Disusun Oleh
NIM : G1B221021
Pembimbing Akademik :
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat
yang dikarakteristikan oleh kejang berulang keadaan ini dapat di hubungkan
dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot
atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi
sehingga epilepsy bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer & Bare, 2011)
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
Tonik-klonik
klonik
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi,
yaitu (Menurut Epilepsy – Symptoms. 2012).:
1) Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil
dari otak atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau
satu bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Imaging, video)
1) Onset Fokal
2) Onset General
3) Unknown Onset
b. Berdasarkan tipe epilepsi (dipergunakan pada fasilitas dengan akses
pemeriksaan penunjang diagnostik epilepsi)
1) Onset Fokal
2) Onset General
4) Unknown Onset
c. Berdasarkan sindrom epilepsi
1) Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa adalah terapi lini pertama yang dipilih dalam
menangani penderita epilepsi yang baru terdiagnosa. Ketika memulai
pengobatan, pendekatan yang “mulai dengan rendah, lanjutkan dengan lambat
(start low, go slow)” akan mengurangi risiko intoleransi obat. Penatalaksanaan
epilepsi sering membutuhkan pengobatan jangka panjang. Monoterapi lebih
dipilih ketika mengobati pasien epilepsi, memberikan keberhasilan yang sama
dan tolerabilitas yang unggul dibandingkan politerapi (Louis, Rosenfeld,
Bramley, 2012).
2) Terapi bedah epilepsi
c. Pertolongan Pertama
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain
(Menurut Yayasan Epilepsi Indonesia.2014) :
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen,
kompor api, dan lain – lain).
b. Jangan pernah meninggalkan penderita.
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju
di lehernya agar pernapasan penderita lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut
dapat mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau
pernapasan.
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan
penderita. Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai.
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti
memberi minum, penahan lidah.
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan
meninggalkan penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian
biarkan penderita beristirahat atau tidur.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering
dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk menegakkan
diagnosis epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG, kelainan fokal
pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak.
Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan genetik atau metabolik.
b. Neuroimaging
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan radiologis
bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data EEG. Dua
pemeriksaan yang sering digunakan Computer Tomography Scan (CT
Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila dibandingkan dengan
CT Scan maka MRI lebih sensitive dan secara anatomik akan tampak lebih
rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hippocampus kiri dan kanan
(Consensus Guidelines on the Management of Epilepsy, 2014)
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Wong, Donna L. 2012, pengkajian pada pasien epilepsi adalah :
1. Dapatkan riwayat kesehatan terutama yang berkaitan dengan kejadian
prenatal, perinatal, dan neonatal; adanya contoh infeksi, apnea, kolik, atau
menyusu yang buruk; informasi mengenai kecelakaan atau penyakit serius
sebelumnya.
2. Observasi kejang
a. Jelaskan hal-hal berikut :
1) Hanya hal-hal yang harus diobservasi dengan benar.
2) Urutan kejadian (sebelum, selama, dan setelah kejang).
3) Durasi kejang.
4) Tonik-tonik : dari tanda-tanda pertama kejadian kejang sampai
sentakan-sentakannya berhenti.
5) Tanpa kejang dari kehilangan kesadaran sampai pasien sadar kembali.
6) Parsial kompleks : dari aura sampai berhenti secara otomatis atau
menunjukkan responsivitas pada lingkungan.
b. Awitan
1) Waktu awitan.
2) Kejadian pra-kejang yang signifikan (sinar terang, bising, kegirangan,
emosi berlebihan).
3) Perilaku
Perubahan pada ekspresi wajah, seperti pada rasa takut.
Menangis atau bunyi lain.
Gerakan sterotip atau otomatis.
Aktivitas acak (mengeluyur).
4) Posis kepala, tubuh, ekstremitas :
Postur unilateral atau bilateral dari salah satu atau lebih
ekstremitas.
Deviasi tubuh ke samping.
c. Gerakan
1) Perubahan posisi (bila ada).
2) Sisi permulaan (tangan, ibu jari, mulut, seluruh tubuh).
3) Fase tonik (bila ada dapat lama, melibatkan beberapa bagian tubuh).
4) Fase klonik (kedutan atau gerakan menyentak, melibatkan beberapa
bagian tubuh, urutan bagian yang terkena, umum, perubahan dalam
karakteristik gerakan.
5) Kurang gerakan atau tonus otot pada bagian-bagian tubuh seluruh
tubuh.
d. Wajah
1) Perubahan warna (pucat, sianosis, wajah kemerahan).
2) Keringat.
3) Mulut (posisi, menyimpang ke salah satu sisi, gigi mengatup, lidah
tergigit, mulut berbusa, flek darah atau perdarahan).
4) Kurang dalam ekspresi
a. Mata
1) Posisi (lurus, menyimpang ke atas, menyimpang keluar, konjugasi
atau divergen).
2) Pupil (bila mampu untuk mengkaji). Terjadi perubahan pada ukuran,
kesamaan reaksi terhadap sinar dan akomodasi.
b. Observasi paska-kejang
1) Masa paska-kejang.
2) Metode terminasi.
3) Status kesadaran (tidak responsive, mengantuk, konfusi).
4) Orientasi terhadap waktu dan orang.
5) Tidur tetapi mampu untuk bangun.
6) Kemampuan motorik
Adanya perubahan pada kekuatan motorik.
Kemampuan untuk menggerakkan semua ekstermitas.
Adanya paresis atau kelemahan
Kemampuan untuk bersiul (biasa sesuai dengan usia).
7) Bicara (berubah, aneh, jenis dan luasnya kesulitan).
8) Sensasi
Keluhan tidak nyaman atau nyeri.
Adanya kerusakan sensori dari pendengaran, penglihatan.
Pengumpulan kembali sensasi pra-kejang, peringatan serangan.
Kesadaran bahwa serangan sudah mulai terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan
lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran,
keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan
diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang
mengingat.
3. Intervensi Keperawatan
no Diagnosa Tujuan dan Intervensi
keperawatan kriteria hasil
1 Ketidakefektifan Tujuan: Setelah 1. Anjurkan klien untuk
bersihan jalan dilakukan askep mengosongkan mulut dari
nafas berhubungan 3x24 Jam masalah benda/zat tertentu
dengan sumbatan bersihan jalan nafas 2. Letakkan klien dalam posisi
lidah di tidak efektif tidak miring dan pada permukaan
endotrakea, terjadi dan teratasi datar
peningkatan Kriteria hasil: 3. Tanggalkan pakaian klien
sekresi saliva, nafas normal ( 25 - pada daerah leher atau dada
keruskan 30 x/menit ), tidak dan abdomen
neromuskuler. tejadi aspirasi, 4. Melakukan penghisapan
tidak ada sesuai indikasi
dispnea, tidak ada
penumpukan 5. Berikan oksigen sesuai
sekret. program
2 Termogulasi tidak Tujuan : Setelah 1. Kaji faktor-faktor terjadinya
efektif : dilakukan askep peningkatan suhu
Hipertermi 3x24 Jam, masalah 2. Observasi tanda – tanda vital
berhubungan termogulasi 3. Ajarkan keluarga cara
dengan tidak efektif memberikan kompres
peningkatan teratasi. dibagian kepala / ketiak
metabolik, proses Kriteria hasil : 4. Anjurkan untuk menggunakan
infeksi Demam berkurang, pakaian tipis yang terbuat dari
suhu normal 36,5 - kain katun
37,5° C, Nadi dan 5. Berikan ekstra cairan
RR normal, tidak dengan menganjurkan
ada perubahan klien banyak minum
warna kulit
3 Resiko terhadap Tujuan : Setelah 1. Identifikasi faktor lingkungan
cidera dilakukan askep yang memungkinkan resiko
berhubungan selama 3x24 Jam terjadinya cidera
dengan perubahan masalah resiko 2. Pasang penghalang ditempat
kesadaran, terhadap cidera tidur
keruskan kognitif teratasi dan tidak 3. Letakkan klien ditempat tidur
selama kejang, terjadi. yang rendah & datar
atau kerusakan Kriteria Hasil : 4. Siapkan kain lunak untuk
mekanisme tidak terjadi cidera mencegah terjadinya
perlindungan diri fisik pada klien, tergigitnya lidah saat kejang
dan aktivitas klien dalam kondisi 5. Berikan obat anti kejang
kejang yang aman, tidak ada
terkontrol ( memar dan tidak
gangguan ada resiko terjatuh.
keseimbangan )
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
atau independen dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri atau
independen adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari
petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan
lain (Doenges, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan dari proses keperawatan, proses yang
berkelanjutan untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang
diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respons pasien untuk
melakukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Doenges, 2012). Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi
proses setiap selesai dilakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil
membandingkan antara tujuan dengan kriteria hasil.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK N
DI RUANG ANAK IX
I. IDENTITAS BAYI/KELUARGA
a. Klien
Nama : An. N
Tgl/umur : 16 – 12 – 2019 / 1 Tahun 9 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Orang Tua
Nama ayah : Tn. M
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sma
Alamat : Olak Kemang
No. Telp : 082246842826
c. Hidung
- Struktur : Normal
- Fungsi penciuman : Baik
- Perdarahan : Tidak ada
- Keluhan :
d. Telinga
- Struktur : Normal
- Fungsi : Normal
- Cerumen : Tidak ada
- Cairan telinga : Tidak terdapat cairan telinga
- Nyeri telinga : Tidak ada nyeri
- Alat bantu : An. N tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
- Keluhan : Tidak ada masalah di telinga
g. Dada
- Struktur : Simetris
- Pernafasan
a. Pola nafas : Normal
b. Frekuensi nafas : 25x/i
c. Bunyi nafas : Ronkhi
d. Penggunaan otot pernafasan tambahan : tidak ada
e. Batuk : tidak ada
f. Sputum : tidak ada
g. Keluhan lain :-
h. Kardiovaskuler
- Ukuran jantung : Tidak terkaji
- Denyut jantung : 82 x/i
- Bunyi jantung : Tidak terkaji
- Edema :-
- Sianosis : Tidak terkaji
- Keluhan lain :-
i. Abdomen
- Struktur : Datar
- Bising usus : Normal
- Mual : Tidak ada
- Muntah : Tidak ada
- Keluhan lain : Tidak ada
j. Genetalia
- Struktur : Tidak terkaji
- Skrotum :
- Penis :
- Testis :
- Keluhan lain :-
k. Ekstremitas
1) Atas
- Pemasangan infuse : terpasang IVFD di tangan sebelah kiri dengan
dengan
pemberian DS 1/4 NS800 cc/hr
2) Bawah : -
l. Kulit
- Warna : Putih
- Turgor : Turgor kulit mengurang
- Kelembaban : Kering
- Perasaan terhadap rangsangan
a. Nyeri : Tidak terkaji
b. Suhu : 36,5 oC
- Lesi : Tidak terkaji
- Lain-lain :-
VIII. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS SOSIAL
1. Pre Natal
a. Berapa kali memeriksa kehamilan :Ny.S melakukan
pemeriksaan kehamilan setiap bulan selama masa kehamilan
b. Tempat pemeriksaan kehamilan : Bidan
c. Adakah dalam pengobatan
- Diet : Tidak terkaji
- Infeksi : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
d. Pemeriksaan Rontgen : Tidak terkaji
e. Ketergantungan obat-obatan : Tidak ada
f. Adakah tanda-tanda pre-eklampsia : Tidak terdapat tanda-tanda
pre-eklamsi selama
kehamilan
g. Adakah masalah lain : tidak ada
2. Natal
a. Usia kehamilan : 37-38 minggu
b. BB/PB Lahir : 3.600 gr / 50 cm
c. Jenis persalinan : Normal
d. Lama persalinan : jam 7 pagi-10 pagi
e. Keadaan anak setelah lahir
- Segera menangis : anak tidak segera menangis
- Resusitasi : tidak terkaji
f. Masalah waktu persalinan : tidak ada
3. Post Natal
a. Ibu
1) Perawatan pasca persalinan : tidak ada
2) Masalah pasca persalinan : Tidak terdapat masalah
b. Bayi
a. Apgar Score : Tidak terkaji
b. Kelainan kongenital : Tidak terkaji
c. Warna kulit
- Cyanosis : Tidak terkaji
- Pucat : Tidak terkaji
- Kuning : Tidak terkaji
d. Panas : Tidak terkaji
e. Kejang : Tidak ada
f. Kesulitan dalam menelan, : Ada mengisap/minum
2. Pemeriksaan EEG
Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 13 – 10 – 2021
Aktifitas Frekuens Voltag Distirbusi Keterangan
i (Hz) e khusus
(……...........................)
Analisa Data
DO: LK: 37 cm
An. N badannya terlihat
kaku
TB/BB: 84cm/8Kg
DS: perubahan kesadaran, Resiko Terhadap cidera
-Ny.S mengatakan anak keruskan kognitif selama
mengalami kejang pada kejang, atau kerusakan
saat dirumah 1x mekanisme perlindungan
-Ny.S mengatakan kejang diri dan aktivitas kejang
sekitar 20menit yang terkontrol (
-Ny.S mengatakan gangguan keseimbangan )
sebelum kejang anak
memang sudah demam
-Ny.S mengatakan pada
saat diigd anak mengalami
kejang kembali sebanyak
2x
-Ny. S mengatakan badan
anak sering kaku
Intervensi Keperawatan
2. Anjurkan
orang tua
menyentu
h dan
mengajak
anak
bermain
3. Anjurkan
orang tua
berinterak
si dengan
anaknya
4. Anjurkan
orang tua
untuk
mengajark
an anak
untuk
berjalan
5. Anjurkan
orang tua
untuk
memakan
makanan
untuk
memperce
pat
tumbuh
kembang
Edukasi
-Anjurkan keluarga
menghindari
memasukkan apapun ke
dalam mulut pasien sat
periode
kejang.
-Anjunkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan
untuk menahan gerakan
pasien
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
antikonvulsan, jika perlu
Implementasi Keperawatan
Catatan Perkembangan
O: - nampak rewel
- nampak kaku
-Akral teraba dingin
P: Lanjutkan intervensi
-Mengedukasi Ny.S tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku anak
pada usia 1 Tahun 9 bulan
-Menganjurkan Keluarga menyentuh Dan
mengajak bermain An. N
-Menganjurkan Keluarga berinteraksi
dengan anaknya seperti mengajak bicara
anaknya
-Mengajurkan Keluarga untuk
mengajarkan anak untuk berjalan dengan
cara dituntun
-Mengajurkan keluarga untuk memakan
makanan untuk mempercepat tumbuh
kembang
P: Lanjutkan intervensi
1. Mengajurkan keluarga untuk anak
supaya berbaring agar tidak terjatuh
2. Mengajurkan keluarga untuk
mencatat durasi kejang saat periode
kejang berlangsung
3. Menganjurkan Keluarga untuk tidak
memasukkan benda kedalam mulut
selama periode kejang
4. Mengajurkan keluarga untuk tidak
memakai kekerasaan untuk menahan
anak saat periode kejang
14-10-2021 1 S: -Ny. S Mengatakan telah mengerti apa
10.00 yang disampaikan perawat
-Ny.S Mengatakan lega setelah perawat
melakukan intervensi
-Ny.s mengatakan akan melakukan anjuran
dari perawat
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
14-10-2021 2 S: -Ny.S Mengatakan telah mengerti apa
10.15 yang disampaikan perawat
-Ny.S Mengatakan lega setelah perawat
melakukan intervensi
-Ny. S mengatakan akan melakukan anjuran
dari perawat
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bare, Smeltzer. 2011. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8.”
2. Berg AT, Berkovic SF, Brodie MJ, Buchhalter J, Cross JH, Boas WvE,
Engel J, et al. (2010). Revised terminology and concepts for organization
of seizures and epilepsies: Report of the ILAE commission on
classification and terminology, 2005-2009. Epilepsia, 51(4): 676–85
3. Consensus Guidelines on the Management of Epilepsy, 2014
4. Doenges, M, (2012), Rencana Asuahan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, EGC
5. Donna L. Wong. ...... et all. 2012. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik.
Cetakan pertama. Jakarta : EGC.
6. Epilepsy – Symptoms. 2012. [cited 2014 Februari 9]. Available from :
URL http://www.nhs.uk/Conditions/Epilepsy/Pages/Symptoms.aspx
7. Hauser WA (2016). Epidemiology of epilepsy in children. Dalam: Pellock
JM, Nordli DR, Sankar R, Wheless JW. Pellock’s pediatric epilepsy:
Diagnosis and therapy fourth edition. New York: Demos Medical
Publishing, pp: 178- 87
8. Henry TR. Seizures and Epilepsy : Pathophysiology and Principles of
Diagnosis. Epilepsy Board Review Manual. 2012;1(1):1-26.
9. Louis, E.K., Rosenfeld, W.E., Bramley, T., 2012, Antiepileptic Drug
Monotherapy:The Initial Approach in EpilepsyManagement,
Current Neuropharmacology, 7, 77-82.
10. Muttaqin, A. 2011. Buku Ajar Asuha Keperawatan Klien Dengan
Gangguang Sistem persarafan. Jakarta : Salemba Medika
11. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid
2. Jakarta : EGC
12. Scheffer IE, Berkovic S, Capovilla G, Connolly MB, French J, Guilhoto L,
Hirsch E, et al. (2017). ILAE classification of the epilepsies: Position
paper of the ILAE commission for classification and terminology.
Epilepsia, 58(4): 512- 21
13. Suwarba IGNM (2011). Insidens dan karakteristik klinis epilepsi pada
anak. Sari Pediatri, 13 (2): 123-8
14. Ünver O, Keskin SP, Uysal S, Ünver A (2015). The epidemiology of
epilepsy in children: A report from a turkish pediatric neurology clinic.
Journal of Child Neurology, 30(6): 698-702.
15. World Health Organization (2017). Epilepsy: Fact sheet.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/ - Diakses Maret
2017.
16. Yayasan Epilepsi Indonesia. YEI : Pertolongan Pertama. 2014 [cited 2014
Maret 5]. Available from: URL http://www.ina-
epsy.org/p/pertolonganpertama.html.