Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

BERHUBUNGAN DENGAN DIABETES MILITUS TIPE II

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Program Profesi Ners

Disusun Oleh
Yakob Pieter Alfons
1490121016

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
A. LATAR BELAKANG
 Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi
cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (WHO,
2017). Menurut Internasional Diabetic Ferderation (IDF Atlas, 2015) bahwa prevalensi Diabetes
Mellitus terus meningkat tiap tahunnya. Saat ini terdapat 415 juta orang dewasa berusia 20-79
tahun dengan Diabetes Mellitus di seluruh dunia termasuk 193 juta yang tidak terdiagnosis. Pada
khir tahun 2015 terdapat 5.0 juta kematian, dan jika tidak dihentikan maka pada tahun 2040 akan
ada 642 juta orang yang akan hidup dengan terdiagnosis Diabetes Mellitus. Angka kejadian
Diabetes Mellitus Di Indonesia terus setiap tahun mengalami peningkatan. Indonesia merupakan
salah satu Negara yang menempati peringkat ke-7 dengan penderita Diabetes Mellitus sejumlah 10
juta penderita setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico. Menurut Rikesdas,
(2018) menyatakan bahwa angka kejadian dari Diabetes Mellitus khususnya di Provinsi Bali
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur cenderung mengalami peningkatan
prevalensi penderita Diabetes Mellitus dari 1.0% pada tahun 2013 menjadi 1.3% di tahun 2018.
 Menurut IDF (2015), sekitar 87% sampai 91% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia
yakni DM tipe 2. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya DM tipe 2 di antaranya usia >45
tahun, berat badan lebih (BBR >110% atau IMT >25 kg/m2, hipertensi (>140/90 mmHg), ibu dengan
riwayat melahirkan bayi >4000 gram, pernah diabetes sewaktu hamil, riwayat keturunan DM,
kolesterol HDL <35 mg/dl atau trigliserida >250 mg/dl, dan kurang aktivitas fisik (Bustan, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2010), aktivitas fisik adalah salah satu bentuk dari perilaku sehat yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Aktivitas fisik dapat mengontrol
gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada
orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi
ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah
glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).
B. PENGERTIAN
Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi dimana kadar glukosa
darah mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang normal yaitu
mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (PPNI, 2016). Hiperglikemi
merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat atau berlebihan.
Keadaan ini disebabkan karena stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu.
Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah dibawah normal,
terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang digunakan (Nabyl, 2009). Hiperglikemia
merupakan keadaan kadar glukosa dalam darah kliensaat pemeriksaan
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl
2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75
gram dan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl (Perkeni, 2015).
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan kadar
glukosa darah di bawah 60 hingga 50 mg/dl. (Wiyono, 2004).
C. ANATOMI FISIOLOGI
PANKREAS
A. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel
pada duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000 –
1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau langerhans jumlah
sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan
hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk
yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin.
Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti
amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan
somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu
(Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015) :
1) Sel Alfa - sekresi glukagon
2) Sel Beta - sekresi insulin
3) Sel Delta - sekresi somatostatin
4) Sel Pankreatik
B. Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena
diproduksi di pulau-pulau Langerhans di pankreas) adalah
sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida yang
mengatur metabolisme karbohidrat (glukosa - glikogen).
Dua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7
dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan 19 di rantai B (Guyton &
Hall, 2012).
 C. Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan respons tubuh
berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh
pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat
sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi
insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan
pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml, kecepatan
sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat badan. Namun
ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka sekresi
insulin akan meningkat yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012) :
1) Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadar
insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yang sudah
terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun, pada menit ke
5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai kira- kira setengah dari nilai
normalnya.
2) Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat kembali untuk
kedua kalinya yang disebabkan adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah
lebih dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang mensintesis
dan melepaskan insulin baru dari sel beta.
D.ETIOLOGI
Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II. Beberapa
hal yang dapat menyebabkan gangguan kadar glukosa
darah adalah resistensi insulin pada jaringan lemak, otot,
dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh hati, dan
kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan
kadar glukosa darah (hipoglikemia) biasanya muncul pada
klien diabetes melitus yang bertahun-tahun. Keadaan ini
terjadi karena mengkonsumsi makanan sedikit atau
aktivitas fisik yang berat (Bare & Smeltzer, 2002). Selain
kerusakan pancreas dan resistensi insulin beberapa factor
yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa
dalam darah adalah pola makan, aktivitas, dan
pengobatan klien DM tipe II (Soegondo, 2010).
E.PATOFISIOLOGI
Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin sebagai
patofisiologi kerusakan sentral pada DM Tipe II sehingga memicu ketidakstabilan
kadar glukosa darah hiperglikemi. Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan
glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma menjadi
tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi dari ambang
ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini menyebabkan diuresis osmotik
yang akan meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus
(polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi (Pri 2000). Pada gangguan sekresi
insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau
sedikit meningkat. Tapi, jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Tidak
tepatnya pola makan juga dapat mempengaruhi ketidakstabilan kadar glukosa
darah pada penderita DM tipe II. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
hipoglikemia terjadi akibat dari ketidakmampuan hati dalam memproduksi
glukosa.
F.
PENATALAKSANAAN
Apabila kadar glukosa tinggi maka harus diturunkan menjadi dalam
batas normal. Begitu pula sebaliknya apabila kadar glukosa darah turun
harus ditingkatkan agar menjadi normal.
1. Penatalaksanaan hiperglikemia
Penatalaksanaan hiperglikemia dimulai dengan diet, latihan, jasmani,
penyuluhan dan terapi insulin atau obat oral. Diet dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan glukosa pada tubuh. Manfaat latihan
jasmani adalah untuk mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin. Penyuluhan dilakukan agar masyarakat atau klien DM
Tipe II bisa lebih memahami mengenai penyakitnya sehingga mampu
mencegah komplikasi. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan
sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergency dengan
dekompensasi metabolik berat, misalnya : ketoasidosis, stres berat,berat
badan yang menurun dengan cepat, atau adanya keton uria, harus segera
dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier (Perkeni, 2015).
2. Penatalaksanaan hipoglikemia
Pasien yang mengalami hipoglikemia harus cepat mendapat
penanganan. Lakukan pengecekan kadar glukosa terlebih
dahulu untuk memastikan klienbenar mengalami hipoglikemia.
Apabila kadar glukosa darah klienrendah dan jika klienmasih
sadar dapat dilakukan sendiri oleh klien yaitu minum larutan
gula 10-30 gram. Untuk pasien tidak sadar dilakukan pemberian
injeksi bolus dekstrosa 15-25gram. Bila hipoglikemia terjadi
pada klienyang mendapat terapi insulin maka selain
menggunakan dekstrosa dapat juga menggunakaan injeksi
glucagon 1 mg intramuscular. Penggunaan glucagon diberikan
apabila dekstrosa intravena sulit dilakukan. Pada klien koma
hipoglikemia yang terjadi pada klien yang mendapat bolus
dekstrosa harus diteruskan dengan infus dekstros 10% selama
kurang lebih 3 hari. Jika tidak ada kemungkinan klien akan
koma lagi. Lakukan monitor glukosa darah 3-6 jam sekali dan
pertahankan kadarnya 90-180%mg (Wiyono, 2004).
LAPORAN KASUS
KETIDAK STABILAN KADAR GULA DARAH
 
 
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Profesi Ners
 
 

Disusun Oleh
YAKOB PITER ALFONS
1490121016
 
 
 
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2021
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien:
Nama : Ny.M
Tempat Tanggal Lahir/Umur : Bandung, 30 Maret 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Cleaning serfice
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bandung, Gang Amung RT 010/RW 003
Diagnosa Medis : Diabetes militus
Tanggal pengkajian : 2 Juni 2021
b.Identitas Penanggung Jawab:
Nama Penanggung Jawab : Tn.A
Hubungan Dengan Klien : Suami
Alamat : Bandung, Gang Amung RT 010/RW 003
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering merasakan, lemas, dan pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sering merasakan kesemutan, ngnantuk, lemas,
pusing, dan sering buang air kecil.
c. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Klien mengatakan pernah masuk rumah sakit tahun 2020 dengan
riwayat penyakit Gastritis, dan pada tahun 2019 dengan penyakit
DM.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa ayah dan ibunya perna mepunyai penyakit
hipertensi dan ibunya meninggal dikarenakan penyakit jantung
a. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal serumah

: Garis keturunan

: Hubungan perkawinan

: Meninggal
C. Pola Aktifitas Sehari-hari
No
Jenis Aktifitas Sebelum Sakit Selama Sakit
1.
Pola Makan dan Minum  
 
Makan  
- Nasi,tempe/tahu, sayur
- Jenis makanan - Nasi, sayur
- 4x / hari
- Frekuensi - 3x / hari
- Padat, berkuah
- Bentuk Makanan - Padat
- Tidak ada
- Makanan Pantangan - Tidak ada
- Tidak ada
- Gangguan/Keluhan - Klien mengeluh
Minum mual
- Air mineral, kopi, susu
- Jenis minuman - Air mineral, susu
- 8 gelas/ hari
- Frekuensi - 28 gelas/ hari
- 1000 ml
- Jumlah Minuman - 3000 ml
- Tidak ada - Tidak ada
- Gangguan/keluhan
2. Pola Eliminasi    
BAB    
- Frekuensi - 2 x sehari - 2 x sehari
- Jumlah
- Konsistensi dan Warna - Padat dan warna kuning - Padat dan warna kuning
- Bau - Bau khas - Bau khas
- Gangguan/Keluhan - Tidak ada - Tidakada
BAK
- Frekuensi - 6 x/hari - 13 x/hari

- Jumlah - 800 ml - 2500ml

- Konsistensi Warna - Kuning - Kuning

- Bau - Bau khas - Bau khas

- Gangguan/Keluhan - Tidak ada - Tidak ada


-  
3. Pola istirahat/tidur    
- Siang : (waktu, lama, - Jam 13:00, 1-2 jam, - Jam 13:00, 1-2 jam
kualitas/gangguan tidak ada gangguan sering terbangun
istirahat & tidur)   karena nyeri
- Malam : (waktu, - Jam 23:00 , 7 jam, - Jam 24:00 4-5 jam,
lama, kadang nyaman kadang kadang tidak bisa
kualitas/gangguan tidak nyaman tertidur karena faktor
istirahat & tidur) nyeri

4. Personal Hygiene    
- Mandi - 2 x / hari - 2 x / hari
- Cuci Rambut - 4 x/ minggu - 4 x/ minggu
- Gosok gigi - 4 x/ hari - 4 x/ hari
- Ganti Pakaian - Mandiri - Mandiri
- Gunting Kuku - Mandiri - Mandiri
- Gangguan / Masalah - Tidak ada gangguan - Tidak ada
5. Pola Aktifitas/latihan fisik    
- Mobilisasi/Jenis - Berjalan seperti - bisa berjalan seperti
aktifitas biasa/ mandi, makan biasanya namun
  dan membersihkan terkadang
  rumah, Setiap pagi membatasi aktifitas
  dan sore melakukan fisik karna kadang
  aktitas yang sama merasa pusing
- Waktu/lama/frekuensi
- Gangguan/masalah - Tidak ada masalah - Melakukan gerakan
miring kanan/kiri
terasa nyeri
 

6 Kebiasaan Lain    
Merokok - ya - ya
Alkohol - Tidak ada - Tidak ada
D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a. Tingkat Kesadaran:

- Kualitatif : Compos Mentis

- Kuantitatif : GCS : 15

b.Tanda-tanda Vital :

- Tekanan darah : 140/90 mmHg

- Nadi : 100 x/mnt

- Respirasi : 22 x/mnt

- suhu : 36,5o C

2. Data Fisik (Head to Toe)

a. Kepala dan Rambut

• Bentuk Kepala : Simetris

• Warna rambut : Hitam

• Texture : Halus

• Distribusi rambut : Merata

• Hygiene : Bersih

• Lesi : Sedikit berketombe

• Masa : Padat
b. Mata
• Bentuk : simetris
• Scelera : normal
• Konjungtiva : merah muda
• Pupil : normal
• Secret : tidak ada
• Fungsi penglihatan : normal
• Pergerakan bola mata : normal

c. Hidung
• Bentuk : simetris
• Secret : tidak ada
• Masa abnormal : tidak ada
• Fungsi penciuaman : normal
• Pernafasan : normal
• Cuping hidung : normal
d. telinga
• Bentuk : simetris
• Warna : sawo matang
• Lesi : bersih
• Curemen : tidak ada
• Fungsi pendengaran : normal

e. mulut
• Bentuk : simetris
• Mukosa oral : bersih
• Gigi : bersih, berwarna putih, lengkap
• Lidah : bersih
• Refleks : normal
• Hygine : bersih

f. Leher
• Peningkatan jvp : normal
• Tiroid : normal
• Rom : normal
g. Dada dan punggung
• Bentuk : simetris
• Pergerakan rongga dada : normal

h. Paru-paru
Tidak di kaji

i. Jantung
Tidak di kaji

j. Abdomen
• Bentuk : normal
• Turgor : normal
• Distensi : tidak ada
• Peristaltick: normal
• Kelainan organ dalam abdomen : tidak ada
k. Anus
tidak di kaji

l. Kulit
• Turgor : normal
• Suhu : 36*c
• Warna : putih
• Textur : halus
• Lesi : tidak ada
• Hygiene : bersih

3). Data penunjang


• A. Glukosa darah : 310mg/dl
• B. Laboratorium :-
• C. Radiology :-
• D. Pemeriksaan ekg dll: -
E. Data psiko-sosial-spritual
Data Psikologis

a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis : Klien sering merasa cemas dengan penyakit yang di derita

b. Persepsi klien terhadap penyakit : klien mengatakan biasa-biasa saja terhadap penyakitnya

c. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan : klien mengharapkan mendapatkan pelayanan


keperawatan yang baik

Data Social

d. Hubungan klien dengan orang lain (perawat/petugas kesehatan lain, klien lain, keluarga, masyarakat) :
klien mengatakan bahwa hubungannya dengan orang lain baik

e. Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat : klien mengatakan terlibat aktif dalam keluarga

Data Spiritual

Kegiatan keagamaan dan persepsi klien terhadap agama serta hubungannya dengan
kesehatan/keyakinan akan kesembuhan : klien mengatakan bahwa ia selalu mengikuti kegiatan keagaaman
dan klien mengatakan bahwa ia selalu berdoa meminta diberikan kesehatan dan umur panjang kepada
dirinya terutama untuk keluarganya. 
F. Analisa Data
No/Tanggal Data Etiologi Masalah
29/05/2021 DS : Resistensi insulin Ketidak stabilan kadar glukosa darah
Klien mengatakan sering
merasakan kesemutan, gnantuk,
lemas, pusing, dan sering buang air
kecil
DO :
- Klien tampak lemas
- Kadar glukosa darah
sewaktu : 310mg/dl
- TD : 140/90
mmHg
- N : 100 x/mnt
- R : 22 x/mnt
- S : 36,5o C

G. Perumusan Diagnosa keperawatan


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhungan dengan resistensi insulin.

H. Prioritas Masalah.
1.Ketidakstabilan kadar glukosa darah
NO Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. 1. Ketidak Tujuan : Setelah 1. Monitor kadar 1. Untuk mengetahui
stabilan kadar dilakukan tindakan glukosa darah. kadar glukosa
glukosa darah keperawatan selama dalamdarah
berhubungan 3x 24 jam diharapkan 2. Monitor tanda- 2. Untuk mengetahui
resistensi kadar glukosa dalam tanda dan gejala tanda - tanda hiper
insulin batasan normal. hiper glikemia : glikemia
kriteria hasil : poliuria, polidipsia,
1. Kadar glukosa darah polifagia, lemah,
dalam rentang kelesuan, malaise,
normal atau sakit kepala.
2. Klien melakukan 3. Monitor tanda-
terapi diet sehat tanda fital klien 3. untuk dapat
3. Klien mengerti mengetahui tanda-
dengan manajemen 4. Anjurkan untuk tanda fital klien klien
diabetes mellitus membatasi 4. Untuk menghindari
aktivitas ketika klien dari resiko
kadar gukosa darah cedera fisik.
lebih dari 250
mg/dl.

Anda mungkin juga menyukai