Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU I

KEPUTUSASAAN
STASE KEPERAWATAN JIWA
DI RUANG POLI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

DISUSUN OLEH :
NOVA RIZKILIANA
G1B221028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

A. Definisi
Keputusasaan adalah suatu kondisi dimana individu yang memandang
adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah
yang dihadapi. (SDKI, 2017)
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil).
Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan
untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan
bisa membantunya.

B. Etiologi
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
Kondisi klinis terkait : (Keliat, 2020)
1. Penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi, stroke, TBC)
2. Penyakit terminal (kanker)
3. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
4. Kondisi fisik terus menurun
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
C. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2020) adalah:
1. Tanda Mayor
a) Subjektif
- Mengungkapkan keputusasaan
- Mengungkapkan isi pembicaraan yang pesimis "saya tidak bisa"
- Kurang dapat berkonsentrasi
- Mengungkapkan bingung
b) Objektif
- Berperilaku pasif
- Kontak mata kurang
- Perubahan pola tidur
- Porsi makan tidak habis
- Kurang bicara
2. Tanda Minor
a) Subjektif
- Sulit tidur
- Selera makan menurun
- Mengungkapkan keragu-raguan
- Mengungkapkan frustasi
b) Objektif
- Afek datar
- Kurang inisiatif
- Meninggalkan lawan bicara
- Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara
- Perawatan diri kurang
- Sulit membuat keputusasaan
D. Pohon Masalah
(effect)
Resiko bunuh diri

(core problem)
Keputusasaan

(cause)
Ketidakberdayaan

E. Penatalaksanaan
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila
penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan
di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman
diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain
psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
3. Terapi psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya
masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
4. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita
gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum
komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi
keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan,
kajian kitab suci dsb.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan
penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya
dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit
jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain;
terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan
kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam
kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan
evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan
ke keluarga dan ke masyarakat.

F. Data yang Perlu Dikaji


1. Kaji dan dokumentasikan kemungkinan bunuh diri
2. Pantau afek dan kemampuan membuat keputusan
3. Pantau nutrisi: Asupan dan berat badan

G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Harga diri rendah
2. Ketidakberdayaan
3. Resiko bunuh diri
H. Rencana Tindakan Keperawatan
Berdasarkan SIKI 2018, Intervensi Keperawatan pada keputusasaan (D.0088)
dibagi menjadi 2 yaitu intervensi utama dan intervensi pendukung
1. Intervensi Utama
a) Dukungan emosional (I.09256)
1) Observasi
- Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
2) Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih
- Buat pernyataan supportive atau empati selama fase beduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis.
Merangkul, menepuk-nepuk)
- Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas,
jika perlu
- Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
3) Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis.
Ansietas, marah, sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya
dan pola respon yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
4) Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
b) Promosi Harapan (I.09307)
1) Observasi
- Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian
hidup
2) Terapeutik
- Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
- Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
- Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
- Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikan
kebutuhan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan
realistis
- Anjurkan mempertahankan hubungan (mis. Menyebutkan nama
orang yang dicintai)
- Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang
lain
- Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
- Latih cara mengembangkan spiritual diri
- Latih cara mengenag dan menikmati masa lalu (mis, prestasi,
pengalaman)
c) Promosi Koping (I.09312)
1) Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
2) Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenal aspek-aspek tertentu dalam
perawatan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Dampingi saat berduka (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
3) Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan tehnik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian objektif
2. Intervensi Pendukung
a) Fasilitasi pengungkapan perasaan
b) Fasilitasi perasaan bersalah
c) Konseling
d) Manajemen mood
e) Manajemen perilaku
f) Perlibatan keluarga
g) Pencegahan bunuh diri
h) Promosi dukungan keluarga
i) Promosi dukungan sosial
j) Promosi dukungan spiritual
k) Promosi perawatan diri
l) Promosi sistem pendukung
m) Terapi kognitif perilaku
n) Tehnik menenangkan
o) Terapi Reminiens
TELAAH JURNAL KEPERAWATAN JIWA

A. HASIL REVIEW JURNAL


Jurnal 1
a. Judul
Penerapan terapi suportif dengan teknik bimbingan untuk
mengurangi dorongan bunuh diri pada pasien skizofrenia

b. Penulis
Sulastry Pardede

c. Tahun
2017

d. Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran
klinis dan penerapan terapi suportif dengan teknik
bimbingan untuk mengurangi dorongan bunuh diri pada
pasien skizofrenia.

e. Isi Jurnal
Penelitian ini menyelidiki kondisi pasien skizofrenia tipe paranoid yang
memiliki dorongan bunuh diri tinggi yang ditandai gejala depresi dan
gangguan mental; putus asa dan merasa tidak berdaya; kejadian negatif
dalam hidup; isolasi sosial; disfungsi keluarga; kurang memahami
makna hidup; dan penerimaan diri negatif. Hasil analisa perkembangan
intervensi didukung dengan hasil pre test dan post test dengan Suicide
Intent Scale (SIS). Skor pada pre-test yaitu 9 termasuk dalam kategori
sedang (medium Intent), sedangkan skor post-test yaitu 3 termasuk
kedalam kategori rendah (low intent). Hal ini berarti mendukung hasil
intervensi. Hasil terapi suportif dengan teknik bimbingan berdampak
positif, karena ada perubahan perilaku kearah yang lebih baik ditandai
dengan depresi dan gangguan mental berkurang, tidak mudah putus asa,
mampu menerima keberadaan dirinya, mampu bersosialisasi, mampu
memperbaiki hubungan dengan keluarga, mampu mengindentifikasi
tujuan hidupnya dan menerima dirinya. Hal ini didukung dengan analisa
perkembangan intervensi didukung dengan hasil pre test dan post test
dengan Suicide Intent Scale (SIS). Skor pada pre-test berada dalam
kategori sedang (medium Intent), sedangkan skor post-test termasuk ke
dalam kategori rendah (low intent).

Jurnal 2
a. Judul
Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap kemandirian pasien
skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi NTB.

b. Penulis
Desty Emilyani

c. Tahun
2019

d. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengaruh terapi kelompok
supportif terhadap kemandirian pasien skizofrenia yang mengalami
defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB.

e. Isi Jurnal
Defisit perawatan diri adalah masalah yang sering dijumpai pada pasien
dengan skizofrenia. Gangguan perawatan diri ini terjadi karena pasien
mengalami gangguan kognitif, sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan pasien dalam mengatur dan merawat dirinya sendiri
seperti mandi, berhias, makan minum serta toileting. Pendekatan Terapi
Supportif pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri mampu
memberikan dukungan terapis terhadap pasien sehingga pasien dapat
berkontribusi dalam pemecahan masalah kelompok dan mampu
meningkatkan kemampuan mencapai kemandirian yang optimal.
Desain penelitian Pra eksperiment dengan besar sampel 9 orang pasien
yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Analisa data
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan taraf signifikansi α
<0,05. Hasil Wilcoxon signed Rank Test sebelum dan setelah pemberian
terapi suportif pada kelompok perlakuan memiliki p = 0,002.
menunjukkan adanya pengaruh terapi suportif pada kemandirian pasien
skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri. Terapi suportif
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian pasien shizophrenic
yang mengalami defisit perawatan diri. Oleh karena itu, terapi suportif
harus diterapkan untuk pasien dengan masalah defisit perawatan diri
sebagai upaya untuk membantu pasien meningkatkan kemandirian
dalam perawatan diri.

B. PEMBAHASAN JURNAL
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dianggap paling aneh dan
membingungkan. Gangguan ini dianggap sebagai salah satu gangguan
mental. Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang paling
membingungkan dan melumpuhkan (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Hal
ini seringkali menimbulkan rasa takut, kesalah pahaman dan penghukuman
dan bukannya simpati yang di dapatkan oleh pasien. Berdasarkan
informasi yang didapatkan dari survei lembaga kesehatan mental rumah
tangga tahun 1995, pada setiap 1.000 anggota rumah tangga terdapat 185
orang atau sekitar 18,5% mengalami gangguan terikat masalah kejiwaan.
Prevelensi skizofrenia secara umum di dunia antara 0,2%-2% populasi.
Skizofrenia ditemukan 7/1.000 orang dewasa dan terbanyak usia 15-35
tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang mengidap skizofrenia juga
menunjukkan angka yang tidak kecil yaitu sekitar 2 juta orang (Walujani,
2007).
Penanganan masalah gangguan jiwa skizofrenia harus dilakukan
secara bersamaan dan butuh keterlibatan langsung dari pasien, kelompok,
keluarga, .dan komunitas. Keterlibatan kelompok berupa terapi dukungan
pada pasien gangguan jiwa yang mengalami defisit perawatan dapat
dilakukan dengan terapi suportif. Terapi suportif termasuk salah satu
model psikoterapi yang biasanya sering digunakan di masyarakat dan di
rumah sakit. Pendekatan terapi suportif pada pasien skizofrenia yang
mengalami defisit perawatan diri mampu memberikan dukungan terapis
terhadap pasien sehingga pasien dapat berkontribusi dalam pemecahan
masalah kelompok dan mampu meningkatkan kemampuan mencapai
kemandirian seoptimal mungkin.
Pada jurnal pertama didapatkan hasil terapi suportif dengan teknik
bimbingan berdampak positif, karena ada perubahan perilaku kearah yang
lebih baik ditandai dengan depresi dan gangguan mental berkurang, tidak
mudah putus asa, mampu menerima keberadaan dirinya, mampu
bersosialisasi, mampu memperbaiki hubungan dengan keluarga, mampu
mengindentifikasi tujuan hidupnya dan menerima dirinya. Hal ini
didukung dengan analisa perkembangan intervensi didukung dengan hasil
pre test dan post test dengan Suicide Intent Scale (SIS). Skor pada pre-test
berada dalam kategori sedang (medium Intent), sedangkan skor post-test
termasuk ke dalam kategori rendah (low intent). Hasil analisa
perkembangan intervensi didukung dengan hasil pre test dan post test
dengan Suicide Intent Scale (SIS). Skor pada pre-test yaitu 9 termasuk
dalam kategori sedang (medium Intent), sedangkan skor post-test yaitu 3
termasuk kedalam kategori rendah (low intent). Hal ini berarti mendukung
hasil intervensi penelitian.
Adapun dari jurnal kedua menunjukkan bahwa terdapat 7
responden (77,7%) menjadi mandiri dalam hal perawatan diri: mandi,
terdapat 3 responden (33,3%) menjadi mandiri dan 5 responden (55,5%)
cukup mandiri yang berarti pasien masih membutuhkan bantuan sebagian
dalam hal perawatan diri: berdandan/berhias, terdapat 8 responden (88,8%)
menjadi madiri dalam hal perawatan diri: makan dan minum, terdapat 7
responden (77,7%) menjadi mandiri dalam hal perawatan diri: BAB/BAK.
Berdasarkan uji statistic menggunakan Wilcoxon sign rank test didapatkan
p = 0,002 dimana ɑ < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian terapi suportif mempengaruhi
kemandirian pasien dalam perawatan diri. Kemadirian pasien skizofrenia
yang mengalami defisit perawatan diri menunjukkan perbedaan pada
sebelum dan sesudah pemberian terapi supportif. Sebelum dilakukan terapi
suportif kemandirian pasien semuanya bervariasi sebagian kurang mandiri
dan cukup mandiri serta membutuhkan bantuan dari perawat. Setelah
dilakukan terapi suportif terjadi peningkatan kemandirian pasien menjadi
sebagian besar mandiri dan tidak membutuhkan bantuan dari perawat.
Terapi kelompok suportif berperan dalam meningkatkan kemandirian
pasien skizofrenia yang mengalami masalah defisit perawatan diri, melalui
sistem dukungan kelompok dan fasilitas dan adanya upaya untuk
memberikan anggota kelompok yang saling berkontribusi dan memberikan
dukungan satu sama lain terkait masalah defisit perawatan diri yang
dihadapi pasien.
Maka didapatkan kesimpulan dari kedua jurnal bahwa terdapat
adanya pengaruh dari terapi suportif pada pasien skizofrenia. Dengan
dilakukannya terapi ini didapatkan perubahan perilaku kearah yang lebih
baik ditandai dengan depresi dan gangguan mental berkurang, tidak mudah
putus asa, mampu menerima keberadaan dirinya, mampu bersosialisasi,
terjadi peningkatan kemandirian pasien defisit keperawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A, dkk. 2020. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC


Sarfika R. 2019. Hubungan Keputusasaan dengan Depresi pada Pasien Diabetes
Melitus Di Padang. NERS : Jurnal Keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Yulianti R, Rochmawati D.H, Purnomo. 2015. Pengaruh Cognitive Therapy Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Di SMC RS Telogorejo. J. Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (JIKK)

Anda mungkin juga menyukai