmampuan mencerna makanan

(D.0032)
4.   Risiko gangguan integritas jaringan d.d faktor risiko perubahan status nutrisi

(D.0139)
K.   Kriteria Hasil & Intervensi

No Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipoglikemia (I.03115)
selama … x 24 jam diharapkan Observasi :
kestabilan glukosa darah meningkat •   Identifikasi tanda dan
(L.05022) dengan kriteria hasil : gejala hipoglikemia

•   Kadar glukosa darah dalam •   Identifikasi penyebab hipoglikemia


darah cukup memburuk (2)- Terapeutik :
cukup membaik (4) •   Berikan karbohidrat sederhana jika
•   Pusing sedang (3)-  perlu
cukup menurun (4) •   Berikan glukogen jika perlu
•   Mengantuk sedang (3)-cukup •   Berikan karbohidrat dan protein
menurun (4) sesuai diet
•   Lelah atau lesu sedang •   Pertahankan akses
(3)- cukup menurun (4) IV Edukasi :
•   Keluhan lapar (3) •   Ajarkan perawatan mandiri untuk
sedang- cukup menurun mencegah hipoglikemia
(4) Kolaborasi :
•   Berkeringat cukup meningkat •   Kolaborasi dengan dokter dalam
(2)-cukup menurun (4)  pemberian terapi dektrose, jika
2. Setelah dilakukan tindakan perlu Manajemen cairan (I.03098)

keperawatan selama … x 24 jam Observasi :


keseimbangan cairan dapat meningkat •  Monitor status hidrasi
dengan kriteria hasil (L.05020) Terapeutik :
•   Asupan cairan cukup menurun •   Catat intake-output dan hitung
(2)-cukup meningkat (4)  balance cairan 24 jam
•   Asupan makan cukup menurun •   Berikan cairan intavena
(2)-cukup meningkat (4) •   Berikan asupan
cairan Kolaborasi :
•   Kelembaban membrane •   Kolaborasi dengan dokter dalam
mukosa sedang (3)-cukup  pemberian diuretic, jika perlu
meningkat (4)
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119)
selama…x24 jam status nutrisi Observasi :

membaik (L.03030) dengan kriteria •   Identifikasi status nutrisi


hasil : •   Identifikasi kebutuhan kalori dan
•   Porsi makanan yang  jenis nutrient

dihabiskan menurun (1)- Terapeutik :


sedang (3) •   Sajikan makanan secara menarik
•   Kekuatan otot menelan cukup dan suhu yang sesuai
menurun(2)-sedang (3) •   Berikan makanan tinggi kalori
•   Berat badan cukup memburuk dan tinggi protein
(2)-sedang (3) Edukasi :
•   Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
•   Kolaborasi pemberian
antiemetic dengan dokter, jika

4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan perlu

selama…x24 jam kontrol risiko Pencegahan luka tekan (I.I4543)


Observasi :
meningkat (L.14128) dengan
•   Monitor berat badan dan
kriteria hasil :
•  Kemampuan mencari  perubahannya
informasi tentang faktor risiko •   Monitor status kulit harian

cukup menurun (2)-cukup Terapeutik

meningkat (4) •   Keringkan kulit yang lembab


akibat keringat
•   Kemampuan melakukan
strategi kontrol risiko cukup •   Gunakan barrier atau lotion

menurun (2)-cukup meningkat •   Ubah posisi setiap 1-2 jam

(4) Edukasi :
•  
Ajarkan cara merawat kulit
  Kolaborasi
 Kolaborasi dengan dokter dalam
tindakan medis lainnya
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2018. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus.
Diabetes Care.

Gillani, S. W., Sulaiman S.A., Abdul, M.I.M., & Saad S.Y. 2018. Aqualitative study to explore the
 perception and behavior of patients towards diabetes management with physical disability,
 Diabetology & Metabolic Syndrome. Biomed Central.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2017. Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2017 . Jakarta.

Price dan Wilson. 2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses –  Proses Penyakit.  EGC. Jakarta

Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,

edisi 8.  EGC : Jakarta

Sri Setyowati dan Arita Murwani. 2016.  Diabetes Mellitus di Indonesia. Buku Ajar Penyakit
 Dalam Edisi IV.  Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI : Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
 Indikator Diagnostik  Edisi 1. Cetakan III. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat

PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Wijaya, A dan Yessie M Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperaatan Dewasa
Teori dan Catatan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
 

Anda mungkin juga menyukai