DIABETES MELITUS
Disusun Oleh:
RODY PRATAMA, S. Kep
113063J121048
1
I. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat. ( Price and Wilson, 2000 )
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer
and Bare,2000)
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
II. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100
gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan
duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya
insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di
sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah
lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa.
2
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
3
peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa
darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang
tinggi yaitu
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi
insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di
absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati
dengan bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan
glukosa darah normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang
rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang
simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh
kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi
terhadap hypoglikemia berat.
4
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi
glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada
sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu
penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah
pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat
banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi
glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
III. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi
mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah
terjadinya DM tipe 1 Ini ditemukan pada individu yang
mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus /
NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
5
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor
resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas
65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk
asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terjadinya diabetes tipe II disbanding dengan golongan
Afro-Amerika
( Smeltzer and Bare, 2000 )
IV.KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
1) Gemuk
2) Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu
1) Penyakit pancreas
2) Hormonal
3) Obat atau bahan kimia
4) Kelainan reseptor
5) kelainan genital dan lain-lain
6
(Suyono, et al 2001)
7
makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin.
Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel
sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit
meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami
sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi,
luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi ).
( Smeltzer and Bare, 2000 )
8
Lingkungan, Genetik , Imunologi,Obesitas, Usia
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kekurangan volume cairan Neuron
Mata
Parestesi, kebas,
kesemutan
Penurunan perfusi retina, pengendapan
sorbitol (lensa keruh
Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan
9
VI.TANDA DAN GEJALA
1. Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
2. Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri
dan keadaan katabolis
3. Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
4. Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia,
selaput lendir, dan kekencangan kulit buruk
5. Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar
hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan
syok
6. Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan
berat badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
(Paramita, 2011)
1. Gejala klasik :
a. Poliuri
b. Polidipsi
c. Polifagi
2. Penurunan Berat Badan
3. Lemah
4. Kesemutan, rasa baal
5. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
6. Keluhan impotensi pada laki-laki
7. Keputihan
8. Infeksi saluran kemih
(Suyono, et al 2001)
10
VII. KOMPLIKASI
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam
hari diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada
pagi hari antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan
peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
Penyakit vaskuler perifer
Stroke
b. Mikroangiopati
Retinopati
Nefropati
Neuropati diabetic
(Price and Wilson, 2000)
11
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau
menggunakan enzim glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif
jika didapatkan glukosa dalam urin.
(Carpenito, 2011)
IX. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi
terjadi komplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada
setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan
dasar dari penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin,
mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat
menurunkan kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
12
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
1) Sulfonaria
a) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
b) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
c) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
d) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
e) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
f) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
2) Biguanid
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek
samping obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi /
hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata ,
hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
(Smeltzer and Bare, 2000)
13
X. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot
menurun, Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea,
letargi, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi ;
Adanya riwayat hipertensi, MCI, Klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas Ulkus, penyembuhan luka lama, Takikardi, perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak ada,
disritmia, krekles, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
3. Integritas ego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi, Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi ;
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen, Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut
dan berbau bila ada infeksi, Bising usus melemah atau turun, terjadi
hiperaktif ( diare ), abdomen keras, adanya asites
5. Makanan / cairan ;
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan berat badan, Haus dan
lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi
abdomen, Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis /
manis, bau buah (nafas aseton ).
6. Neurosensori :
Pusing, pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parastesia, gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk,
stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ), kacau mental,
reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
7. Nyeri / kenyamanan ;
14
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
8. Pernafasan :
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi, Frekuensi pernafasan
meningkat, merasa kekurangan oksigen
9. Keamanan :
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya
kekuatan umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk
otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam) ,demam, diaphoresis
10. Seksualitas :
Cenderung infeksi pada vagina. Masalah impotensi pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
15
XII. INTERVENSI
1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin
Tujuan : Ketidakstabilan gula darah membaik
Kriteria hasil :
a. Kestabilan kadar glukosa darah membaik
b. Status nutrisi membaik
c. Tingkat pengetahuan meningkat
Intervensi :
a. Observasi
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
3) Identifikasi pengobatan yang direkomendasi
b. Terapeutik
4) Berikan asupan cairan oral
5) Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan
dengan baik dan benar
d. Edukasi :
1) Ajurkan kepatuhan terhadap diet
2) Jelaskan mamfaat dan efek samping pengobatan
3) Anjurkan mengosomsi obat sesuai indikasi
e. Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian insulin
2) Edukasi program pengobatan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
defisiensi insulin, penurunan intake oral, status hipermetabolisme
Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:
a. BB stabil
b. BB mengalami penambahan ke arah normal
Intervensi :
a. Mandiri :
16
1) Timbang BB setiap hari sesuai indikasi
2) Tentukan program diet dan pola makan klien
3) Auskultasi bising usus, catat adanay nyeri , mual muntah
4) Berikan makanan oral yang mengandung nutrient dan
elektrolit sesuai indikasi
5) Observasi tanda – tanda hipoglikemi
b. Kolaborasi :
1) Pantau kadar gula darah secara berkala
2) Kolaborasi ahli diet untuk menentukan diet pasien
3) Pemberian insulin / obat anti diabetik
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuretic
osmotic, kehilangan cairan gastric berlebihan , pembatasan cairan
Tujuan : klien memperlihatkan status hidrasi adekuat
Kriteria Hasil :
a. TTV stabil dan dalam batas normal
b. Nadi perifer teraba
c. Turgor kulit dan pengisian akpiler baik
d. Output urin tepat
e. Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
f. Mandiri
1) Kaji riwayat muntah dan diuresis berlebihan
2) Monitor TTV, catat adanya perubahan TD ortostatik
3) Kaji frekunsi, kwalitas dan dan pola pernafasan, catat
adnya penggunaan otot Bantu, periode apnea, sianosis,
4) Kaji suhu, kelembapan, warna kulit
5) Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa
6) Monitor intake dan output cairan, catat BJ urin
g. Kolaborasi
1) Pemeriksaan Hb, Ht, BUN, Na, K, Gula Darah
2) Pemberian terapi cairan yang sesuai (Nacl, RL, Albumin)
17
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi,
penurunan fungsi lekosit, perubahan sirkulasi
Tujuan : klien terhindar dari infeksi silang
Kriteria hasil:
a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan
resiko infeksi
b. Klien mendemonstrasiakn tehnik gaya hidup untuk mencegah
infeksi
Intervensi :
c. Mandiri
1) Observasi tanda – tanda infeksi seperti panas, kemerahan,
keluar nanah, sputum purulen
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cucui tanganyang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan klien,
termasuk klien sendiri
3) Pertahankan tehnik aseptic pada setiap prosedur invasif
4) Lakukan perawatan perineal dengan baikdan anjurkan
klien wanita untuk membersihkan daerah perineal dengan
dari depan ke belakang
5) Berikan perawatan kulit secara teratur, masase daerah
yang tertekan , jaga kulit tetap kering
6) Auskultasi bunyi nafas dan atur posisi tidur semi fowler
7) Lakukan perubahan posisi dan anjurkan klien untuk batuk
efektif / nafas dalam bila klien sadar / kooperatif
8) Bantu klien melakukan oral hygiene
9) Anjurkan makan dan minum adekuat
d. Kolaborasi
1) Pemeriksaan kultur dan sensitivity test
2) Pemberian antibiotik yang sesuai
5. resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan zat kimia endogen, ketidakseimbangan elektrolit,
glukosa, insulin
18
Tujuan : persepsi sensori klien adekuat
Kriteria hasil :klien dapat mengobservasi adanya kerusakan
persepsi sensori
Intervensi :
a. Mandiri :
1) Orientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu
2) Pantau TTV dan status mental
3) Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari
4) Jadwalkan intervensi keperawatan yang tidak
mengganggu istirahat klien
5) Lindungi dari cedera, pasang pagar tempat tidur, dan
bantal pada pagar
6) Evaluasi lapang pandang penglihatan
7) Kaji keluhan parestesia, nyeri / kehilangan sensori pada
kaki, kaji danya ulkus, kehilangan denyut nadi perifer
8) Bantu klien dalam ambulasi / perubahan posisi
b. Kolaborasi
1) Pemeriksaan laboratorium : gula darah, osmolalitas darah,
Hb,Ht, ureum kreatinin
2) Pemberian obat-obatan yang sesuai
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi,
misinterpretasi pengobatan
Tujuan : klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala serta proses penyakit
b. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
Intervensi :
a. Mandiri
19
1) Diskusikan topik utama seperti tanda dan gejala,
penyebab, proses penyakit serta komplikasiyang sesuai
dengan tipe DM klien
2) Diskusikan rencana diet, penggunaan makanan tinggi
serat, dan manajemen diet
3) Buat jadwal aktifitas yang teratur, kaitkan dengan
penggunaan insulin
4) Identifikasi gejal hipoglikemi, jelaskan penyebab dan
penanganannya
5) Anjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas
6) Diskusiakn tentang pentingnya kontro untuk pemeriksaan
gula darah, program pengobatan dan diet secara teratur
7) Diskusikan tentang perlunya program latihan
8) Berikan informasi tentang perawatan sehari-hari missal
perawatan kaki
20
DAFTAR PUSTAKA
21