STEP 1
a. Kejang suatu kejadian paroksisimal yg disebabkan o/
lepas muatan hipersinkron abnormal dr suatu kumpulan
neuron ssp.
Gangguan fungsi otak paroksismal involuntary yang dapat
bermanifestasi sebagai aktifitas motorik abnormal, gangguan
sensorium, gangguan kesadaran, perilaku yang abnormal, atau
disfungsi autonom.
STEP 3
1. Perbedaan kejang dan epilepsi ?
Jawab:
kejang: ketidak teraturan dari neurotransmiter yang
berperan u/ perantara kimiawi,neurotransmiter: glutamat
dan GABA brain inhibitor terjadi jika GABA berfungsi
kurang optimal dan glutamatnya yang berlebih brain
eksitatori epilepsi
epilepsi : manifes akibat lepasnya muatan listrik yang
berlebih di otak, kejang yang berulang > dr 24 jam
disebut epilepsi
kejang : penurunan kesadaran terlihat ada yang
konvulsif(keadaan kejang), kendalanya di neurotransmitter
dan fungsi otak tidak terganggu. Mengirim implusnya
secara spontan.
epilepsi fungsi otak terganggu diagnosis: MRI dan CTSCAN, kejadiannya terusmenerus ( kambuh )
gangguan apa yang bisa menyebabkan kejang ? demam
bisa menyebabkan > suhu berpengaruh pada TIK
berpengaruh terhadap neurotransmitter
hipoglikemia juga bisa menyebabkan kejang karena
pengaruh GABA dan glutamat.
Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai
etiologi, namum dengan gejala yang khas, yaitu serangan
berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron
kortikal secara berlebihan (Mardjono dan Sidharta, 2008).
Serangan yang bersifat tunggal tidak dapat dipakai sebagai
alasan untuk menegakan diagnosis epilepsi (Harsono, 2007).
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell)
yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan
2. Klasifikasi kejang ?
Jawab :
Klasifikasi kejang
1.
PARSIAL
a.
Parsial sederhana
Dapat bersifat
motorik
(gerakan
abnormal
otomatisme
Beberapa
kejang
parsial
kompleks
mungkin
repetitive,
tajam,
lambat,
dan
kaku,
Price,
Sylvia.
2006.
Patofisiologi
volume
2. jakarta:EGC
Dibagi 3 berdasarkan gambaran klinis :
a. Generalisata
Kejang tonik : terjadi pada bayi baru lahir dengan bb rendah,
pergerakan tonik umum dengan ektensi lengan dan tungkai,
tiba kaku dan menyebabkan henti nafas.
Kejang klonik : disebabkan o/ kontusio selebri karena trauma
lokal, kejang lokal berlangsung 1-3detik, tidak disertai ggn
kesadaran dan tidak diikuti fase tonik
Na intrasel
K ektrasel
Ada faktor depolarisasi eksitasi berlebih atau f. Inhibisi
yang rusak terjadi ggn kesadaran, meningkatkan
aktifitas listrik yang berlebih pada neuron lama
kelamaan dia akan meyalurkan rangsangan neuron lain
bersama.
Saraf potensial membran mengendalikan ion yang
lebih berpengaruh di intrasel yang (-) ketika ada ggn
ada perubahan potensial membran
Permeabilitas membran karena ada siklus yang Na
Na lebih banyak masuk berpengaruh penurunan
membran 5menit kompensasi tubuh melalui
penyeimbangan depolarisasi na dan k adanya letupan
di dalam otak ada pengaruh peningkatan tik
berpengaruh pada o2 karena o2 di otak berkurang
ketika na masuk terjadi penyeimbangan letupan pada
saraf berhenti
kejang: ketidak teraturan dari neurotransmiter yang
berperan u/ perantara kimiawi,neurotransmiter:
glutamat dan GABA brain inhibitor terjadi jika GABA
http://pediatrics-undip.com/journal/HIPOGLIKEMIA%20PADA%20BAYI
%20DAN%20ANAK.pdf
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal,
membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl.
Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan
di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel
neuron disebabkan oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari
sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme
basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak yang
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang
dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi
kejang.
Check for neck mobility. It is important to ensure that the neck of all infants and
children is supple and easily mobile in all directions. This is particularly important
when the patient is holding the head in an asymmetric manner, and when
central nervous system disease such as meningitis is suspected.
In infants and children, the presence of nuchal rigidity is a more reliable indicator
of meningeal irritation than Brudzinskis sign or Kernigs sign. To detect nuchal
rigidity in older children, ask the child to sit with legs extended on the examining
table. Normally, children should be able to sit upright and touch their chins to
their chests. Younger children can be persuaded to flex their necks by having
them follow a small toy or light beam. You also can test for nuchal rigidity with
the child lying on the examining table, as shown on the next page. Nearly all
children with nuchal rigidity will be extremely sick, irritable, and difficult to
examine.
When meningeal irritation is present, the child assumes the tripod position and
is unable to assume a full upright position to perform the chin-to-chest
maneuver.
Neck Mobility. First make sure there is no injury to the cervical vertebrae or
cervical cord. (In settings of trauma, this may require evaluation by x-ray.) Then,
with the patient supine, place your hands behind the patients head and flex the
neck forward, until the chin touches the chest if possible. Normally the neck is
supple and the patient can easily bend the head and neck forward.
Brudzinskis Sign. As you flex the neck, watch the hips and knees in reaction
to your maneuver. Normally they should remain relaxed and motionless.
Kernigs Sign. Flex the patients leg at both the hip and the knee, and then
straighten the knee. Discomfort behind the knee during full extension occurs in
many normal people, but this maneuver should not produce pain
otak
menimbulkan
dan
sumsum
eksudasi
tulang
berupa
pus
belakang,
atau
yang
serosa.
lain
karena
mekanisme
kerusakan
dan
oleh
H.influenzae,
Meningococcus
dan
Streptococcus
dan
Listeria.20
Penyebab
oleh
virus
mempunyai
ditemukan
yaitu
Mumpsvirus,
Echovirus,
dan
dan
enterovirus
jarang
menjadi
penyebab
Pada
anak-anak,
permulaan
penyakit
bersifat
terdapat
konstipasi,
panas
yang
kurang
hilang
nafsu
timbul,
makan,
nyeri
fotofobia,
kepala,
nyeri
minggu
bila
sebagaimana mestinya
Klasifikasi
tidak
mendapat
pengobatan
Manifestasi klinis
misalnya
Pneumonia,
pada
penyakit
Bronchopneumonia
Penyebaran
bakteri/virus
Faringitis,
dan
dapat
Tonsilitis,
Endokarditis.
pula
secara
kuman-kuman
ke
dalam
ruang
subaraknoid
terjadi
penyebaran
sel-sel
leukosit
eksudat.
Dalam
beberapa
hari
terjadi
lapisan,
bagian
luar
mengandung
leukosit
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada venavena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark
otak, edema otak dan degenerasi neuron - neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural
yang
fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang
disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
Penegakan diagnosis
2.7.1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa
jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa
terdapat
tekanan
yang
hemoglobin,
jumlah
Pencegahan Meningitis
a. Pencegahan Primer
resiko
meningitis
bagi
individu
yang
belum
dapat
dilakukan
dengan
memberikan
influenzae
type
(Hib),
Pneumococcal
sejak
usia
bulan
dan
dapat
digunakan
bersamaan
dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan
MMR.20
Vaksinasi
kemungkinan
Pemberian
Hib
dapat
melindungi
terkena
meningitis
imunisasi
vaksin
direkomendasikan
oleh
WHO,
Hib
Hib
pada
bayi
dari
hingga
97%.
yang
telah
bayi
2-6
bulan
dengan
kekebalan
tubuh
dengan
cara
memenuhi
juga
kontak
dapat
dilakukan
dengan
cara
langsung
dengan
penderita
dan
sejak
(asimptomatik)
awal,
dan
saat
saat
masih
pengobatan
tanpa
gejala
awal
dapat
petugas
kesehatan
serta
keluarga
untuk
kloramfenikol
meningitis,
dan
membantu
penderita
untuk
untuk
Universitas
Sumatera
herpes
zoster,
limfogranuloma,
mumps,
pasca
rubella,
pasca
vaksinia,
pasca
Diberikan
apabila
jenis
virus
diketahui
Herpes
encephalitis
adalah
tanpa
cairan
normal.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
serebrospinalis
dalam
batas
dari
meninggal.
Epilepsy
Definisi
epilepsi : kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan)
Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di
dalam korteks serebral
Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak
fungsional yang terlibat
Etiologi
Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak
gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak
pada saat lahir atau cedera lain
pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir,
trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada
otak, atau infeksi
pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6
tahun disebabkan karena febril
pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik, karena
birth trauma, cedera kepala, tumor
Klasifikasi
International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981 menetapkan klasifikasi epilepsi
berdasarkan jenis bangkitan (tipe serangan epilepsi):
1. Serangan parsial
a. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)
- Dengan gejala motorik
- Dengan gejala sensorik
- Dengan gejala otonom
- Dengan gejala psikis
b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran
- Gangguan kesadaran saat awal serangan
c. Serangan umum sederhana
- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik
- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
2. Serangan umum
a. Absans (Lena)
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Atonik (Astatik)
f. Tonik-klonik
3. Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang lengkap).
Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk para klinisi karena
hanya ada dua kategori utama, yaitu
- Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang terlokalisir di otak.
- Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang lebih luas pada kedua
belahan otak.
Klasifikasi menurut sindroma epilepsi yang dikeluarkan ILAE tahun 1989 adalah :
1. Berkaitan dengan letak fokus
a. Idiopatik
- Epilepsi Rolandik benigna (childhood epilepsy with centro temporal spike)
- Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
b. Simptomatik
- Lobus temporalis
- Lobus frontalis
- Lobus parietalis
- Lobus oksipitalis
2. Umum
a. Idiopatik
- Kejang neonatus familial benigna
- Kejang neonatus benigna
- Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
- Epilepsi Absans pada anak
- Epilepsi Absans pada remaja
- Epilepsi mioklonik pada remaja
- Epilepsi dengan serangan tonik-klonik pada saat terjaga
- Epilepsi tonik-klonik dengan serangan acak
b. Simptomatik
Patofisiologi
Otak terdiri dari sekian biliun sel neuron yang satu dengan lainnya saling berhubungan.
Hubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik dengan bahan perantara
kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter.
Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung dengan baik dan lancar.
Apabila mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau dikarenakan
breaking system pada otak terganggu maka neuron-neuron akan bereaksi secara abnormal.
Neurotransmiter yang berperan dalam mekanisme pengaturan ini adalah:
- Glutamat, yang merupakan brains excitatory neurotransmitter
- GABA (Gamma Aminobutyric Acid), yang bersifat sebagai brains inhibitory neurotransmitter.
Golongan neurotransmiter lain yang bersifat eksitatorik adalah aspartat dan asetil kolin,
sedangkan yang bersifat inhibitorik lainnya adalah noradrenalin, dopamine, serotonin (5HT) dan peptida. Neurotransmiter ini hubungannya dengan epilepsy belum jelas dan masih
perlu penelitian lebih lanjut.18,19
Epileptic seizure apapun jenisnya selalu disebabkan oleh transmisi impuls di area otak yang tidak
mengikuti pola yang normal, sehingga terjadilah apa yang disebut sinkronisasi dari impuls.
Sinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok kecil neuron atau kelompok neuron yang
lebih besar atau bahkan meliputi seluruh neuron di otak secara serentak. Lokasi yang
berbeda dari kelompok neuron yang ikut terkena dalam proses sinkronisasi inilah yang
secara klinik menimbulkan manifestasi yang berbeda dari jenis-jenis serangan epilepsi.
Secara teoritis faktor yang menyebabkan hal ini yaitu: 6
- Keadaan dimana fungsi neuron penghambat (inhibitorik) kerjanya kurang optimal sehingga
terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan, disebabkan konsentrasi GABA
yang kurang. Pada penderita epilepsi ternyata memang mengandung konsentrasi GABA
yang rendah di otaknya (lobus oksipitalis). 18,19 Hambatan oleh GABA ini dalam
bentuk inhibisi potensial post sinaptik.
- Keadaan dimana fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga terjadi pelepasan impuls
epileptik yang berlebihan. Disini fungsi neuron penghambat normal tapi sistem
pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat. Keadaan ini ditimbulkan oleh
meningkatnya konsentrasi glutamat di otak. Pada penderita epilepsi didapatkan
peningkatan kadar glutamat pada berbagai tempat di otak. 18,19
- Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi untuk mengadakan
pelepasan abnormal impuls epileptik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk timbulnya kejang sebenarnya ada tiga kejadian yang
saling terkait :
- Perlu adanya pacemaker cells yaitu kemampuan intrinsic dari sel untuk menimbulkan
bangkitan.
- Hilangnya postsynaptic inhibitory controle sel neuron.
18,19
- Perlunya sinkronisasi dari epileptic discharge yang timbul.
Area di otak dimana ditemukan sekelompok sel neuron yang abnormal, bermuatan listrik
berlebihan dan hipersinkron dikenal sebagai fokus epileptogenesis (fokus pembangkit
serangan kejang). Fokus epileptogenesis dari sekelompok neuron akan mempengaruhi
neuron sekitarnya untuk bersama dan serentak dalam waktu sesaat menimbulkan serangan
kejang.
Berbagai macam kelainan atau penyakit di otak (lesi serebral, trauma otak, stroke, kelainan
herediter dan lain-lain) sebagai fokus epileptogenesis dapat terganggu fungsi neuronnya
(eksitasi berlebihan dan inhibisi yang kurang) dan akan menimbulkan kejang bila ada
rangsangan pencetus seperti hipertermia, hipoksia, hipoglikemia, hiponatremia, stimulus
sensorik dan lain-lain.
Serangan epilepsi dimulai dengan meluasnya depolarisasi impuls dari fokus epileptogenesis,
mula-mula ke neuron sekitarnya lalu ke hemisfer sebelahnya, subkortek, thalamus, batang
otak dan seterusnya. Kemudian untuk bersama-sama dan serentak dalam waktu sesaat
menimbulkan serangan kejang. Setelah meluasnya eksitasi selesai dimulailah proses
inhibisi di korteks serebri, thalamus dan ganglia basalis yang secara intermiten menghambat
discharge epileptiknya. Pada gambaran EEG dapat terlihat sebagai perubahan dari
polyspike menjadi spike and wave yang makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti.
Dulu dianggap berhentinya serangan sebagai akibat terjadinya exhaustion neuron. (karena
kehabisan glukosa dan tertimbunnya asam laktat). Namun ternyata serangan epilepsi bisa
terhenti tanpa terjadinya neuronal exhaustion.20,21,22
Pada keadaan tertentu (hipoglikemia otak, hipoksia otak, asidosis
metabolik) depolarisasi impuls dapat berlanjut terus sehingga
menimbulkan aktivitas serangan yang berkepanjangan disebut status
epileptikus.
Diagnosis
Penatalaksanaan
a. Meningitis
MAPPING
kejang
Non infeksi
Infeksi