Disusun Oleh :
Kelompok 5
Anisa (11202065)
Eva Ana Sholihah (11202078)
Hesti Arum (11202089)
Nurlaili (11202108)
Syarifah Hidayah (11202124)
1
KONSEP DASAR PENYAKIT
“EPILEPSI”
A. Definisi
B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
(Idiopatik) Sering terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab
utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi
simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan
otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis
2
epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
prognosis yang baik dan yang buruk..
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang
tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun
kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal
atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang
dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu
12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila
defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan
ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama.
Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak
akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan
pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk
terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan
bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama (Tarwoto,2007)
C. Klasifikasi Epilepsi
1. Epilepsi Grand Mal
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam
serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal
berlangsung selama 3 atau 4 menit.
2. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau
penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu
serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan
(twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
3
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik
setempat atau adanya kelainan fungsional (Tarwoto,2007)
D. Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
Kebutuhan O2 Meningkat
Parsial Umum
klonik Tonik-klonik
4
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian
berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan
mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain
melalui sinaps.
E. Manifestasi klinik
5
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala
dan sebagainya). (Hidayat,2009)
F. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu
kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan
medikamentosa dan pengobatan psikososial.
1) Pengobatan medikamentosa
6
h. Jenis obat yang sering digunakan yaitu:
-Phenobarbital (luminal)
Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
-Primidone (mysolin)
Di hepar primidone diubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.
-Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin)
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai
ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
temporalis, takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang
dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan
darah.
-Carbamazine (tegretol)
Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabka
npengontrolan bangkitan epilepsy itu sendiri atau mungkin juga
carbamazine memang mempunyai efek psikotropik. Sifat ini
menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering
disertai gangguan tingkah laku.Efek samping yang mungkin
terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum
tulang dan gangguanfungsi hati.
- Diazepam
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung
(status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan
karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v.atau intra
rektal.
-Nitrazepam (inogadon)
Terutama dipakai untuk spasme infantile dan bangkitan mioklonus.
-Ethosuximide (zarontine)
Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
- Na-valproat (dopakene)
7
obat pilihan kedua pada petit mal. Pada epilepsi grand mal pun
dapat dipakai. Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam
otak.
- Acetazolamide (diamox)
Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan
epilepsi. Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga
pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel
dalam keadaan hiperpolarisasi.Sering kali memberikan perbaikan
yang dramatis pada spasme infantil. (Hidayat,2009)
2) Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang
optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh
dalam menjalani pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan
dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara normal.
8
Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5
mg/menit sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5
menit, dapat diulangi lagi. Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat
fenitoin.
9
g. Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
dapat terjadi karena tindakan ini.
h. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan
kepala fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
untuk membersihkan secret
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk
mencegah aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat
periode ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat
terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun
harus diorientasikan terhadap lingkungan
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi
pada aktivitas kejang.
2. Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.
3. Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas
kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda
infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab
kejang tersebut.
7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan
karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang
tersebut.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang
secara tepat.
10
10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema
serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
11. Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan
metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.
12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
13. Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola
pembebasan yang abnormal.
14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal
dari praoperasi lobektomi temporal).
11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN EPILEPSI
A. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No
register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan
informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan
tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan
alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
1. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
2. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial
3. pengalaman kerja
4. Mekanisme koping yang digunakan
5. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu
dalam mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1). Selama serangan :
a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
d. disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang
tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
e. pasien menggigit lidah.
f. mulut berbuih.
g.ada inkontinen urin.
h.bibir atau muka berubah warna.
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada
satu sisi atau keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang
tidur, keadaan emosional.
12
l. penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai
dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
n. Apakah makan obat-obat tertentu.
o. ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2). Sesudah serangan
a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
b. ada perubahan dalam gerakan.
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut
jantung.
e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3). Riwayat sebelum serangan
a. ada gangguan tingkah laku, emosi.
b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik
maupun visual.
4). Riwayat Penyakit
a.Sejak kapan serangan terjadi.
b.Pada usia berapa serangan pertama.
c.Frekuensi serangan.
5). Riwayat kesehatan
a.Riwayat keluarga dengan kejang.
b.Riwayat kejang demam.
c.Tumor intrakranial.
d.Trauma kepala terbuka, stroke.
6). Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. yang dilakuakn pasien setelah kejang
13
7). Riwayat penggunaan obat
a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c.Berapa kali penggunaan obat
8). Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
b.Abnormal posisi mata
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
e.Tingkah laku setelah kejang
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
9). Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
d.Peran dalam keluarga
e.Strategi koping yang digunakan
f.Gaya hidup dan dukungan yang ada
10). Pengetahuan pasien dan keluarga
a.Kondisi penyakit dan pengobatan
b. Kondisi kronik
c.Kemampuan membaca dan belajar.
(Utopias,2008)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
14
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
INTERVENSI RASIONAL
15
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
Kriteria hasil: Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR
normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
16
minum
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
17
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INTERVENSI RASIONAL
18
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu
diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.
PEMBAHASAN KASUS
19
Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Diagnosa Medis Epilepsi
Ruang Praktek : Ruang Manggis
Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2020 / 08.00
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Alamat : Kp. Duren 3
Tempat / tanggal Lahir : Lebak, 10 Oktober 2014
Usia : 6 Tahun
Nama Ayah / Ibu : Tn.W/ Ny.W
Pekerjaan Ayah : Pegawai Pabrik
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya tiba – tiba kejang saat bermain sepeda
dengan temannya sebelum masuk RS, muntah (-), batuk (-),filek (-),
Orangtua mengatakan saat kejang mata anak melirik keatas, kedua
tangan kaku namun kedua kaki bergerak bebas (kelonjotan), lama kejang
± 3 menit. Setelah kejang anak tidak sadarkan diri. Ibu mengatakan 2
hari sebelumnya suhu tubuh anak terasa hangat tapi tidak diukur
suhunya.
20
Ibu klien mengatakan anaknya pernah sekali pilek, demam, batuk
saja, tidak pernah mengalami penyakit yang berat.
c. Pernah Dirawat di RS
Ibu klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya.
d. Obat-obatan yang Digunakan
Ibu klien mengatakan tidak ada obat-obatan yang diminum rutin.
e. Tindakan Operasi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah dioperasi.
f. Alergi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak punya riwayat alergi.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya diimunisasi lengkap. HBO, BCG,
DPT 1,2,3 Polio 1,2,3,4, HB 1, HB 2, dan HB 3.
C. RIWAYAT KELUARGA
1. Susunan Keluarga (Genogram 3 Generasi)
Ny. W X
Tn. W
An. M
Ket : Laki-Laki
Perempuan
Pasien
Meninggal X
21
Ikatan pernikahan
Tinggal Satu Rumah …….
E. KEBUTUHAN DASAR
a). Makan
1. Ibu klien mengatakan makan 3x sehari (Pagi, siang, sore)
2. Makanan yang disukai /tidak disukai : Nasi sayur /ikan
b). Tidur
22
1. Lama tidur siang =) ± 1 Jam
2. Lama tidur malam =) ± 9 Jam
3. Kebiasaan sebelum tidur =) Minum susu formula
c). Personal Hygiene
1. Mandi : 2x sehari (Pagi, Sore)
2. Mencuci rambut : 3 x seminggu
3. Menggosok gigi : 2x sehari (Pagi, sore)
d). Eliminasi
1. BAB – karakteristik feces : 1x sehari, lembek
2. BAK – karakteristik urinc : 5x sehari, jernih
e). Aktivitas bermain /sejenis permainan : bermain dengan teman sebaya
23
4 HCT 30,0 % 37-48
5 MCV 87,8 fL 80-92
6 MCH 31,7 fL 27-31
7 MCHC 35,6 g/dl pg 32-36
8 PLT 200.000 103/ul 150-450
9 GDS 94 mg/dL
10 Segmen 55 %
11 Limfosit 25 %
12 Monosit 4%
13 Absolut Limfosit 3440
Natrium 138
Kalsium 3,7
Chlorida 109
14. Rapid Test Non Reaktif
9. Pemeriksaan Radiologi
Hasil CT Scan : Sedang Menunggu Hasil
G. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 80 x/menit
RR 20 x/menit
24
Suhu 38 OC
Berat Badan 15 kg
Panjang Badan 110 cm
b. Head to toe
Lingkar Kepala 52 cm
Mata Simetris, konjuntiva anemis, penglihatan normal
Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut Tidak ada stomatitis, mulut bersih
Gigi Tidak ada masalah, gigi bersih Tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
Leher Tidak ada peningkatan JVP & Pembesaran tyroid
Dada Paru-Paru :Tidak terdengar suara ronchi- Tidak ada
batuk, jantung normal
25
I. DAMPAK HOSPITALISASI
Ibu klien mengatakan anaknya selalu menangis bila melihat dokter serta perawat dan
bila dilakukan tindakan. Ibu klien mengatakan takut anaknya sakit parah karena
pertama kali dirawat di Rumah Sakit.
2. ANALISA DATA
26
terasa hangat tapi tidak diukur proses infeksi
suhunya. muntah (-), batuk
(-), pilek (-), peningkatan suhu
DO :
- Suhu An. M: 38 ℃
- Hasil Leukosit :13,0
- Anak rewel minta pulang
2 DS:
- Ibu klien mengatakan anaknya Resiko Perubahan kesadaran
DO :
- Kejang berlangsung ± 3 menit
- Setelah kejang klien tidak
sadarkan diri
3.
DS:
Kurang Kurang pemajaran
- Ibu klien mengatakan 2 hari
pengetahuan
sebelumnya suhu tubuh An. M
mengenai kesalahan interpretasi
terasa hangat tapi tidak diukur
kondisi dan informasi
suhunya.
aturan
DO:
27
- Suhu An. M: 38 ℃ saat di pengobatan kurang mengingat.
check di RS
3. MASALAH KEPERAWATAN
a. Termogulasi tidak efektif.
b. Resiko terhadap cidera.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
4. RENCANA KEPERAWATAN
pulang konduksi /
perpindahan
28
panas dengan
suatu bahan
perantara.
4.Proses
hilangnya panas
akan terhalangi
oleh pakaian
tebal dan tidak
dapat menyerap
keringat.
5.Kebutuhan
cairan meningkat
karena
penguapan tubuh
yang meningkat
29
terkontrol klien, klien dalam kondisi ditempat tidur 2. Penjagaan
(gangguan keseimbangan ) aman, tidak ada memar dan 3. Letakkan untuk
Ditandai dengan : tidak ada resiko terjatuh. klien ditempat keamanan,
- Ibu klien mengatakan tidur yang rendah untuk
anaknya tiba – tiba & datar mencegah
kejang saat bermain 4. Siapkan terjadinya
sepeda dengan kain lunak untuk cidera pada
temannya mencegah klien
muntah (-), batuk (-), terjadinya 3. Area yang
pilek (-), tergigitnya lidah rendah dan
- Orangtua mengatakan saat kejang datar dapat
saat kejang mata anak 5. Berikan mencegah
melirik keatas, kedua obat anti kejang terjadinya
tangan kaku namun cidera pada
kedua kaki bergerak klien
bebas (kelonjotan), 4.Lidah
lama kejang ± 3 menit. berpotensi
tergigit saat
DO : kejang karena
- Kejang berlangsung ± 3 saat kejang
menit biasanya lidah
- Setelah kejang klien menjulur
30
1.Memberikan
Kurang pengetahuan kesempatan
3. mengenai kondisi dan Tujuan: untuk
aturan pengobatan Setelah dilakukan askep 1x24 1. Jelaskan mengklarifikasi
berhubungan dengan Jam masalah kurang mengenai kesalahan
kurang pemanjaan, pengetahuan mengenai kondisi prognosis penyakit persepsi &
kesalahan interprestasi, dan aturan pengobatan teratasi. dan perlunya keadaan penyakit
kurang mengingat, Kriteria hasil : pengobatan yang ada
ditandai dengan : Mampu mengungkapkan 2. Berikan 2.Pengetahuan
DS: pemahaman tentang gangguan informasi yang yang diberikan
- Ibu klien mengatakan 2 dan berbagai rangsangan yang adekuat tentang mampu
hari sebelumnya suhu telah diberikan, mulai merubah prognosis penyakit menurunkan
tubuh An. M terasa perilaku, mentaati peraturan dan tentang resiko dari efek
hangat tapi tidak diukur obat yang diresepkan. interaksi obat yang bahaya satu
suhunya. potensial penyakit & cara
DO: 3. Tekankan menanganinya
- Suhu An. M: 38 ℃ saat perlunya untuk 3.Kebutuhan
di check di RS melakukan terpeutik dapat
evaluasi yang berubah sehingga
teratur/melakukan mempersiapkan
pemeriksaan kemungkinan
laboratorium yang akan terjadi
sesuai indikasi 4.Aktivitas yang
4.Diskusikan sedang & teratur
manfaat kesalahan dapat membantu
umum yang baik, menurunkan/
seperti diet yang mengendalikan
adekuat, & faktor
istirahat yang presdiposisi.
cukup
31
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
32
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
33