LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
2022/2023
KONSEP DASAR
14
A. PENGERTIAN
panjang, ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin,
gangguan fungsi hingga kegagalan organ, seperti mata, ginjal, saraf, jantung, dan
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi jika ada peningkatan
kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak menghasilkan insulin atau
diproduksi oleh pancreas kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa dari
aliran darah ke sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya
insulin atau ketidakmampuan sel tubuh untuk merespons insulin akan menyebabkan
kadar glukosa darah menjadi tinggi atau hiperglikemi, yang merupakan ciri khas
DM. Hiperglikemi jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, dapat
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi
Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan
Gambar 2.1
Anatomi Pankreas & Histologi Pulau Langerhans
Stozer, 2015).
Stozer, 2015) :
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang
lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula
darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah
16
dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada
nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi
2015).
2.2 Insulin
rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan
respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin
sel akan meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
kecepatan tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat
berdifusi ke sebagian besar sel tubuh tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk
pada
keadaan normal, dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall,
2012).
badan. Namun ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar
normal maka sekresi insulin akan meningkat yang berlangsung melalui 2 tahap
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadar
insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yang
sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun,
pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun sampai kira-
yang sudah lebih dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistem
enzim yang mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel beta.
a. Poliuri (banyak kencing) Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi
apabila kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah
yang tinggi akan dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar
glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang banyak.
banyak, maka penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga banyak
minum.
insulin mengelola kadar gula dalam darah sehingga penderita merasakan lapar
yang berlebihan.
18
d. Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah
cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak (Kemenkes RI, 2019a).
Keluhan lain penderita diabetes mellitus adalah lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita
(Decroli, 2019)
D. PATOFISIOLOGI
a. DM Tipe 1
insulin (IDDM). Pada IDDM terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pada
pasien IDDM membutuhkan suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan
mengalami lesi akibat dari mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu
dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan
kasus dapat dideteksi selama bertahun- tahun sebelum onset penyakit. Ketika sel
beta mati, maka ICCA akan menghilang kembali. Sekitar 80% pasien membentuk
lebih sering terjadi pada pembawa antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-
DR4), hal ini menunjukkan terdapat faktor predisposisi genetik (Silbernagl dan
Lang, 2014).
b. DM Tipe 2
DM tipe 2 atau bisa disebut juga dengan diabetes melitus yang tidak
terjadi dan terdapat defisiensi insulin relatif. Pelepasan insulin dapat normal atau
otot dan jaringan lemak. Akibatnya, akan terjadi resistensi insulin yang
2
0
karena faktor disposisi genetik meupakan faktor yang lebih penting. Seringnya
pelepasan insulin yang tidak pernah normal, maka beberapa gen telah
Diantara beberapa faktor tersebut, kelainan genetik pada protein yang memisahkan
faktor disposisi genetiknya kuat maka resiko mengalami NIDDM dapat terjadi
insulin relatif juga dapat disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor insulin
atau transmisi intrasel. Tanpa adanya disposisi genetik, diabetes dapat terjadi pada
perjalanan penyakit lain, seperti pankreatitis dengan kerusakan sel beta atau
yang cukup berat dapat meningkatkan pelepasan beberapa hormon yang telah
oleh beberapa hal seperti diabetes yang disebabkan karena neoplasma, penyakit
obat-obatan tertentu. Selain itu, kegagalan sistem endokrin dalam tubuh yang
Tidak hanya itu saja, namun beberapa penyebab lain seperti sindroma genetik lain
Prader Willi juga dapat berkembang menjadi diabetes sekunder atau termasuk
d. Diabetes Gestasional
dan penurunan sensitivitas insulin selama kehamilan yang merupakan efek dari
progesterone, Human placental lactogen (hPL) merupakan produk dari gen hPL-
2
2
A dan hPL-B yang disekresikan ke sirkulasi maternal dan janin. Hormon hPL ini
akan terpengaruh oleh kadar glukosa dan akan meningkat 10x lipat, yang
membentuk glukosa yang dibutuhkan oleh janin. Asam lemak ini berfungsi
berperan dalam regulasi metabolisme maternal dan resitensi insulin selama kehamilan.
visfatin dan apelin ini diproduksi intrauterine. Adiponektin ini mempunyai efek sensitisasi
insulin dengan cara menurunkan trigliserida jaringan yang mengganggu aktivasi insulin-
serta uptake glukosa. Selain itu, TNF-alpha juga merupakan predictor dari resistensi
insulin selama kehamilan dan ditemukan konsntrasinya rendah pada awal kehamilan, dan
menjadi tinggi pada akhir kehamilan. Hal ini sejalan dengan sensitivitas insulin yang terus
menurun pada akhir kehamilan. Sebagai tambahan, TNF-alpha ini juga menurunkan kadar
E. KOMPLIKASI
Pada DM yang tidak terkendali atau tidak segera ditangani dapat terjadi
diabetes lebih panjang dan diabetes dapat dikontrol lebih lama. Komplikasi kronis
Stroke
Hipertensi
Penyakit paru
Infeksi
F. PATHWAYS
DM TIPE I DM TIPE II
Defisit insulin
Nyeri
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
komprehensif.
1) Riwayat penyakit
2) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan jantung.
f) Pemeriksaan kulit.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. Keluhan utama
kesadaran.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan
menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan,
kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda:
takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma
menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata
cekung.
2
7
c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda :
urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor
aseton
pada wanita
lesi/ulserasi/ulku
I. DIANOSA KEPPERAWATAN
Setelah
1. Defisit Volume
Cairan berhubungan
dengan Kehilangan
volume cairan secara
aktif, Kegagalan
dilakukan
tindakan
mekanisme
pengaturan
keperawatan …x
24 jam, status
2
9
kenyamanan
pasien membaik
dengan dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
mengeluh nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
protektif
d. Tidak gelisah
e. Kesulitan
3
0
tidur menurun
f. Frekuensi nadi
membaik
g. Melaporkan
nyeri terkontrol
h. Kemampuan
mengenali onset
nyeri
meningkat
i. Kemampuan
mengenali
penyebab nyeri
meningkat
3
1
j. Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan …x
24 jam, status
kenyamanan
pasien membaik
dengan dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
3
2
mengeluh nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
protektif
d. Tidak gelisah
e. Kesulitan
tidur menurun
f. Frekuensi nadi
membaik
g. Melaporkan
nyeri terkontrol
3
3
h. Kemampuan
mengenali onset
nyeri
meningkat
i. Kemampuan
mengenali
penyebab nyeri
meningkat
j. Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
3
4
tindakan
keperawatan …x
24 jam, status
kenyamanan
pasien membaik
dengan dengan
kriteria hasil :
a. Tidak
mengeluh nyeri
b. Tidak
meringis
c. Tidak
bersikap
3
5
protektif
d. Tidak gelisah
e. Kesulitan
tidur menurun
f. Frekuensi nadi
membaik
g. Melaporkan
nyeri terkontrol
h. Kemampuan
mengenali onset
nyeri
meningkat
i. Kemampuan
3
6
mengenali
penyebab nyeri
meningkat
j. Kemampuan
menggunakan
teknikno
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan …x
24 jam, status
kenyamanan
pasien membaik
3
7
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan …x
24 jam, status
kenyamanan p
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam
diharapkan klien dengan diagnosa kelebihan volume cairan
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Fluid balance
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign dalam batas normal
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskan indikator kelebihan cairan
S
2. Nyeri akut
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia