Disusun Oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Price & Wilson (2012) yaitu:
a. Manifestasi Klinik diabetes melitus
1) Poliuria
Terjadi karena hiperglikemik berat dan melebihi ambang ginjal untuk
glukosa, maka timbul glukosuria yang akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.
2) Polidipsi
Terjadi karena peningkatan pengeluaran urin sehingga kehilangan banyak
cairan, untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3) Polifagia
Rasa lapar yang semakin besar timbul sebagai akibat kehilangan kalori
karena glukosa hilang bersama urin
4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
5) Gangguan penglihatan
6) Gatal/bisul
7) Gangguan saraf tepi seperti kesemutan pada kaki
8) Gangguan ereksi
9) keputihan
b. Diabetes Melitus Tipe I
1) Didominasi oleh: poliuria, polidipsi, dan polifagia
4
2) Efek metabolik terus terjadi sehingga timbul penurunan berat badan dan
kelemahan otot
3) Tanda-tanda kimiawinya, meliputi: ketoasidosis, insulin plasma yang
rendah atau tidak ada kenaikan kadar glukosa plasma
c. Diabetes Melitus Tipe II
1) Biasanya pada usia lebih dari 40 tahun
2) Kadang-kadang obesitas
3) Kelainan metabolisme biasanya ringan
5. Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan
terdapat kurang lebih 200.000-1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60%-80% dari populasi
sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan.
Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas
seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin
(Dolenšek, Rupnik, & Stožer, 2015).
5
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon
yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi
gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan
arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan
dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan
glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi keduanya
(Dolenšek et al., 2015).
Insulin
Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml, kecepatan
sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat badan. Namun
ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka
sekresi insulin akan meningkat yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton &
Hall, 2014):
a. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadar
insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yang
sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun,
pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai kirakira
setengah dari nilai normalnya.
7
mengalami peningkatan yaitu 18% berisiko terjadi miokard infark dan sebanyak
29% mengalami stroke (Bilous & Donelly, 2015).
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi
nekrosis Kerusakan
Gangguan perfusi integritas kulit
jaringan
Pembedahan: amputasi
a. Komplikasi Akut
Terdapat 3 komplikasi akut utama pada klien DM berhubungan dengan
ketidak seimbangan singkat kadar glukosa darah, yaitu berupa:
hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, dan hiperglikemia hyperosmolar
nonketosis.
b. Komplikasi Kronis
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada klien DM saat
ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama.
Komplikasi jangka panjang mempengaruhi hampir semua system tubuh dan
menjadi penyebab utama ketidakmampuan klien. Kategori umum komplikasi
jangka panjang terdiri dari penyakit makrovaskuler dan penyakit
mikrovaskuler dan neuropati.
1) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler diabetes diakibatkan dari perubahan
pembuluh darah yang sedang hingga yang besar. Dinding pembuluh darah
menebal, sklerosis, dan menjadi oklusi oleh plaqe yang menempel di
dinding pembuluh darah. Biasanya terjadi sumbatan aliran darah.
Perubahan aterosclerotic ini cenderung dan sering terjadi pada klien usia
lebih muda, dan DM tidak stabil. Jenis komplikasi makrovaskuler yang
paling sering terjadi adalah: penyakit arteri koroner, penyakit
cerebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler pada klien DM melibatkan kelainan struktur
dalam membran dasar pembuluh darah kecil dan kapiler. Membran dasar
kapiler diliputi oleh sel endotel kapiler. Kelainan ini menyebabkan
membran dasar kapiler menebal, seringkali mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan. Perubahan membrane dasar diyakini disebabkan oleh
salah satu atau beberapa proses berikut; adanya peningkatan jumlah
sorbitol (suatu zat yang dibuat sebagai langkah sementara dalam
11
Sumber karbohidrat lain dapat diperoleh dari gula merupakan salah satu
sumber karbohidrat sederhana yang dicampur ke kopi, teh manis, susu dan
minuman lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat contohnya 1 (satu)
sendok makan susu kental manis: 71 kalori, gula termasuk dalam sumber
karbohidrat tetapi bukan sumber energi utama, Sumber energi utama adalah
karbohidrat kompleks (nasi, kentang, bihun, jagung, bihun, mie),
penggunaan gula yang terlalu banyak tidak dianjurkan, jika dikonsumsi
berlebihan bisa memicu berbagai masalah seperti Diabetes dan kegemukan,
satu sendok makan gula pasir sama dengan 10 gram (Soegondo et al., 2018).
c. Latihan Fisik (Olah Raga)
Diet dan olah raga harus dilakukan secara bersamaan, sebagai sarana untuk
mengontrol gula darah yang cukup ampuh bagi penderita DM. Disamping itu
olah raga juga membuat insulin bekerja lebih efektif, membantu menurunkan
berat badan, memperkuat jantung, serta mengurangi stress. Olah raga yang
sangat dianjurkan adalah olah raga aerobik, misalnya jalan, joging,
bersepeda, berenang. Prinsip yang harus diterapkan disini adalah: frekuensi,
intensitas dan tempo latihan seperti berikut (Soegondo et al., 2018):
1) Frekuensi latihan, 3-4 kali seminggu, dengan teratur. Selang sehari
sebaiknya digunakan untuk beristirahat atau pemulihan.
2) Intensitas latihan, sebaiknya dipilih yang sedang, yaitu sekitar 70% dari
detak jantung maksimal. Detak jantung maksimal seseorang adalah 220
dikurangi usia orang yang bersangkutan.
3) Tempo latihan, sebaiknya 30 sampai 60 menit setiap kali berolah raga.
4) Jangan lupa melakukan pemanasan (warming up), kegiatan ini dilakukan
sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan
berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan, menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut nadi secara perlahan-lahan, mengurangi
kemungkinan terjadinya cedera, lama pemanasan lima sampai sepuluh
menit, kemudian latihan inti (conditioning) pada tahap ini denyut nadi
14
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
l. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga
mulut dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara
palpasi maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah,
termasuk jari, pemeriksaan kulit dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda
penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan tidak patuh pada
rencana manajemen diabetes.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.
c. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia/
diuresis osmotik.
3. Intervensi Keperawatan
A. Pengkajian
Biodata Klien
1. Nama : Ny. Y
2. Umur : 37 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Raden Mahmud RT/RW. 004/002 Kel.
Mauk Timur Kec. Mauk
6. Status : Menikah
5. Keluarga terdekat : Suami
6. Diagnosa Medis : Gastritis
7. Tanggal Pengkajian : Selasa/09 Maret 2021
I. Anamnese
1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Pengkajian :
Nyeri ulu ati, mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sering nyeri ulu ati beberapa bulan terakhir.
3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Klien menyangkal kalau mempunyai riwayat
penyakit paru, jantung maupun penyakit yang lain.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien juga menyangkal jika ada keluarga yang
sakit.
19
20
5. Aktivitas Lain
21
Klien mengatakan jika terasa sakit ulu ati yang hebat, klien ijin bekerja
namun jika sehat atau nyeri ulu ati yang bisa ditahan klien kerja sebagai
buruh di pabrik.
Masalah Keperawatan : Tidak dapat beraktivitas rutin ketika sakit.
7. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis ( - ).
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba kuat.
c. Perkusi
Batas-batas jantung masih dalam batas normal antara linea strenalis kiri
dan dan kanan.
24
d. Auskultasi
BJ I terdengar tunggal, keras dan reguler.
BJ II terdengar tunggal, keras dan reguler.
Tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah.
8. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen cembung, massa/benjolan ( - ), kesimetrisan ( - ),
bayangan pembuluh darah vena ( - )
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 18-20 x/menit (Borborygmi ( - )
c. Palpasi
Palpasi Hepar : Hepar tidak teraba. Nyeri tekan kuadran abdomen kanan (
- ), nyeri tekan egigastrium/ulu ati (+), pembesaran ( - ), perabaan
( lunak), permukaan (halus), tepi hepar (tumpul ) .
Palpasi Lien : membuat garis bayangan Schuffer dari midclavikula kiri
ke arcus costae-melalui umbilicus-berakhir pada xias kemudian garis dari
arcus coastae ke xias dibagi delapan. Setelah dilakukan palpasi tidak ada
nyeri tekan pada garis Schuffer.
Palpasi Appendik :
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc. Burney, nyeri lepas (-), nyeri
menjalar kontralateral (- ).
Palpasi dan Perkusi:
Shiffing Dullnes ( - ), Undulasi ( - ), Tympani (+).
Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ). Ginjal tidak teraba.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : Tidak
ditemukan.
Masalah Keperawatan : Nyeri tekan egigastrum atau ulu ati.
9. Pemeriksaan Genetalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan terkait daerah kemaluan/genetalia.
25
Lingkar lengan :
(+) (+)
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
b. Menurut Agency for Health Care Policy and Research
No Intensitas Nyeri Diskripsi
2. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : Klien terlihat sedikit tidak
tenang, klien mengatakan keluarga sangat mendukung untuk percepat
kesembuhan dirinya. Klien merasa bahagia bila dapat berkumpul dengan
keluarga dalam keadaan sehat semua. Klien merasa tidak nyaman jika
penyakit maag nya kembali kambuh.
Masalah Keperawatan : Klien terlihat cemas.
3. Gaya Komunikasi
Saat berkomunikasi klien terlihat sedikit tidak nyaman namun klien mampu
menjawab apa yang ditanyakan perawat.
Masalah Keperawatan : klien terlihat tidak nyaman/cemas.
4. Pola Interaksi
Klien cukup terbuka saat berinteraksi.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah.
5. Pola Pertahanan
Klien mengatakan bila mendapatkan masalah klien akan berdiskusi dengan
suami.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah.
6. Dampak sakit
Klien merasa tidak enak/nyaman dengan suami karena pekerjaan rumah
semua dikerjakan oleh suami.
Masalah Keperawatan : Klien merasa tidak nyaman dengan kondisinya
karena sakit.
DO :
- Nyeri tekan pada daerah epigastrium/ulu ati
- Skala nyeri 6 saat ditekan
- Intensitas nyeri sedang
- Suhu 370C, Nadi 88x/mnt, Respirasi 20x/mnt,
TD: 120/70 mmHg
- Terapi saat ini : Antasid syrup 3x2 sendok obat
(sebelum makan), ranitidin 150 mg 2x1tab.
120/70 mmHg
- Tingkat kecemasan klien kategori sedang
- Klien terlihat tidak nyaman/cemas.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan 1) Kaji skala nyeri
b/d inflamasi tindakan keperawatan 2) Ukur TTV
mukosa selama 3x24 jam 3) Anjurkan makan makananan
diharapkan masalah
lambung lunak sedikit demi sedikit
keperawatan dapat
teratasi dengan kriteria dan minum minuman hangat.
hasil: 4) Ajarkan teknik reklasasi.
- Nyeri klien berkurang 5) Berikan jus pepaya
atau hilang 6) Kolaborasi dalam pemberian
- Skala nyeri 0. obat lambung.
- Klien dapat relaks.
- Keadaan umum klien
baik.
2. Ansietas b/d Setelah dilakukan 1) Berikan informasi yang akurat.
perubahan tindakan 2) Berikan lingkungan yang
status keperawatan tenang untuk istirahat.
kesehatan dan 1x24 jam ansietas pasien 3) Ajarkan teknik relaksasi.
nyeri. dapat berkurang dengan
kriteria hasil :
- Melaporkan berkurangnya
cemas dan takut.
- Mengungkapkan
mengerti tentang proses
penyakit
3. Intoleransi Setelah dilakukan 1) Observasi sejauh mana klien
aktivitas b/d tindakan keperawatan 1x24 dapat melakukan aktivitas.
kelemahan jam klien dapat beraktivitas
2) Berikan lingkungan yang
fisik kembali.
tenang.
Kriteria hasil :
Klien dapat beraktivitas 3) Jelaskan pentingnya
tanpa bantuan beraktivitas bagi klien.
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd
Rabu, 10/03/2021 15.00 Dx. 1, 3 1. Mengkaji skala nyeri klien Jam 18.30
(rentang 1-10) S:
2. Mengukur TTV P: klien mengatakan masih nyeri
3. Mengobservasi aktivitas klien Q: nyeri saat ditekan
4. Melatih relaksasi napas dalam R: nyeri di ulu ati
S: skala 4
16.30 Dx. 1 1. Memberikan jus pepaya T: hilang timbul
2. Memberikan Antasid syrup 2 Klien mengatakan senang ada teman
sendok obat (sebelum makan) mengobrol.
3. Menganjurkan makan makananan O:
lunak sedikit demi sedikit dan - TD: 120/70 mmHg, Nadi: 84x/menit, RR:
minum minuman hangat. 20x/menit, S: 36,80C
17.30 Dx. 1 1. Memberikan Ranitidin 150 mg 1 - Klien meminum jus papaya
tab setelah makan. - Klien makan bubur habis ¾ porsi.
2. Memberikan lingkungan yang - Klien terlihat senang.
tenang untuk istirahat - Klien lebih banyak duduk dibandingkan
berbaring
A:
1. Masalah
nyeri belum teratasi
2. Masalah
ansietas teratasi sebagian.
3. Masalah
intoleransi aktivitas belum teratasi.
P:
1. Observasi TTV
2. Kaji nyeri klien
3. Evaluasi latihan relaksasi napas dalam
31
32
Kamis, 11/03/ 2021 15.00 Dx. 1,2 1. Mengkaji skala nyeri klien Jam 18.30
(rentang 1-10) S:
2. Mengukur TTV P: klien mengatakan nyeri sudah
3. Mengobservasi aktivitas klien berkurang
4. Melatih relaksasi napas dalam Q: nyeri saat ditekan
R: nyeri ulu ati
15.30 Dx. 1,3 1. Mengajarkan cara membuat jus S: skala 3
papaya T: hilang timbul
2. Memberikan jus pepaya Klien mengatakan senang mengetahui
3. Memberikan informasi yang penyebab gastritis
akurat terkait gastritis O:
4. Menjelaskan pentingnya - TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR:
beraktivitas bagi klien. 20x/menit, S: 36,80C
16.30 Dx. 1 1. Memberikan Antasid syrup 2 - Klien meminum jus pepaya
sendok obat (sebelum makan) A:
2. Menganjurkan makan makananan 1. Masalah nyeri teratasi sebagian
lunak sedikit demi sedikit dan 2. Masalah ansietas teratasi.
minum minuman hangat. 3. Masalah intoleransi aktivitas teratasi.
17.30 Dx. 1 1. Memberikan Ranitidin 150 mg 1 P:
tab setelah makan. 1. Observasi TTV
2. Memberikan lingkungan yang 2. Kaji nyeri klien
tenang untuk istirahat 3. Evaluasi latihan relaksasi napas dalam
4. Motivasi klien untuk meminum jus pepaya
dan membuat sendiri.
Jum’at, 12/03/ 2021 15.00 Dx. 1 1. Mengkaji skala nyeri klien Jam 18.30 Payumi
(rentang 1-10) S:
2. Mengukur TTV P: klien mengatakan sudah tidak nyeri
33
Sabtu, 13/03/2021 11.00 Dx. 1 1. Mengkaji skala nyeri klien Jam 13.30
(rentang 1-10) S: Klien mengatakan
2. Mengukur TTV - Pagi tadi sudah tidak minum obat maag
3. Mengobservasi aktivitas klien sebelum dan sesudah makan
4. Memberikan jus pepaya - Setelah minum jus papaya perut terasa
adem dan nyaman
- Nyeri ulu ati sudah tidak ada
O:
TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR:
20x/menit, S: 360C
A:
Masalah nyeri teratasi
P:
Hentikan intervensi, anjurkan klien untuk
34
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2015). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses & praktik (Edisi 7). Jakarta: EGC.
Priyanto, S., & Suharyanti, E. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya ( Carica
Papaya ) Terhadap Tingkat Nyeri Kronis pada Penderita Gastritis di Wilayah
Puskesmas Mungkid. The 7th University Research Colloqium 2018, 353–365.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth (Edisi 12). Jakarta: EGC.
35