H
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP
BULIAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI
Disusun Oleh
NAMA : Eva Dwifitria
NIM : G1B220027
KELOMPOK :1
PEMBIMBING AKADEMIK :
2020
1. Diabetes Melitus A. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang
mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1995). Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit
kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO). Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis
yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang
bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel
alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon,
dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
1. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan
oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam
amino
yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah
glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml. Mekanisme
untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
C. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan
kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
D. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes
(JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset
Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu : a) Non obesitas
b) Obesitas
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
H. Komplikasi
1. Akut
a) Hypoglikemia
b) Ketoasidosis
c) Diabetik
2. Kronik
a) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik,
nefropati diabetic.
c) Neuropati diabetic.
I. Pemeriksaan Diagnostik
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
1. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan
bola mata cekung.
3. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes
Mellitus yaitu :
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi dan utilisasinya).
c. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
d. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
e. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Intervensi :
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
Tujuan :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
c. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
b. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
c. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
d. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan
jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.
D. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada
tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya
berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi.
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses
pengumpulan data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian
tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian
pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan
dilakukan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang
utama) :
1. Melaksanakan prosedur keperawatan
2. Melakukan observasi
3. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
4. Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan
berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang
telah ditetapkan.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :
1. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?
2. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?
3. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa
?
4. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
5. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat
dipertahankan sesuai kebutuhan ?
6. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan
perawatannnya sendiri ?
7. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?
3. Konsep Ulkus Diabetikum A.
Definisi Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk dari komplikasi kronik
penyakit diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit
yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Frykberb, 2002).
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit akibat
adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan neuropati
perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga klien sering tidak
merasakan adanya luka, luka terbuka dapat berkembang menjadi infeksi
disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Waspadji, 2009). Ulkus
kaki pada klien diabetes mellitus yang telah berlanjut menjadi
pembusukan memiliki kemungkinan besar untuk diamputasi (situmorang,
2009).
B. Etiologi
Menurut Suriadi (2007) dalam Purbianto (2007); Robert (2000) penyebab
dari luka diabetes antara lain:
1) Diabetik neuropati
Diabetik neuropati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes
mellitus yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada
kondisi ini sistem saraf yang terlibat adalah saraf sensori, motorik
dan otonom. Neuropati perifer pada penyakit diabetes meliitus dapat
menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan
autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan kelemahan
otot, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat
menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes,
claw toes, kontraktur tendon achilles) dan bersama dengan adanya
neuropati memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut
sensoris yang terjadi akibat rusakanya serabut mielin mengakibatkan
penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus
kaki. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi
simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya
fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan
autonom memudahkan terjadinya artropati Charcot (Cahyono,
2007).
2) Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya
arteriosklerosis dan ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi
penurunan elastisitas dinding arteri sedangkan pada aterosklerosis
terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri berupa; kolesterol,
lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium. Faktor yang
mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan
hipertensi.
3) Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak
disadarinya trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil
atau trauma yang berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit
menyebabkan tekanan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
ulserasi pada kaki.
4) Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes
mellitus, infeksi biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia
merusak respon immunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal
melawan patogen yang masuk, selain itu iskemia menyebabkan
penurunan suplai darah yang menyebabkan antibiotik juga efektif
sampai pada luka.
C. Klasifikasi Ulkus diabetic
Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik dikenal saat ini
seperti, klasifikasi Wagner, University of Texas wound classification
system (UT), dan PEDIS ( Perfusion, Extent / size, Depth / tissue loss,
Infection, Sensation ). Klasifikasi Wagner banyak dipakai secara luas,
menggambarkan derajat luas dan berat ulkus namun tidak
menggambarkan keadaan iskemia dan pengobatan. Kriteria diagnosa
infeksi pada ulkus kaki diabetik bila terdapat 2 atau lebih tanda-tanda
berikut : bengkak, indurasi, eritema sekitar lesi, nyeri lokal, teraba hangat
lokal, adanya pus (Bernard, 2007 ; Lipsky dkk.,2012). Infeksi dibagi
dalam infeksi ringan (superficial, ukuran dan dalam terbatas), sedang
(lebih dalam dan luas), berat (disertai tanda-tanda sistemik atau gangguan
metabolik). Termasuk dalam infeksi berat seperti gas gangren, selulitis
asenden, terdapat sindroma kompartemen, infeksi dengan toksisitas
sistemik atau instabilitas metabolik yang mengancam kaki dan jiwa
pasien (Zgonis dkk., 2008).
Klasifikasi Wagner ( dikutip dari Oyibo dkk., 2001).
Grade 0 : Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi.
Grade I : Ulkus superfisial terlokalisir.
Grade II : Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligamen, otot,sendi,
belum mengenai tulang, tanpa selulitis atau abses.
Grade : Gangren jari kaki atau kaki bagian distal. Grade V Gangren
IV seluruh kaki.
D. Patofisiologi
Dalam robert (2000); Soeparman (2004) neuropati sensori perifer dan
trauma merupakan penyebab utama terjadinya ulkus. Neuropati lain yang
dapat menyebabkan ulkus adalah neuropati motorik dan otonom.
Neuropati adalah sindroma yang menyatakan beberapa gangguan pada
saraf. Pada pasien dengan diabetes beberapa kemungkinan kondisi dapat
menyebabkan neuropati:
1) Pada kondisi hiperglikemia aldose reduktase mengubah glukosa
menjadi sorbitol, sorbitol banyak terakumulasi pada endotel yang
dapat mengganggu suplai darah pada saraf sehingga axon menjadi
atropi dan memperlambat konduksi impuls saraf.
2) Pengendapan advanced glycosylation edn-product (AGE-P)
menyebabkan penurunan aktifitas myelin (demielinasi). Neuropati
sensori menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas terhadap
tekanan atau trauma, neuropati motorik menyebabkan terjadinya
kelainan bentuk pada sendi dan tulang. Neuropati menyebabkan
menurunnya fungsi kelenjar keringat pada perifer yang
menyebabkan kulit menjadi kering dan terbentuknya fisura. Penyakit
vaskuler yang terdiri dari makroangiopati dan mikroangiopati
menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah pada organ.
Adanya neuropati, penyakit vaskuler dan trauma menyebabkan
terjadinya ulkus pada ekstremitas.
Selain neuropati penyakit peripheral vascular desease (penyakit vascular
perifer) juga menjadi penyebab terjadinya ulkus. Penyakit vascular
perifer terjadi dari dua, yaitu:
1) Mikroangiopati yang merupakan kondisi dimana terjadi penebalan
membran basalis kapiler dan peningkatan aliran darah sehingga
menyebabkan edema neuropati.
2) Makroangiopati, yaitu terjadinya ateriosklerosis yang menyebabkan
penurunan aliran darah (iskemia). Trauma dan kerusakan respon
terhadap proses infeksi menjadi penyebab terjadinya luka diabetes
selain neuropati dan penyakit vaskuler perifer.
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Suddarth, 2014)gangren diabetik akibat mikroagiopatik
disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis daerah akral itu
tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
terabapulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada
telapak kaki. Proses mikro angiopatik menyebabkan sumbatan pembuluh
darah sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 4P
yaitu:
1) Pain (nyeri)
2) Paleness (kepucatan)
3) Parethesia (parestesia dan kesemutan)
4) Paralysis ( lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul gambaran klinis:
1) Staduim I : asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
2) Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
3) Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
4) Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
(Bunner & Suddarth, 2005).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ulkus diabetikum mencakup beberapa aspek yaitu
kendali metabolik, kendali vaskular, kendali luka, kendali tekanan,
kendali infeksi, dan edukasi mengenai perawatan kaki mandiri.
Langkah awal penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah
mengklasifikasikan luka tersebut. Klasifikasi yang umum digunakan
adalah klasifikasi Wagner, yang dapat membantu menentukan intensitas
dan durasi terapi.
Lesi : Pasien di kategori ini memerlukan konseling atau edukasi
Grade 0 mengenai perawatan kaki yang baik, terutama pada
pasien dengan neuropati.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Suddarth, 2014), pemeriksaan diagnostik pada ulkus
diabetikum adalah:
1) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-),
kalus, claw toe.
Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
b. Palpasi
• Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
• Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
• Ulkus : kalus keras dan tebal
2) Pemeriksaan radiologis : ga s subcutan, benda asing, asteomielitis 3)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200mg/dl, gula darah puasa
. 120mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
b. Urine, pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedct ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat memalui perubahan warna urine ( hijau , kuning,
merah , dan merah bata )
c. Kultur pus, mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
d. Pemeriksaan radiologis
Gas subkutan, benda asing, oateomietitis
e. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
• Pemeriksaan darah, pemeriksaan darah meliputi : GDS >
200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl dan 2 jam post
prandial
>200 mg/dl.
• Urine, pemeriksaan didaptkan adnya glokusa dalam urine.
Pemeriksaan dilaukan dengan cara benedict(reduksi).
Hasilnya dapatdilihat melalui perubahan warna pada urine
hijau (+), kunig (++), merah (+++) dan merah bata (++++)
• Kultur pus, mengetahui jenis kuman pasa luka dan
memberikan antibiotik yang sesuai jenis kuman.
9) Pemeriksaan
penunjang Kadar
glukosa
a. Gula darah sewaktu atau random >200 mg/dl
b. Gula darah puasa atau nuchter >140 mg/dl
c. Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
d. Aseton plasma jika hasil (+) mencolok
e. Asam lemak bebas adanya penignkatan lipid dan kolestrol
Osmolaritas
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut diagnosa keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan
yang dapat diambil pada pasien dengan Ulkus Diabetikum adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis, agens cedera
kimiawi, agens cedera fisik.
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agens cedera
kimiawi, gangguan metabolisme.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi
leukosit/gangguan sirkulasi
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
kurang sumber pengetahuan.
C. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan bebas dari
nyeri. Intervensi:
a. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (kompres hangat)
b. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan
nyeri
(pemberian analgesik)
c. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri, dan
faktor pencetus
d. Modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien (mengalihkan fokus pasien dengan bercerita)
2) Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Ulkus DM
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan meningkatkan
integritas jaringan yang baik.
Intervensi:
a. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada
luka
b. Berikan perawatan ulkus pada kulit
c. Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak
beracun
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala
infeksi
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi
leukosit/gangguan sirkulasi Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan terhindar dari
resiko infeksi Intervensi:
a. Batasi pengunjung
b. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
c. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
d. Ganti peralatan per pasien.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan
mempertahankan kulit yang bersih Intervensi:
a. Berika balutan sesuai dengan jenis luka
b. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
c. Berikan rawatan insisi pada luka, oleskan salep yang sesuai
dengan lesi.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
kurang sumber pengetahuan Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dan keluarga akan
meningkatkan pengetahuan tentang proses penyakit Intervensi:
a. Kenali pengetahuan pasien dan keluarga
b. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
c. Identifikasi kemungkinan penyebab
d. Berikan penyuluhan kesehatan pada pasien dan keluarga
D. Implementasi Keperawatan
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa implementasi pada pasien
ulkus diabetikum, antara lain :
1) Pengobatan
Perawatan luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara
lain:
• Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
• Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
• Dukungan kondisi klien atau host ( nutrisi, control diabetes
melitus dan control faktor penyerta )
• Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2) Perawatan luka diabetik
• Melakukan perawatan mencuci luka
• Melakukan Debridement pada luka
• Kolabora pemberian terapi antibiotikka
E. Evaluasi
Menurut (Mansyoer 2000), proses penyembuhan luka dibagi menjadi
beberapa fase yaitu :
1) Fase inflamasi
Fase ini berlangsung pada hari kelima , masih terjadi perdarahan dan
peradangan dan belum ada kekuatan pertautan luka.
2) Fase proliferasi
Pada fase ini luka di isi oleh sel-sel radang, fibrolas, serat kolagen,
kapiller baru sehingga mebentuk jaringan kemerahan dengan
permukaan tidak rata atau disebut dengan jaringan granulasi atau
proses pendeasaan jaringan.
3) Fase reabsorbsi
Pada fase ini tanda radang sudah hilang parut di sekitarnya pucat, tak
ada rasa sakit dan gatal. Proses penyembuhan luka baikdn berhasil
apabila penatalaksanaan secara medis dilakukan pada kondisi lukan
infeksi harus di perhatikan
DAFTAR PUSTAKA
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi ± 8 gelas sehari ±4 gelas sehari
Jumlah (cc) ± 1 Liter/hari ± 350 cc
Jenis Air mineral Air mineral
Data Tambahan lain - -
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 75 kg
Saat sakit : 70 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100% BB
sblm skt
3. Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 1 jam Sulit tidur (sering
terbangun)
Skor
1 : Mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan
alat 4 : Tergantung/tidak mampu
5. Pola konsep diri
a. Body image : Klien mengatakan menyukai semua bagian
tubuhnya, meskipun di kakinya terdapat ulkus,
namun klien dapat memahami keadaan tersebut.
Klien mengatakan semua titipan Allah harus
disyukurin
b. Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera bisa beraktivitas
dan berkumpul bersama anggota keluarga
6. Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Sebelum Sakit Saat Sakit
Urin
Frekuensi/hari 5-6x/hari Klien meggunakan
kateter
Balance Cairan
Pemeriksaan Jenis (cc) Total
Intake Makan: 200 cc 2.300 cc
Minum: 350 cc
Infus: 1.500 cc
Transfusi: 250 cc
IWL: 10cc x 70 kg =
Balance Cairan Total intake-total 2.300 – 1.200 =
output 1.100
9. Pola Koping
a. Pola koping : Klien mengatakan selalu terbuka dan
berbagi cerita dengan suami dan anak-anaknya
b. Pola peran dan berhubungan : Klien berhubungan baik dengan orang
disekitarnya
c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 72x/i
b. Suhu : 36.5˚C
c. RR : 18x/menit
d. Tekanan Darah : 110/60mmHg
e. Nyeri
- Palliative : Nyeri pada kaki kiri (ulkus diabetic), dan nyeri
pada abdomen
- Quality : Nyeri terasa seperti ditusuk tusuk dan sering kesemutan
pada kaki kiri
- Region : Kaki kiri dan abdomen
Depan Belakang
3. Kepala :
• Kulit : Bersih, kering, terdapat luka pada kaki kiri dan kanan,
kaki kiri tampak peradangan
• Rambut : Berwarna hitam, rontok, dan bersih
• Muka : Bersih, tidak ada lesi
4. Sistem Sensori Persepsi
• Mata
Inspeksi konjungtiva : anemis (+)
Sklera : ikterik (-)
Pupil : ishokor reflek terhadap cahaya
Palpebra : Edema (-), lesi (-)
Lensa : Bersih, tidak keruh
Palpasi TIO : normal
Hidung : simetris, lubang hidung bersih, tidak ada
polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi
dinding dada, pengembangan dada simetris
b. Palpasi
Tractil Fremitus : normal, saat di palpasi simetris
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : ventrikuler (+/+), irama nafas teratur
Suara Nafas tambahan: tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : iktus cordis tidak nampak
b. Palpasi
Iktus Cordis : teraba di ICS ke 5
c. Perkusi
Batas Jantung :
a) batas atas: ICS II mid sternalis
b) batas bawah: diantara ICS 5&6
c) batas kanan: linea midsternalis dextra
d) batas kiri: midklavikular
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran,
tidak ada massa
Tepi Perut : normal, tidak ada pembesaran
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada ascites
b. Auskultasi
Peristaltik : bising usus (+)
c. Palpasi
Nyeri : nyeri tekan pada abdomen kanan
Massa : tidak teraba massa
Benjolan : tidak teraba benjolan
Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran hepar
Pembesaran Lien : tidak ada pembesaran lien
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri
d. Perkusi : timpani
e. Rektum : tidak terkaji
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : gerakan otot aktif
8. Sistem Integument
a. Inspeksi : terdapat luka pada kaki kiri, ulkus (+)
b. Palpasi : teraba kering
c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem
d. Akral : hangat
Masalah Keperawatan: Gangguan Integritas Jaringan
9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi :-
Palpasi :-
b. Wanita
Inspeksi : tidak ada lesi dan
peradangan Palpasi : baik
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
Pemeriksaan
30 November Hemoglobin 7.9 g/dL L
2020
Leukosit 19.710 H
Hematokrit 21.0% L
Trombosit 297.000 N
Eritrosit 2.34 L
Neutrofil 88.6% H
Limfosit 5.9% L
Monosit 3.8 N
MCV 81.6 N
MCH 28.9 N
MCHC 35.4 N
RDW 13.0 N
Basofil 0.3 N
Eosinofil 1.4 N
Hematokrit 21.0% L
Trombosit 297.000 N
Eritrosit 2.34 L
Neutrofil 88.6% H
Limfosit 5.9% L
Monosit 3.8 N
MCV 81.6 N
MCH 28.9 N
MCHC 35.4 N
RDW 13.0 N
Basofil 0.3 N
Eosinofil 1.4 N
GDS 180 mg/dL N
13. Terapi
a. Cairan IV (Jenis, fungsi, dosis)
No Jenis Cairan Dosis Fungsi
1. NaCl 0,9% 14 tpm Fungsi sodium klorida adalah untuk
mengatur jumlah air dalam tubuh,
memiliki peran dalam impuls saraf, dan
kontraksi otot.
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengeluh nyeri pada kaki 1. Klien tampak meringis
kiri (area ulkus), nyeri terasa kesakitan
bertambah setiap harinya
2. Terdapat ulkus pada kaki kiri
2. Nyeri pada ulkus dengan skala 3. Bau luka ulkus klien semakin
6, nyeri ulu hati dengan skala 3
menyengat
3. Klien mengatakan tidak nafsu
4. Luka ulkus klien tampak
makan
semakin meluas
4. Klien mengatakan sulit tidur,
5. Adanya tanda-tanda infeksi
akibat nyeri yang dirasakan
pada area ulkus
klien, sering terbangun di
6. Semua aktivitas klien dibantu
malam hari
oleh keluarga
5. Klien mengatakan kaki kiri
7. Apabila klien bergerak, kaki
sering terasa kebas/kesemutan
klien akan berdarah
6. Klien mengatakan sulit untuk
melakukan aktivitas seperti 8. Klien tampak lemah
ANALISA DATA
No Symptomp Etiologi Problem
1 Data Subjektif : Hiperglikemia (DM) Nyeri Akut
Data Objektif :
Data Objektif :
Adanya tanda-tanda ↓
infeksi Suplai O2 dan nutrisi
terhambat
Nekrotik jaringan
Ulkus
Kerusakan integritas
jaringan
4. Data Subjektif : Nyeri Hambatan
mobilitas fisik
Klien mengatakan sulit
untuk melakukan
aktivitas seperti duduk,
berdiri dan berjalan
Data Objektif :
Apabila klien bergerak,
kaki klien akan berdarah
5. Ulkus Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. Lakukan perawatan
luka dengan baik dan
benar : membersihkan
luka secara aseptic
menggunakan larutan
yang tidak iritatif
yang akan merusak
jaringan granulasi
yang timbul
9. Kolaborasi untuk
pemberian insulin
4. Hambatan Tujuan : 1. Kaji dan identifikasi
mobilitas fisik b.d tingkat kekuatan otot
Setelah dilakukan
nyeri t.d klien
pada kaki klien
mengatakan sulit tindakan
untuk melakukan 2. Beri penjelasan
aktivitas seperti keperawatan tentang pentingnya
duduk, berdiri dan
diharapkan melakukan aktivitas
berjalan, apabila
klien bergerak, kemampuan aktivitas untuk menjaga kadar
kaki klien akan
gula darah dalam
berdarah klien meningkat
keadaan normal
Kriteria Hasil :
3. Anjurkan klien untuk
1. Pergerakan menggerakkan
klien ekstremitas bawah
bertambah luas sesuai kemampuan
2. Klien dapat 4. Bantu klien dalam
memnuhi
melaksanakan kebutuhannya
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan
(duduk, berdiri,
berjalan)
3. Rasa nyeri
berkurang saat
mobilisasi
4. Klien dapat
memenuhi
kebutuhan
sendiri secara
bertahap sesuai
dengan
kemampuan
5. Resiko infeksi b.d Tujuan : 1. Kaji adanya
ulkus diabetikum
Setelah dilakukan tandatanda penyebaran
3. Keadaan luka
baik dan kadar
gula darah
normal
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
7.Berikan injeksi
novorapid 3x8ui &
lantus 1x8ui
7.Metronidazole ->
antibiotik untuk
menghentikan
pertumbuhan bakteri &
parasit
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD
dan Waktu
O:
TD: 160/80mmHg
Hasil labor:
P : intervensi dilanjutkan
24 januari Gangguan S:
2021 integritas a) Klien mengeluh nyeri pada bagian
kulit b.d kaki kiri yang terdapat ulkus
ulkus
O:
diabeikum
Wajah klien tampak meringis
Hasil labor:
• GDS 316 mg/dL (↑)
P : intervensi dilanjutkan
24 januari Nyeri akut S:
2021 b.d agen
• Klien mengatakan masih merasa
injuri
nyeri di kepala, namun nyeri di
biologis
bagian kaki sudah berkurang dan
(ulkus)
nyeri di ulu hati sudah hilang
O:
TD: 140/80mmHg
P : intervensi dilanjutkan
24 januari Gangguan S:
2021 integritas a) Klien mengeluh nyeri pada bagian
kulit b.d kaki kiri yang terdapat ulkus
ulkus b) Klien mengatakan pandangan
diabetikum matanya kabur
O:
4. Hasil labor:
P : intervensi dilanjutkan
TD: 130/90mmHg
P : intervensi dilanjutkan
24 januari Gangguan S:
2021 integritas a) Klien mengatakan nyerinya sudah
kulit b.d sedikit berkurang namun masih
ulkus terasa nyeri hilang timbul
diabetikum
O:
Hasil labor:
• GDS 144 mg/dL (↑)