Anda di halaman 1dari 33

EVIDANCE BASED PRACTICE PENGARUH EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK TERHADAP

NYERI BERSALIN PADA KALA 1 DI RUANG VK RSUD ABDUL MANAP JAMBI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Dittya Rahma Rizki


NIM : G1B221029
KELOMPOK : 1

PEMBIMBING AKADEMIK:
Dr.Muthia Mutmainah, M.Kep, Sp.Mat
Sri Mulyani, S.Kep.,M.Kep
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep

PROGRAMSTUDI PROFESI NURSE


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan
keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan adalah nyeri persalinan,
dimana dengan meningkatnya perasaan nyeri, para ibu selalu meminta agar persalinannya
dipercepat serta ingin diberikan obat penghilang rasa sakit (Tjokronegoro, 2014).
Rasa nyeri yang ditimbulkan saat menghadapi persalinan disebabkan karena
kontraksi uterus yang akan mendorong bayi keluar dari dalam uterus secara bertahap
sedikit demi sedikit. Akibat daya dorong dari kontraksi ini, maka serviks secara bertahap
akan mulai terbuka, meregang sedikit demi sedikit, untuk memberikan jalan bagi
keluarnya bayi (Nolan, 2014).
Ibu bersalin normal di negara-negara maju pun sebagian mengalami nyeri
persalinan yaitu tercatat 85-90% wanita mengalami nyeri persalinan dan 7,00- 14,00 %
wanita tidak mengalami nyeri sewaktu bersalin (Malehere, 2013).
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat 70% sampai 80% wanita yang
melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Berbagai cara
dilakukan agar ibu melahirkan tidak selalu merasa sakit dan akan merasakan nyaman.
Saat ini 20% hingga 50% persalinan di rumah sakit swasta dilakukan dengan sectio
caesaria, tingginya operasi sectio caesaria disebabkan para ibu yang hendak bersalin lebih
memilih operasi yang relatif tidak nyeri. Di Brazil angka ini mencapai lebih dari 50% dari
angka kelahiran di suatu rumah sakit yang merupakan persentase tertinggi di seluruh
dunia. Nyeri dirasakan oleh ibu pada persalinan normal terutama dirasakan pada awal
persalinan yaitu pada kala I persalinan (Mongan, 2015).
Studi pada wanita dalam persalinan kala 1 dengan memakai McGill Pain
Questionare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri
akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable, unbearable, extremely severe), 30%
nyeri sedang, 10% nyeri ringan. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25%
nyeri ringan (Yuliastanti, 2013).
Pada penelitian ini, nyeri yang akan dikaji adalah nyeri persalinan kala I. Kala I
persalinan disebut juga kala pembukaan serviks atau leher rahim membuka dari 0 sampai
sekitar 10 cm. Pada kala 1 terdapat dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
dimulai pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam, sedangkan
fase aktif dimulai pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (+10 cm), berlangsung sekitar
enam jam. Proses ini menandakan dimulainya proses persalinan. Pada waktu terjadi
pembukaan leher rahim tersebut timbul rasa nyeri pada ibu bersalin. Ciri-ciri nyeri
persalinan pada kala I pembukaan serviks ini adalah nyerinya hilang timbul, mula-mula
dirasakan di daerah pinggang, lalu menjalar ke abdomen dan paha bagian atas (Nolan,
2014).
Saat ini banyak sekali cara yang digunakan dalam menghilangkan nyeri persalinan.
Cara tersebut yaitu dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis.
Tindakan medis yang digunakan antara lain penggunaan analgesik, suntikan epidural,
Intracthecal Labor Analgetic (ILA), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation.
Tindakan-tindakan medis ini hampir semua mempunyai efek samping pada ibu dan juga
pada janin. Misalnya saja pada penggunaan analgesik, analgesik dapat menembus
plasenta sehingga menimbuikan efek terhadap pemapasan bayi, dan pada saat bayi
dewasa ia akan cenderung merasa ketagihan pada obat-obat tertentu. Efek samping pada
ibu adalah adanya perasaan mual dan pusing, seria ibu menjadi tidak dapat mengandalkan
otot perutnya dan mendorong ketika terjadi kontraksi rahim. Sehingga persalinan menjadi
lebih lama. Sedangkan terapi nonfarmakologi rneliputi relaksasi, hipnoterapi, imajinasi,
umpan balik biologis, psikoprofilaksis, sentuhan terapeutik, TENS (Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation), hidroterapi, dan teknik distraksi (terapi musik)
(Andriana, 2013).
Salah satu metode nonfarrnakologis adalah manajemen nyeri dengan cara
nonfarmakologi yang dapat dilakukan dengan metode distraksi. Metode distraksi
menggunakan musik berupa radio tape, tape recorder atau record player. Distraksi
bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, salah satu
distraksi yang efektif adalah musik, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik terbukti
menunjukkan efek yaitu, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri dan
menurunkan tekanan darah (Potter, 2013).
Salah satu jenis musik yang bermakna medis dapat menurunkan nyeri persalinan
kala I adalah musik klasik karya Mozart. Musik karya Mozart rnerupakan musik klasik
yang memiliki nada lembut. Nada-nada tersebut menstimulasi gelombang alfa yang
memberikan efek ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan memberi energi untuk
menutupi, mengalihkan perhatian dan melepaskan ketegangan maupun rasa sakit.
Sebenarnya bukan hanya musik karya Mozart saja yang berefek mengagumkan tetapi
semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga
diidentifikasi memiliki efek Mozart (Campbell, 2012).
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang terapi musik terhadap
penurunan nyeri persalinan. Penelitian Amperiana (2013) di Rumah Sakit Umum Daerah
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri mendapatkan hasil bahwa ada Pengaruh musik klasik
Terhadap kemajuan Persalinan Kala I fase aktif Pada Ibu inpartu berdasarkan hasi! uji T
dua sampel bebas diperoleh p sebanyak 0,035 dengan tingkat signifikan (5%) sehingga
diperoleh sig (p) < a atau 0,035 < 0,05, maka Ho ditolak.
Penelitian yang dilakukan Malehere (2013) di Di Kamar Bersalin RSUD Prof. Dr.
W. Z Johannes Kupang bahwa dari hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian terapi musik dengan nyeri persalinan kala I fase aktif atau
terdapat perbedaan antara ibu yang diberikan terapi musik dengan ibu yang tidak
dberikan terapi musik.
Penelitian Analia (2016) bahwa pemberian terapi musik terutama musik klasik
mempunyai pengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan. Dengan berkurangnya tingkat kecemasan maka akan menurunkan intensitas
nyeri yang akan dialami ibu hamil saat persalinan. Hal ini juga akan menurunkan
kejadian persalinan memanjang dan berbagai komplikasi lainnya serta angka kematiah
ibu pun diharapkan dapat ditekan.
Klinik Pratama Jannah Medan Tembung adaiah salah satu klinik bersalin mandiri
yang ada di Kecamatan Medan Tembung. Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemilik
Klinik Klinik Pratama Jannah Medan Tembung bahwa jumlah persalinan sebulan rata-
rata sebanyak 120 persalinan atau setiap hari rata-rata 4 persalinan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pemilik klinik bahwa di Klinik Pratama Jannah Medan Tembung
belum pernah dilakukan pemberian terapi musik klasik pada ibu bersalin, sehingga dapat
diujicoba dalam
penelitian ini untuk memberikan terapi musik klasik pada ibu bersalin pada kala I
persalinan.

B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh terapi musik pada ibu bersalin kala I dengan nyeri
persalinan di RSUD Abdul Manap Jambi.

C. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Musik
A.1 Pengertian
Terapi (therapy) adalah penanganan penyakit. Terapi juga sebagai pengobatan
(Laksmana, 2014). Musik adalah suara atau nada yang mengandung irama. Potter juga
mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu
penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan
untuk terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan seperti musik klasik,
instrumentalia, dan slow musik (Potter, 2013).
Musik sesungguhnya sudah dikenal sejak puluhan abad silam, jauh sebelum
peradaban manusia terbentuk. Pada dasarnya musik adalah bunyi dan segala sesuatu yang
dapat menimbulkan bunyi, inilah yang melatarbelakangi musik. Musik menurut
Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, karena mempunyai
daya terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotism. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, musik adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan
hubungan temporal atau menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan (Aizid, 2014).
Menurut Maryunani dan Sukaryati (2014) bahwa terapi musik merupakan suatu
bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi secara terpadu dan terarah
didalam membimbing ibu hamil dan ibu bersalin, terapi musik adalah bentuk terapi
dengan mempergunakan musik secara sistematis, terkontrol dan terarah dalam
menyernbuhkan, merehabilitasi, mendidik dan melatih anak - anak dan orang dewasa
yang menderita gangguan fisik, mental ataupun emosional.
Campbell (2012) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur
universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan.
Musik muncul di semua tingkat pendapatan, kelas sosial dan pendidikan. Musik berbicara
kepada setiap orang dan kepada setiap spesies. Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu
"terapi" dan "musik". Kata "terapi" berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang
untuk membantu atau
menolong orang, Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik dan
mental. Kata "musik" dan terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang
digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
Menurut Djohan (2006) dalam penelitian Dewi (2009) mendefinisikan terapi musik
sebagai sebuah aktifitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi.

A.2 Manfaat Musik


Menurut Pusat Terapi Musik dan Gelombang Otak Indonesia mengatakan bahwa
manfaat musik adalah :
1. Relaksasi Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan rileks,
tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan kesempatan
bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi
relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami
reproduksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan
dan pikiran mengalami penyegaran.
2. Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang disebut
Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances Rauscher et al dari
Universitas California. Penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam
kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak
agar menjadi cerdas, karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga
sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif, jika seorang ibu yang
sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya juga
ikut mendengarkan. Otak janin akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam
kandungan.
3. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu.
Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu,
maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari
hasil penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat
dan meningkatkan level energi seseorang.
4. Pengembangan Diri
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang. karena
musik yang didengarkan menentukan kualitas pribadi, orang yang punya masalah
perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya,
5. Meningkatkan Kemampuan
Mengingat Terapi musik dapat meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan.
Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak berdekatan
dengan memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka
secara otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak
digunakan di sekolah-sekolah modem di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi musik banyak
digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
6. Kesehatan Jiwa
Terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi
berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.
7. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung
jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, yang mengontrol
perasaan dan emosi kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik, frustasi
dan marah dapat menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin
parah. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan
mental, sehingga membantu menyembuhkan dan rnencegah rasa sakit. Dalam proses
persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit.
Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi musik
terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
8. Menyeimbangkan Tubuh
Stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di
telinga dan otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya
juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
9. Meningkatkan Kekebalan
Tubuh Jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia,
maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang
dapat menimbulkan rasa senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan
meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.
10. Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang lebih baik
dalam beberapa cara, di antaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood
dan mengalihkan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
Menurut Campbell (2012) bahwa musik memiliki beberapa manfaat yaitu : (1) musik
menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan; (2) musik dapat memperlambat
dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) musik memengaruhi pernafasan; (4) musik
memengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) musik mengurangi
nyeri, ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) musik juga
memengaruhi suhu badan; (7) musik dapat mengatur hormon yang berkaitan dengan
stress; (8) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) musik mengubah persepsi
kita tentang waktu; (10) musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (11) musik dapat
meningkatkan produktivitas; (12) musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (13)
musik merangsang pencernaan; (14) musik meningkatkan daya tahan; (15) musik
meningkatkan penerimaan tidak sadar terhadap simbolisme; (16) musik dapat
menimbulkan rasa aman dan sejahtera.
Musik bisa menimbulkan keadaan yang mengatasi kesadaran, menyembuhkan dan
mengembalikan keselarasan serta memurnikan jiwa (Mucci dan Mucci, 2012). Menurut
Arfina (2012) menyatakan bahwa musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran
yang terorganisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Ketika
musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi maka ia dapat meningkatkan, memelihara
kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual setiap individu serta bersifat universal, nyaman dan
menyenangkan. Oleh sebab itu penggunaan terapi musik bisa diterapkan secara luas pada
semua orang dalam berbagai kondisi.
Penggunaan musik di rumah-rumah sakit masa kini mulai banyak, hal ini
disebabkan efek musik yang menenangkan dan menyenangkan pasien, sehingga
berakibat pada kondisi kesehatan khususnya jantung dan pembuluh darah. Informasi
dalam bentuk musik diyakini dapat menguntungkan karena tidak mengganggu pekerjaan
dibandingkan informasi verbal dan mengandung lebih banyak informasi dibandingkan
peringatan verbal dan pada pasien yang mengalami kecemasan tingkat tinggi jika
pemberian informasi yang terlalu banyak akan memperburuk nyeri (Hakim, 2013).
Menurut Kusuma (2009) bahwa musik memiliki banyak kegunaan di dunia
kesehatan terutama musik klasik yang banyak digunakan sebagai terapi karena musik
dapat memberikan efek yang berpengaruh terhadap kerja sistem tubuh manusia seperti
sistem saraf pusat. Musik klasik yang digunakan sebagai terapi telah banyak dilakukan di
beberapa rumah sakit dan pada umumnya menunjukkan kemajuan yang berarti bagi
penderita.

A.3 Jenis-Jenis Musik


Menurut Aizid (2014) bahwa banyak aliran musik yang dapat digunakan sebagai
terapi kesehatan dan kecerdasan yaitu :
1. Alternative yaitu jenis musik yang bersuara keras dan meliputi musik pop dan rok
yang tengah menjadi trend saat ini, banyak musik alternative yang sangat melodis,
menyenangkan dan di dukung oleh lirik serta melodi yang positif dan
membangkitkan semangat, untuk itu jenis musik ini bisa dijadikan sebagai terapi
kesehatan dan kecerdasan.
2. Ambient, musik ambient adalah musik yang mengambang, digunakan sebagai musik
yang bertujuan untuk rileks.
3. African, musik aliran ini berasal dari Afrika dengan gaya musik poliritmis yang
dapat membangkitkan semangat dan membuat hati gembira.
4. Baroque yaitu jenis musik yang tepat jika diasosiasikan dengan relaksasi. Musik ini
sangat bergam serta dapat menggugah semangat riang dan ringan.
5. Big Band yaitu jenis musik dansa dengan orkestra yang bisa membuat semangat
yang menggebu gebu.
Musik klasik dengan tempo 60 per menit mengaktifkan otak kiri dan kanan, kerja
simultan pada otak kiri dan kanan dapat memaksimalkan proses belajar dan
penyimpanan informasi. Musik klasik karya Mozart memiliki kemurnian dan
kesederhanaan dalam bunyi - bunyi yang dimunculkannya. Musik klasik karya Mozart
ringan, tidak rumit, tidak datar dan tidak membangkitkan gelombang- gelombang emosi
yang naik turun dengan tajam.
Dibanding gubahan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada
karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan
motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhanaan music
Mozart itu sendiri. Komposisi yang disusunnya telah berhasil rnenghadirkan kembali
keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam kandungan. Namun tidak
berarti karya composer klasik lainnya tidak dapat digunakan.
Dengan memperdengarkan Mozart secara teratur semenjak masa kehamilan, akan
banyak efek positif yang bisa didapat, diantaranya adalah:
1. Orang tua dapat berkomunikasi dan bersambung rasa dengan anak, bahkan sebelum
ia dilahirkan.
2. Musik ini dapat merangsang pertumbuhan otak selama masih dalam rahim dan
pada awal masa kanak-kanak.
3. Memberikan efek positif dalam hal persepsi emosi dan sikap sejak sebelum
dilahirkan.
4. Mengurangi tingkat ketegangan emosi (stres) atau nyeri.
5. Meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk lancar dan
mudahnya anak merangkak, berjalan melompat dan berlari.
6. Meningkatkan kemampuan berbahasa, perbendaharaan kata,
kemampuan berekspresi, dan kelancaran berkomunikasi.
7. Meningkatkan kemampuan sosialnya.
8. Meningkatkan ketrampilan membaca, menulis, matematika, dan
kemampuan untuk mengingat serta menghafal.
9. Membantu anak membangun rasa percaya diri.

A.4 Durasi dan Frekuensi Mendengarkan Musik


Menurut Djohan dalam penelitian Saputra (2014) mengatakan bahwa sebuah
musik dapat saja terdengar lembut dan tenang. Walaupun diperpanjang
berjam-jam dan tidak dapat dibuat macam-macam, sebenamya sebuah nada dengan
sendirinya telah membawa pulsa gelombang yang memengaruhi pikiran dan tubuh dalam
berbagai tingkatan. Mendengar musik sebenarnya tidak sesederhana proses persepsi
sensor yang pasif. Telinga bertanggung jawab untuk respons fisiologis dari vibrasi
mekanisme yang masuk ke kanal pendengaran, tetapi semua itu tergantung pula pada
pikiran pendengar dalam mengkonsepsi melodinya, yang mana untuk mendapatkan hasil
tersebut harus dilakukan setiap hari berulang-ulang, sehingga sebuah melodi bukan hanya
nada-nada dengan perangkat fisika saja. Akibatnya adalah harus ada pembedaan dengan
istilah mendengarkan dan mendengar musik.
Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum
memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik dengan
jenis musik yang tepat dan diberikan pada pasien yang tepat tidak akan memberikan efek
yang membahayakan, walaupun diberikan dalam waktu yang agak lama pada beberapa
pasien. Terapi musik yang hanya diberikan hanya waktu singkat dapat memberikan efek
positif bagi pasien (Mucci, 2012).
Menurut Delaune dan Ladner dalam Demir (2014) mengatakan bahwa menurut
literature terapi musik tidak efektif jika digunakan secara terus menerus, penerapan terapi
musik yang efektif sekitar 25 - 90 menit perhari cukup sebagai terapi.

A.5 Metode Terapi Musik


Ada dua macam metode terapi music, yaitu :
1. Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat
musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien
berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu
saja dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.
2. Terapi Musik Pasif.
Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan
dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya.
Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat
dengan kebutuhan pasien. Oleh
karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan pasien (Hakim, 2013).

A.6 Cara Kerja Musik sebagai Terapi


Mekanisme cara kerja musik sebagai alat terapi yakni memengaruhi semua organ
sistem tubuh. Menurut Djafaar (2012) mengatakan bahwa musik klasik mempunyai
fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo,
ritme, melodi dan harmoni yang teratur serta dapat menghasilkan gelombang alfa dalam
gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima
masukan baru, efek rileks dan menidurkan.
Menurut Reeder (2014) mengatakan bahwa pada umumnya sepanjang kontraksi
dan diantara kontraksi jika wanita menginginkan ia akan mendengarkan musik yang telah
dipilih maka kondisi ini akan memberikan stimulus kepada indra pendengar yang sulit
diabaikan . Untuk input visual akan berfokus pada sebuah benda atau menutup matanya
dan membayangkan sesuatu yang dinyatakan oleh syair musik tersebut. Berdasarkan
teori Gate Kontrol bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan
ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang
sekresi endorphin yang akan menghambat pelepasan substansi. Musik klasik Mozart
sendiri juga dapat merangsang peningkatan hormon endorphin yang merupakan substansi
sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, sehingga pada saat neuron nyeri perifer
mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak
tempat seharusnya substansi akan menghantarkan impuls, pada saat tersebut endorphin
akan memblokir lepasnya substansi dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri
di medulla spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi berkurang.
Menurut Reeder (2014) bahwa musik merupakan salah satu penatalaksanaan
penurunan intensitas nyeri secara non farmakologis. Musik terbukti mampu mengurangi
kecemasan fisiologis pada individu yang siap menjalani perawatan serta tercatat adanya
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien. Pemberian fasilitas musik ini
menunjukkan penurunan denyut
jantung, tingkat respirasi dan kebutuhan oksigen. Musik juga dapat menimbulkan efek
neuroendokrin yang berguna bagi pasien. Musik bisa meningkatkan suatu respons seperti
endorphin yang dapat memengaruhi suasana hati, sehingga mampu menurunkan
kecemasan, dalam hal ini menurut para ahli musik mengalihkan pasien dari rasa nyeri,
memecah siklus kecemasan dan ketakutan yang meningkatkan reaksi nyeri, serta
memindahkan perhatian pada sensasi yang menyenangkan (Aizid, 2014).
Saat-saat persalinan selalu menjadi moment yang ditunggu ibu hamil. Perasaan
bahagia, takut, dan gelisah bercampur-aduk. Kontraksi persalinan yang sebenarnya
adalah kontraksi yang intensitasnya makin lama makin kuat, durasinya makin lama makin
panjang, intervalnya makin lama makin pendek (makin sering), dan disertai his (rasa
nyeri). Rasa nyeri ini menjalar dari pinggang bagian belakang ke perut, dan terasa
mulas seperti orang sakit perut. Waktu yang dibutuhkan pada proses pembukaan
serviks berbeda-beda pada tiap individu. Biasanya pada pembukaan timbul rasa nyeri.
Intervensi non farmakologi yang dapat diberikan pada ibu menjelang persalinan adalah
membuat ibu siap secara fisik dan mental dalam menghadapi persalinan, seperti
diantaranya dengan terapi musik. Terapi musik pada managemen persalinan adalah suatu
bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyian secara terpadu dan
terarah didalam membimbing ibu selama menghadapi persalinan untuk mencapai tujuan
relaksasi bagi ibu saat nyeri kontraksi yang dirasakan.
Mekanisme pengalihan nyeri dengan terapi musik adalah sebagai berikut: saat
uterus berkontraksi (his dirasakan) akan mengirimkan transmisi rangsang nyeri, jika ibu
diberikan terapi musik dengan cara mendengarkan musik melalui earphone sesuai dengan
musik yang disukai ibu seperti lagu rohani, alunan ayat AI-Qur'an atau musik alam
seperti suasana air terjun dengan gemericik air yang turun, atau dengan musik klasik
maka mekanisme pintu yang terdapat disepanjang sistem saraf diantaranya talamus akan
mengirimkan impuls untuk menutup pintu sehingga impuls nyeri tidak sampai pada
korteks cerebri dan nyeri dapat teralihkan sehingga ibu akan merasa lebih tenang saat
kontraksi dirasakannya, Perasaan relaks akan dialami oleh ibu ketika merasakan alunan
musik, hal ini disebabkan karena irama dan vibrasi yang ditangkap oleh indera
pendengaran akan ditransmisikan ke pusat otak yang diterjemahkan oleh korteks cerebri
untuk kemudian mempengaruhi ritme internal untuk berespon dengan
cara mengembangkan gerak otomatisnya mengikuti irama musik yang disukai oleh ibu.
Terapi musik pada managemen persalinan adalah suatu bentuk kegiatan yang
mempergunakan musik dan lagu/nyanyian secara terpadu dan terarah didalam
membimbing ibu selama menghadapi persalinan untuk mencapai tujuan relaksasi bagi ibu
saat nyeri kontraksi yang dirasakan atau dengan menggunakan earphone sesuai dengan
musik yang disukai ibu seperti lagu rohani, alunan ayat AI-Qur'an atau musik alam
seperti suasana air terjun dengan gemericik air yang turun, atau dengan musik klasik
(Hakim, 2013).

B. Nyeri Persalinan Kala I


B.1 Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Judha, 2015). Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzerdan Bare, 2012).
Menurut Internasional Association for The Study of Pain (IASP)
mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Cafery sebagaimana
dikutip oleh Potter dan Perry (2013) menyatakan nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri, nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian
tubuh.
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan rusak
dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri.
Nyeri adalah pengalaman sensori (nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu
bagian tubuh individu tersebut (Judha, 2015).
Nyeri biasanya terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah
kulit di ujung-ujung saraf bebas yang disebut nosireseptor. Pada kehidupan, nyeri dapat
bersifat lama dan ada yang singkat.
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri yang terjadi
dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan
stres. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada
persalinan yang lama. Apabila hal ini tidak cepat teratasi maka dapat berakibat
rneningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah mempengaruhi
kontraksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran
darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya
proses persalinan. Tidak hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi sekresi Adeno
Chortico Thropin (ACTH) juga meningkat. Semua efek tersebut di atas berpotensi
membahayakan ibu dan janin. Karena alasan tersebut di atas penanggulangan nyeri
persalinan menjadi kebutuhan mendasar untuk memutuskan lingkaran nyeri. Sehingga
proses persalinan berjalan menyenangkan (Malehere, 2013).
Kala I atau kala pembukaan/pematangan serviks, yaitu dari saat mulai terbukanya
saluran leher rahim/serviks uteri sampai pembukaan lengkap. Kala I persalinan di mulai
sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm), persalinan kala I di bagi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung
hingga dibawah 8 jam. Sementara pada fase aktif persalinan frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks
membuka dari 4 cm sampai dengan 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase
deselerasi (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Pada primigravida terjadinya kala I persalinan
pada fase laten selama 20 jam dan fase aktif selama 1,2 cm/ jam sedangkan pada
multigravida terjadinya kala I persalinan fase laten selama 14 jam dan fase aktif selama
1,5 cm/jam (Bobak, 2014).
B.2 Penyebab Nyeri Persalinan
Penyebab Nyeri Persalinan menurut Judha (2015) nyeri persalinan yang dialami
oleh ibu yang akan bersalin disebabkan oleh :
1. Kontraksi Otot Rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim
akibat kontraksi arteri miometrium, karena rahim merupakan organ internal maka
nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri dapat dirasakan ibu
pada punggung bagian bawah dan sacrum, biasanya ibu mengalami nyeri ini selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
2. Regangan Otot Dasar Panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak seperti nyeri visceral, nyeri
ini terlokalisir di daerah vagina, rektum dan perineum sekitar anus. Nyeri ini disebut
dengan nyeri somatik dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah
akibat penurunan bagian terbawah janin.
3. Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, dan
tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul hormon.
Kondisi hormon dapat memengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri (Bobak,
2014).

B.3 Klasifikasi Nyeri


Berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri terbagi menjadi dua, yaitu
nyeri kronis dan nyeri akut.
1. Nyeri Akut sebagian terbesar diakibatkan oleh penyakit, radang atau injuri jaringan.
Nyeri jenis ini biasanya diawali datang tiba-tiba sebagai contoh setelah trauma atau
pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distres emosional.
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cedera, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan.
Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cedera atau
penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya
intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut
ini muncul, biasanya tenaga
kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara
serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas
perawatan.
2. Nyeri Kronis, secara luar dipercaya menggambarkan penyakitnya. Nyeri ini
konstan dan intermittent yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri kronik
sulit menentukan keawetannya, nyeri ini dapat lebih berat yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan kejiwaan, nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama (lebih
dari 6 bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap pengobatan
(Judha, 2015).
Berikut ini perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis: (Maryunani, 2010).

Tabel 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status


eksistensi.

Sumber Sebab eksternal Tidak diketahui atau


atau penyakit dari pengobatan yang terlalu lama.
dalam

Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang


dan terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari enam bulan sampai


bertahun-tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri Daerah nyeri sulit dibedakan


tidak diketahui intensitas sehingga sulit
dengan pasti dievaluasi (perubahan
perasaan)

Gejala-gejala klinis Pola respon yang Pola respons yang


khas dengan gejala bervariasi sedikit gejala-gejala
yang lebih jelas. (adaptasi).

Pola Terbatas Berlangsung terus dapat bervariasi.


Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat
setelah beberapa setelah beberapa saat.
saat

Sumber: Maryunani (2010).

B.4 Tanda dan Gejala Nyeri


Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku yang tercermin dan pasien,
namun beberapa hal yang sering terjadi misalnya secara umum orang yang mengalami
nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa :
a. Suara
1) Menangis
2) Merintih
3) Menarik/menghembuskan nafas
b. Ekspresi Wajah
1) Meringis
2) Menggigit lidah, mengatupkan gigi
3) Dahi berkerut
4) Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
5) Menggigit bibir
c. Pergerakan Tubuh
1) Kegelisahan
2) Mondar-rnandir
3) Gerakan menggosok atau berirama
4) Bergerak melindungi bagian tubuh
5) Immobilisasi
6) Otot tegang
d. Interaksi Sosial
1) Menghadiri percakapan dan kontak sosial
2) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
3) Disorientasi waktu.

B.5 Teori Nyeri


Teori gate control dari Melzack dan Wall mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Mekanisme pertahanan terdapat di sel-sel gelatinosa substansia dalam kornu
dorsalis pada medula spinasis, talanus, dan sistem limbik.
Menurut Torrance dan Serginson ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran
nyeri yaitu sel saraf aferen atau neuronsensori, serabut konektor atau interneuron dan sel
saraf eferen atau neuron motorik.
Pada nyeri pasca bedah rangsangan nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanik
yaitu luka dalam insisi dimana insisi ini akan merangsang mediator- mediator kimia dari
nyeri yaitu bradikinin, histamin, asetilkolin, dan substansi prostaglandin dimana zat-zat
ini dapat menimbulkan nyeri (Kasdu, 2013).
Banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang
bidan harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang
mengalami nyeri, hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih
terapi yang baik.
a. Usia
Menurut Potter dan Perry (2012) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi
nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak
dan orang dewasa beraksi terhadap nyeri, pada orang dewasa kadang melaporkan
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
b. Jenis Kelamin
Menurut Potter dan Perry (2012) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak
mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri.
Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam
ekspresi nyeri, misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana
seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan tertentu,
istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Selain itu adalah apa-
apa yang dipercaya yang sifatnya psikologis pada penderita dapat membantu mengatasi
nyeri (Judha, 2015).
Indikator adanya dan intensitas nyeri yang paling penting adalah laporan ibu tentang
nyeri itu sendiri. Namun demikian, intensitas nyeri juga dapat ditentukan dengan berbagai
macam cara salah satu caranya adalah dengan menanyakan pada ibu untuk
menggambarkan nyeri atau rasa tidak nyamannya. Metode lainnya adalah dengan
meminta ibu untuk menggambarkan beratnya nyeri atau rasa tidak nyamannya dengan
menggunakan skala. Skor/nilai skala nyeri dapat dicatat pada flow chart untuk
memberikan pengkajian nyeri yang berkelanjutan. Metode yang ketiga adalah dengan
meminta ibu untuk membuat tanda X (silang) pada skala analog. Penggunaan skala
intensitas nyeri adalah mudah dan merupakan metode terpercaya dalam menentukan
intensitas nyeri ibu. Skala seperti ini memberikan konsistensi bagi petugas kesehatan
untuk berkornunikasi dengan klien/ibu dan petugas kesehatan lainnya (Maryunani, 2010).

B.6 Komponen Nyeri


Komponen-komponen nyeri yang penting di nilai adalah PAIN: pattern (pola- nya),
Area, Intensitas, dan Nature (Sifatnya):
1. Pola nyeri (Pattern of Pain)
Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi, dan interval tanpa nyeri. Oleh
karena itu, petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri mulai; berapa lama
nyeri berlangsung; apakah nyeri ini berulang; dan jika ya, lamanya interval tanpa
nyeri; dan kapan nyeri terakhir terjadi. Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-
kata (verbal). Ibu diminta untuk menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan,
intermittent atau transient. Ibu juga ditanyakan waktu dan kapan nyeri mulai
berlangsung dan berapa lama nyeri berlangsung untuk mengukur saat serangan nyeri
dan durasi nyeri.
2. Area Nyeri (Area of Pain)
Area Nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas kesehatan dapat
menentukan lokasi nyeri dengan menanyakan pada pasien untuk menunjukkan area
nyeri pada tubuh.
3. Intensitas Nyeri (Intensity of Pain}
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat diukur dengan
menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.
4. Nature/sifat Nyeri (Nature of Pain)
Sifat nyeri bagaimana nyeri terasa pada pasien. Sifat nyeri/kualitas nyeri dengan
menggunakan kata-kata.
Lebih jelasnya, untuk mengukur skala nyeri dapat digunakan alat yang berupa
Verbal Descriptor Scale (VDS) yang terdiri dari sebuah garis lurus dengan 5 kata
penjelas dan berupa urutan angka 0 sampai 10 yang mempunyai jarak yang sama
sepanjang garis. Gambaran tersebut disusun dari "tidak nyeri" sampai "nyeri yang tidak
tertahankan atau nyeri sangat berat". Selain itu, dapat pula digunakan Visual Analog
Scale (VAS) yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri. Skala ini terdiri dari
enam wajah kartun yang diurutkan dari seseorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit),
meningkat wajah yang kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penuh air mata
(rasa sakit yang paling buruk) (Maryunani, 2010).

B.7 Pengukuran Intensitas Nyeri


Pengukuran intensitas nyeri pada ibu bersalin sangat subjektif dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri (Tamsuri, 2013).
Menurut Smeltzer & Bare (2012) adalah sebagai berikut:
a) Skala intensitas nyeri
Keterangan skala nyeri menurut Bourbanis :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik dan
memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik. Memiliki karateristik adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tekanan
darah, kekuatan otot, dan dilatasi pupil.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. Memiliki karateristik
muka klien pucat, kekakuan otot, kelelahan dan keletihan.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.
Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Topik/Judul
Pada penulisan EBP ini, penulis akan membahas topik Pengaruh terapi music
pada nyeri persalinan kala 1.

B. Metode Penulisan

a. Pencarian Jurnal
- https://scholar.google.com/
b. Alasan Penulisan Jurnal
Alasan penulisan Hasil jurnal ini adalah untuk lebih mengetahui manfaat
Pengaruh terapi music pada nyeri persalinan kala 1.
c.Hasil Review Jurnal

No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal


1 PENGARUH Rohmah Dwi Jurnal ini diambil melalui mesin - Penelitian ini menggunakan Pra-eksperimental
TERAPI MUSIK Maslakah pencari google schoolar dengan (One-Group Pra-Post test Design)
TERHADAP kata kunci bahasa - Jumlah sampel sebanyak 30 orang.
TINGKAT NYERI indonesia“pengaruhterapi music - uji Wilcoxon Signed Ranks
PADA IBU - Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat nyeri
pada nyeri persalinan”. Didapatkan
BERSALIN yang awalnya dari 30 responden seluruhnya (100,0
INTRAPARTUM
hasil sebanyak 5 artikel. Dari 5
artikel, abstrak pada jurnal sesuai %) mengalami tingkat nyeri berat, menjadi 19
KALA 1 FASE responden yang sebagian besar (63,3 %)
AKTIF DI BPM HJ. dengan tujuan pembuatan EBP ini..
mengalami tingkat nyeri sedang setelah diberikan
UMI SALAMAH terapi musik..
KECAMATAN
PETERONGAN
2. TERAPI MUSIK Sunarsih,Dainty 2017 Jurnal ini diambil melalui mesin - Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan
KLASIK Maternity pencari google schoolar dengan pendekatan PreExperimental Designs dengan
MENGURANGI kata kunci bahasa rancangan One Group Pretest Posttest
NYERI PADA indonesia“pengaruhterapi music - Jumlah sampel sebanyak 20 orang.
KALA I - uji T dependen
pada nyeri persalinan”. Didapatkan
PERSALINAN DI - Hasil penelitian diketahui bahwa hasil
hasil sebanyak 5 artikel. Dari 5
BPS pengukuran score frekuensi skala nyeri persalinan
ZUBAEDAHSYAH artikel, abstrak pada jurnal sesuai
dengan tujuan pembuatan EBP ini.. kala I fase aktif pada ibu bersalin dari 20 responden
, S.ST PALAPA sebelum diberikan terapi musik klasik dari skor 1-
BANDAR Artikel di publikasikan 2 bulan lalu
10, diketahui rata-rata score frekuensi skala nyeri
LAMPUNG 2016 dan dapat diakses full text. 7,55 (SD: 0,826) (SE: 0,185). Dan setelah
diberikan terapi musik klasik diketahui rata-rata
score frekuensi skala nyeri pada ibu bersalin adalah
5,55 (SD: 0,686) (SE: 0,153).
3. Pengaruh Terapi Triana Indrayani, 2018 Jurnal ini diambil melalui mesin - Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment
Musik Terhadap Nuricha Arselina pencari google schoolar dengan dengan rancangan pretest-postest only design with
Intensitas Nyeri kata kunci bahasa controlgroup
Persalinan Kala 1 indonesia“pengaruhterapi music - Jumlah sampel sebanyak 24 orang
Fase Aktif di Klinik - Uji statistik Wilcoxon Sign Rank Tes
pada nyeri persalinan”. Didapatkan
Keluarga Pisangan - Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
hasil sebanyak 5 artikel. Dari 5
Baru Kelurahan kelompok eksperimen terdapat 12 responden yang
Pisangan Baru artikel, abstrak pada jurnal sesuai
dengan tujuan pembuatan EBP ini.. diamati sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan
Kecamatan terapi musik.pada variabel sebelum dilakukan
Matraman Jakarta perlakuan terapi musik terdapat 8 orang (66,7%)
Timur ibu bersalin mengalami nyeri dan sebanyak 4 orang
(33,3%) tidak nyeri pada persalinan kala I fase
aktif. Sedangkan pada variabel sesudah dilakukan
perlakuan terapi musik terdapat 3 orang (25%) ibu
bersalin mengalami nyeri dan sebanyak 9 orang
(75%) tidak nyeri.Sementara pada kelompok
kontrol juga terdapat 12 responden yang diamati.
Pada variabel sebelum terdapat 7 orang (58,3%) ibu
bersalin mengalami nyeri dan sebanyak 5 orang
(41,7%) tidak nyeri pada persalinan kala I fase
aktif. Sedangkan pada variabel sesudah terdapat 8
orang (66,7%) ibu bersalin mengalami nyeri dan
sebanyak 4 orang (33,3%) tidak nyeri.
4. EFEKTIFITAS Livana PH, Tri Nur 2017 Jurnal ini diambil melalui mesin - Penelitian ini menggunakan quasy eksperimental
TERAPI MUSIK Handayan pencari google schoolar dengan design jenis pretest – postest
PADA NYERI kata kunci bahasa - Jumlah sampel sebanyak 30
PERSALINAN indonesia“pengaruhterapi music - Uji wilcoxon
KALA I FASE - Hasil penelitian n diperoleh intensitas nyeri
pada nyeri persalinan”. Didapatkan
LATEN responden sebelum dilakukan intervensi rataratanya
hasil sebanyak 5 artikel. Dari 5
artikel, abstrak pada jurnal sesuai adalah 3,20 dengan standar deviasi 0,610.
dengan tujuan pembuatan EBP ini. Sedangkan rata-rata intensitas nyeri responden
setelah dilakukan intervensi adalah 2,47 dengan
standar deviasi 0,507. Dari uji statistik dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi
dan setelah dilakukan intervensi (p value = 0,000
5. PENGARUH TERAPI Herni Astuti, 2012 Jurnal ini diambil melalui mesin - Penelitit ini menggunakan quasi eksperimen
MUSIK TERHADAP Mufdlilah pencari google schoolar dengan dengan nonequivalent control group design
TINGKAT NYERI kata kunci bahasa - Jumlah sampel 30 orang
PERSALINAN PADA indonesia“pengaruhterapi music - Uji validitas dan reabilitas
KLIEN - Hasil penelitian menunujukkan bahwa nilai rata-
pada nyeri persalinan”. Didapatkan
INTRAPARTUM rata data pre test sebesar 7.0; sedangkan rata-rata
hasil sebanyak 5 artikel. Dari 5
KALA I DI BPS data post test sebesar 5.6. Rata-rata data tingkat
ISTRI YULIANI artikel, abstrak pada jurnal sesuai
dengan tujuan pembuatan EBP ini. nyeri pre test dibanding dengan rata-rata post test
DAN BPS MEI mengalami penurunan rata-rata sebesar -1.4
SUWARSONO
SLEMAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2012
DAFTAR PUSTAKA

Ainy, N. 2014. Pengaruh Pemberian Therapi Musik Klasik Mozart terhadap


Penurunan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dalam Menghadapi
Persalinan di RS IPHI Batu. Tesis, Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Aizid. 2014. Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Laksana.

Amperiana, S. 2013. Pengaruh Musik Kiasik (Mozart) Terhadap Kemajuan


Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primipara, Studi pra- eksperimen di
Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun
2013. Kediri: Akademi Kebidanan Pamenang.

Analia. 2016. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik dalam Menurunkan


Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan. Majority. Volume 5,
Nomor 1, Februari 2016.

Andriana, 2013. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : Bhuana llmu populer
kelompok gramedia.

Astuti, H. 2012. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Pada
Klien Intrapartum Kala I Di Bps Istri Yuliani Dan BPS Mei Suwarsono
Sleman Yogyakarta Tahun 2012. Yogyakarta: Sekolah Tinggi llmu Kesehatan
'Aisyiyah Yogyakarta.

Bobak, M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Cetakan Pertama. Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Campbell, D. 2012. Efek mozart bagi anakanak meningkatkan daya pikir,


kesehatan dan kreativitas anak melalui musik. Alih Bahasa: Alex Tri
Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djaafar, Nurseha S. 2012. Pengaruh Musik Gamelan terhadap Respon Kecemasan


Bayi pada saat Immunisasi di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada

Hakim, Lukmanul. 2013. Terapi Musik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Judha, M. 2015. Teori Pengukuran Nyeri dan nyeri Persalinan (Disertai Contoh
Askeb. Cetakan Kedua. Yogyakarta : Nuha Medika.

Malehere, N.S. 2013. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Nyeri


Persalinan Kala I Fase Aktif (Di Kamar Bersalin RSUD Prof. Dr. W. Z
Johannes Kupang)

Maryunani, A dan Sukaryati, Y. 2014. Senam Harnil, Senam Nifas dan Terapi
Musik. Jakarta : Trans Info Media.
Mongan. 2015. Hypnobrithing. Jakarta: Bhuana llmu popular.

Mucci. 2012. The Healing Sound Of Music: Manfaat Musik Untuk. Kesembuhan,
Kesehatan Dan Kebahagiaan Anda. Jakarta : Gramedia Pustaka

Natalia. 2006 Pengaruh Musik Gamelan Terhadap Emosi Baru Lahir, Jurnal
ANIMA, (Vol. 20 )

Nolan, M. 2014. Kehamilan dan Melahirkan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Arcan.

Potter, Patricia A. 2013. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta:EGC.

Reeder, dkk. 2012. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan


Keluarga. Allh bahasa Yati Afiyati, dkk. Edisi 18. Jakarta: EGC.

Saputra, H. 2014. Pengaruh Terapi Musik Instrumental terhadap Tingkat


Kecemasan Pasien Pra Operasi fraktur di Ruang Bedah RSPAD Gatot
Soebroto, Skripsi, Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Smeltzef, S.C & Bare, B.C. 2012. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih
Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, Jakarta: EGC.

Smeltzer SC. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Tjokronegoro, A dan Utama, H. 2014. Penanggulangan Nyeri Dalam Persalinan.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Yuliastanti. T. 2013. Pendampingan Suami Dan Skala Nyeri Pada Persalinan


Kala 1 Fase Aktif. Bidan Prada : Jurnal llmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni
2013.

Anda mungkin juga menyukai