Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2622-948X

Vol. 10, No. 1 Juni 2020 p-ISSN : 1693-6868

Pengaruh Kepatuhan Minum Obat Oral Anti Diabetik Terhadap Kadar


Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Selly Septi Fandinata, Rizky Darmawan
Akademi Farmasi Surabaya
Email : sellyfandinata@akfarsurabaya.ac.id

ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa
darah tinggi (hiperglikemia) diakibatkan karena sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau
keduanya. Kepatuhan minum obat sangat penting untuk mencapai keberhasilan terapi
pengobatan dan mencegah komplikasi. Keberhasilan terapi sangat dipengaruhi oleh kepatuhan
pasien dalam minum obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kepatuhan terhadap obat oral anti-diabetes terhadap kadar gula darah pada pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini adalah kualitatif dengan metode analisis asosiatif dan
metode pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Hasil penelitian
menggunakan analisis statistik uji korelasi Pearson (Product Momment) menunjukkan bahwa
nilai-p = 0,048 <0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum
obat dengan perubahan kadar gula darah pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Hubungan
yang signifikan diklasifikasikan dalam kategori lemah dengan nilai koefisien korelasi Pearson
adalah 0,363 <0,4, koefisien korelasi positif sehingga hubungan antara kepatuhan minum obat
dengan perubahan kadar gula darah tidak searah, artinya, semakin besar skor kepatuhan
minum obat maka semakin besar pula selisih kadar gula darah pre dan post terapi.

Kata kunci: Diabebes Mellitus, efektivitas terapi, kepatuhan minum obat)

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by high blood glucose
levels (hyperglycemia) as a result reduce secretion insulin, disruption of insulin activity or both.
Compliance medication is important to achieve the success of treatment therapy and prevent
complications. The success of therapy is greatly influenced by the patient's compliance with
taking medication. The purpose of this study was to determine the effect of adherence anti-
diabetic oral drugs on blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus. This study
was qualitative with an associative analysis method and sampling method using convenience
sampling technique. The results of the study using statistical analysis of Pearson correlation
test (Product Momment) showed that the p-value = 0.048 <0.05 so that there is a significant
relationship between medication adherence with changes in blood sugar levels of patients
with type 2 diabetes mellitus. The significant relationship is classified in the category weak
with Pearson correlation coefficient value is 0.363 <0.4, the correlation coefficient is positive
so that the relationship between medication adherence with changes in blood sugar levels is
unidirectional, meaning that the greater the medication adherence score, the greater the
difference in blood sugar levels pre and post therapy.

Keywords : Diabebes Mellitus, Effectivity Therapy, Compliance Medication

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Article History :
Sumbitted 18 Mei 2020, Accepted 29 Juni 2020, Published 30 Juni 2020 23
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

PENDAHULUAN kualitas hidup pasien (IDF, 2013).


Pencegahan komplikasi dilakukan dengan
Diabetes Mellitus (DM) adalah
cara menjaga kestabilan gula darah dengan
penyakit metabolik yang di tandai dengan
pengobatan secara rutin seumur hidup
tingginya kadar glukosa darah
karena DM merupakan penyakit seumur
(hyperglikemia) sebagai akibat dari
hidup yang tidak bisa disembuhkan secara
kekurangan sekresi insulin, gangguan
permanen sehingga banyak pasien yang
aktifitas insulina atau keduanya (Aini et al,
jenuh dan tidak patuh dalam pengobatan
2011). DM terjadi bila insulin yang di
(Boyoh, 2015). Kepatuhan minum obat pada
hasilkan tidak cukup untuk
pasien diabetes melitus penting untuk
mempertahankan gula darah dalam batas
mencapai tujuan pengobatan dan efektif
normal atau jika sel tubuh tidak mampu
untuk mencegah komplikasi pada penyakit
merespon dengan tepat sehingga akan
diabetes melitus terutama bagi pasien yang
muncul keluhan khas DM berupa poliuria,
harus mengkonsumsi obat dalam jangka
polidipsi, polifagia, penurunan berat
waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya
badan,kelemahan, kesemutan, pandangan
(Boyoh, 2015).
kabur dan disfungsi ereksi pada laki laki dan
Diabetes merupakan penyakit
pruritus vulvae pada wanita (Ambarwati,
seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan
2012).
secara permanen sehingga banyak pasien
Kadar gula darah yang tidak
yang jenuh dan tidak patuh dalam
terkontrol dapat menyebabkan berbagai
pengobatan yang menyebabkan tidak
komplikasi kerusakan organ seperti ginjal,
terkontrolnya kadar gula darah (Boyoh,
mata, saraf, jantung, dan peningkatan
2015). Tingkat kepatuhan penderita dalam
resiko penyakit kardiovaskular (Aronson,
minum obat merupakan salah satu faktor
2007). Komplikasi ini yang menjadi
yang menentukan keberhasilan terapi,
penyebab kematian terbesar ke empat di
terutama untuk penyakit kronis seperti
dunia (Boyoh, 2015). Indonesia menempati
diabetes melitus (Loghmani, 2005).
peringkat ke empat setelah India, Cina, dan
Adapun yang menjadi faktor penghalang
Amerika (Damyati, 2011). Jumlah penderita
yang mempengaruhi kepatuhan pasien
diabetes selalu meningkat setiap tahunnya,
yaitu lamanya terapi, komplesitas rejimen,
WHO memprediksi pada tahun 2030 jumlah
komunikasi yang kurang baik antara pasien
pasien diabetes mencapai 21,3 juta
dan tenaga kesehatan, kurangnya informasi,
(Dunham, 2011).
persepsi manfaat, keamanan, efek samping,
Pengobatan DM bertujuan untuk
biaya pengobatan dan faktor psikologis
mencegah komplikasi dan meningkatkan
(Loghmani, 2005) (Pascal et al, 2012).
24
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

Menurut laporan World Health METODE


Organization (WHO) pada tahun 2003, Penelitian ini merupakan penelitian
kepatuhan rata-rata pasien pada terapi kualitatif dengan rancangan dengan metode
jangka panjang terhadap penyakit kronis analisa Asosiatif. Tujuan penelitian ini untuk
dinegara maju sebesar 50% dan dinegara mengetahui pengaruh kepatuhan minum
berkembang diperkirakan akan lebih obat oral anti diabetik terhadap kadar gula
rendah. Sebuah meta analisis mengenai darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
hubungan antara penggunaan obat Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
terhadap kejadian mortalitas yang berasal Pandian Kabupaten Sumenep. Metode
dari 21 penelitian menunjukkan kepatuhan pengambilan sampel pada penelitian ini
terhadap penggunaan obat berhubungan adalah menggunakan teknik convenience
positif dengan hasil pengobatan (Pascal et sampling. Variabel dalam penelitian ini
al, 2012). adalah variable bebas adalah kepatuhan
Ketidakpatuhan pasien minum obat dan perubahan kadar gula
meningkatkan resiko komplikasi dan darah pasien diabetes tipe II, sedangkan
bertambah parahnya penyakit yang diderita variable terikatnya adalah korelasi
(Pratita, 2012). Berdasarkan laporan WHO kepatuhan minum obat dengan perubahan
tahun 2003, rata-rata kepatuhan pasien kadar gula darah pasien diabetes tipe II.
terapi jangka panjang pada penyakit kronis Instrument kuisioner kepatuhan
di negara maju mencapai 50% sedangkan minum obat DM yang menggunakan 4
di negara berkembang lebih rendah. indikator kepatuhan (tepat dosis, tepat
Keberhasilan terapi DM sangat frekuensi, tepat interval, tepat waktu) telah
dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam diuji valid (nilai sig total < 0,05) dan
menjalankan pengobatan. Keberhasilan reliabilitas (KR-20=0,5). Responden
terapi dapat dilihat dari penurunan kadar dikatakan patuh apabila jawaban “Ya” pada
gula darah puasa menjadi antara 70 dan 7 pertanyaan untuk wawancara sesuai
130 mg/dL (Rasdianah dkk, 2016). Tujuan dengan intruksi yang responden peroleh.
penelitian ini adalah untuk mengetahui Penelitian ini menggunakan analisa data
pengaruh kepatuhan minum obat oral anti statistik uji korelasi Pearson (Product
diabetik terhadap kadar gula darah pada Mommen)
pasien diabetes mellitus tipe II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dalam penelitian ini berjumlah 30 pasien
rawat jalan yang mendapat terapi OAD.

25
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

Tabel 1. Karakteristik Pasien (Santosa, 2011). Berdasarkan kriteria usia


Demografi Klarifikasi Jumlah
pada penelitian ini didapatkan bahwa
Pasien n (%)
Jenis Perempuan 18 (60%) penderita DM terbanyak adalah lansia akhir
Kelamin Laki-laki 12 (40%)
untuk pasien dengan rentang usia 56 – 65
Total 30
Usia 36 – 45 (Dewasa) 1 (3.3%) tahun yaitu sebanyak 16 pasien (53,3%). Hal
46 – 55 (Lansia 10 (33.3%) ini terutama disebabkan karena dengan
Awal)
56 – 65 (Lansia 16 (53.3%) bertambahnya usia, maka fungsi sel
Akhir) pankreas dan sekresi insulin akan
65 – sampai atas 3 (10%)
Total 30 berkurang, berkurangnya aktivitas fisik
Penidikan SD 9 (30%) sehingga rentan terhadap berat badan
SLTP 6 (10%)
SLTA 11 (36.67%) berlebih. Resiko diabetes juga akan semakin
SARJANA 4 (13.3%) meningkat pada usia lebih dari 45 tahun
Total 30
Pekerjaan PNS 1 (3.3%) (Selly., Rizky, 2020 ).
Pensiun 5 (16,67%) Sedangkan status tingkat
Swasta 4 (13.3%)
Wira Swasta 8 (26.67%) pendidikan pada penelitian ini didapatkan
Ibu Rumah Tangga 9 (30%) bahwa pasien mayoritas berada pada
(IRT)
Supir 2 (6,67%) pendidikan tingkat SLTA sebanyak 11 pasien
Buruh Tani 1 (3.3%) (36,67%). Dalam penelitian ini didapatkan
Total 30
Lama Baru 10 (33.3%) bahwa pengetahuan seseorang bisa
Pasien Lama 20 (66,67%) mempengaruhi kepatuhan minum obat,
Total 30
karena semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah untuk menerima
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat
informasi (Smeltzer et al, 2008). Dari
18 pasien (60%) berjenis kelamin
demografi pekerjaan pasien mayoritas
perempuan dan 12 pasien (40%) berjenis
berprofesi sebagai ibu rumah tangga
kelamin laki-laki. Dari penelitian ini
sebanyak 9 pasien (30%). Ibu rumah
diketahui bahwa sebagian besar pasien
tangga biasanya memiliki aktivitas fisik yang
perempuan lebih banyak mengalami DM
kurang. Berdasarkan penelitian Vaidya dan
dari pada pasien laki-laki. Hal ini diduga
Kretek (2014), ibu rumah tangga memiliki
karena perempuan cenderung mengalami
olahraga yang tergolong rendah Rendahnya
resiko stress yang cukup meningkat, serta
olahraga seseorang menjadi salah satu
faktor yang dapat mempertinggi resiko DM
faktor risiko terjadinya diabetes melitus
tipe 2 yang dialami perempuan seperti
(Soegondo dkk, 2009).
riwayat kehamilan dan obesitas sehingga
Dari demografi lama pasien,
dapat memicu kenaikan kadar gula darah
didapatkan mayoritas pasien lama lebih
26
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

banyak sebanyak 20 pasien (66,67%). Tabel 3. Kepatuhan Penggunaan


OAD terhadap Masing-Masing Variabel
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa
Kepatuhan
tidak ada perbedaan signifikan kepatuhan Variabel Kepatuhan Patuh Tidak
Patuh
minum obat antara pasien lama dan pasien
baru diabetes mellitus tipe 2 (WHO, 2003). Pertanyaan
Tepat 1 27 (90%) 3 (10%)
Penggunaan obat pada pasien rawat jalan
dosis
dengan diagnosa DM dengan terapi obat Pertanyaan
2 27 (90%) 3 (10%)
oral antidiabetes di Puskesmas Pandian
Total % 90% 10%
Sumenep di tinjau dari terapi OAD yang Tepat 28 2
diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : frekuensi Pertanyaan (93.3%) (6.67%)
3
Tabel 2. Penggunaan obat pada Total % 93.3% 6.67%
Pasien dengan diagnosa DM Tepat 23 7
Terapi OAD Jumlah Pasien waktu Pertanyaan (76,67%) (23,33%)
n (%) 4
Glibenclamide 5 (16,67%)
Pertanyaan
Glimepiride 14 (46,67%) 5 18 (60%) 12 (40%)
Glikazide 4 (13,33%) Total % 68.34% 31.66 %
Tepat 17 13
Metformin 7 (23,33%) interval Pertanyaan (56,67%) (43,33%)
Total 30 (100%) 6
17 13
Pertanyaan (56,67%) (43,33%)
Kepatuhan pengobatan adalah 7
kesesuaian pasien terhadap anjuran atas Total % 56,67% 43,33%

medikasi yang telah diresepkan yang terkait Dalam penelitian ini kepatuhan
dengan waktu, dosis, dan frekuensi. pasien diukur dengan menggunakan 4
Hubungan antara pasien, penyedia layanan variabel kepatuhan, yaitu tepat dosis,
kesehatan, dan dukungan social merupakan tepat frekuensi, tepat waktu dan tepat
faktor penentu yang mendasar dan terkait interval. Pada variabel pertama yaitu tepat
dengan kepatuhan minum obat. Tingkat dosis. Indikator dari variabel tepat dosis
kepatuhan merupakan salah satu hal yang adalah dosis obat untuk sekali minum.
berperan penting dalam pengobatan Tepat dosis akan membantu terkontrolnya
penyakit yang bersifat kronik (Widiasworo gula darah pasien. Pasien yang teratur
dkk, 2015). Penyebab rendahnya kepatuhan minum obat sesuai dosis yang diberikan
yang sering muncul kebanyakan pasien oleh dokter, maka gula darah akan
lupa, tidak mematuhi pengobatan sesuai terkontrol dengan baik, sebaliknya jika
dengan petunjuk dokter, dan kesalahan pasien minum obat tidak sesuai dengan
pembacaan etiket (Widyasari, 2017). dosis yang diberikan oleh dokter, baik itu

27
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

melebihi atau mengurangi dosis maka akan pasien ada yang lupa makan setelah minum
mengakibatkan gula darak menjadi naik obat hal ini disebabkan pasien takut gula
turun (Widyasari, 2017). Dari hasil darahnya naik. Dari hasil penelitian
penelitian berdasarkan variabel kepatuhan berdasarkan variabel kepatuhan tepat
tepat dosis diperoleh 90% patuh dan 10% waktu diperoleh 68.34% patuh dan 31.66%
tidak patuh. Pengurangan dosis ini tidak patuh. Informasi yang didapatkan dari
mengakibatkan gula darah tidak terkontrol . pasien bahwa pasien lupa makan setelah
Pada variabel kedua yaitu tepat minum glibenklamid, glikazide atau
frekuensi. Indikator dari variabel tepat glimepiride.
frekuensi adalah penggunaan obat dalam Pada variabel keempat yaitu tepat
sehari. Beberapa pasien lebih senang pada interval. Indikator dari variabel tepat
pengobatan dengan frekuensi yang jarang, interval adalah jarak waktu penggunaan
misalnya saja penggunaan satu kali sehari. obat antara obat yang digunakan hari ini
Hal ini disebabkan pasien akan lebih mudah dengan hari sebelumnya. Interval
mengikuti regimen dosis dari dokter. data penggunaan obat berpengaruh pada
penelitian berdasarkan variable frekuensi efektivitas obat yaitu selisih antara obat
bahwa hasil penelitian berdasarkan mulai bekerja sampai kadar obat dalam
frekuensi menunjukkan bahwa 93.3% patuh darah menurun sehingga efek nya mulai
dan 6,67% tidak patuh. Pasien yang patuh berkurang (Widyasari, 2017). Dari hasil
merupakan pasien yang mendapat terapi penelitian berdasarkan variabel kepatuhan
glibenklamid, glimepirid atau glikazid yang tepat interval diperoleh (56,67%) patuh dan
frekuensi penggunaannya sehari satu kali 43,33 % tidak patuh. Pada pasien yang
sedangkan pasien yang tidak patuh menggunakan glibenklamid, glimepirid atau
merupakan pasien yang mendapat terapi glikazid seringkali menggunakan obat tidak
metformin dengan frekuensi sehari tiga kali, pada jam yang sama. Hal ini dipengaruhi
sehingga kebanyakan pasien lupa untuk aktivitas yang padat atau lupa minum obat.
minum obat. Pada beberapa pasien langsung minum obat
Pada variabel ketiga yaitu tepat ketika ingat. Sedangkan untuk pasien yang
waktu. Indikator dari variabel tepat waktu menggunakian metformin menyesuaikan
berdasarkan jenis OAD yang didapat, jadwal makan pasien.
misalnya glibenklamid, glimepirid dan Keberhasilan terapi pada pasien
glikazid diminum sebelum makan, diabetes mellitus menunjukkan adanya
metformin diminum sesudah atau saat peningkatan kualitas hidup pasien serta
makan. Pada variabel ini juga dilihat jarak terhindar dari adanya penyakit
antara minum obat dan makan. Beberapa komplikasi. Keberhasilan terapi
28
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

dipengaruhi oleh adanya kepatuhan, SIMPULAN


motivasi, serta dukungan keluarga.
Berdasarkan beberapa pendapat para
Keberhasilan terapi diabetes mellitus dapat
Keberhasilan terapi dilihat dari perubahan
ditingkatkan dengan cara mengatur diet,
kadar gula darah menunjukkan bahwa
memonitor kadar gula darah, merawat
mayoritas kadar gula darah turun dengan
kebersihan kaki dan porsi olah raga (Wijaya
jumlah 25 pasien (83.33%). Data pasien
dkk, 2015).
diabetes tipe II diuji normalitas
Tabel 4. Perubahan Kadar Gula
menggunakan uji Shapiro Wilk, hasilnya
Darah
Perubahan Jumlah % menunjukkaan nilai p-value untuk
Kadar Gula Darah kepatuhan minum obat dan perubahan
Turun 25 83.33
kadar gula darah masing-masing adalah
Tetap 0 0
Naik 5 16.67 0,00 < 0,05 dan 0,047 < 0,05. Ini artinya
Total 30 100 data kepatuhan minum obat dan perubahan
kadar gula darah adalah terdistribusi
Data pasien diabetes tipe II diuji
normal. Dengan demikian analisa data pada
normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk,
penelitian ini menggunakan uji korelasi
hasilnya menunjukkaan nilai p-value untuk
Pearson (Product Momment). menunjukkan
kepatuhan minum obat dan perubahan
nilai p-value = 0,048 < 0,05 Dengan
kadar gula darah masing-masing adalah
demikian, sehingga terdapat hubungan
0,00 < 0,05 dan 0,047 < 0,05. Ini artinya
signifikan antara kepatuhan minum obat
data kepatuhan minum obat dan perubahan
dengan perubahan kadar gula darah pasien
kadar gula darah adalah terdistribusi
diabetes mellitus tipe 2. Hubungan tersebut
normal. Dengan demikian analisa data pada
tergolong dalam kategori lemah karena
penelitian ini menggunakan uji korelasi
koefisien korelasi pearson adalah 0,363 <
Pearson (Product Momment). menunjukkan
0,4. Disamping itu koefisien korelasi
nilai p-value = 0,048 < 0,05. Dengan
tersebut bernilai positif sehingga hubungan
demikian, sehingga terdapat hubungan
antara kepatuhan minum obat dengan
signifikan antara kepatuhan minum obat
perubahan kadar gula darah bersifat searah,
dengan perubahan kadar gula darah pasien
artinya semakin besar skor kepatuhan
diabetes mellitus tipe 2. Hubungan tersebut
minum obat maka semakin besar pula
tergolong dalam kategori lemah karena
selisih kadar gula darah pre dan post terapi.
koefisien korelasi pearson adalah 0,363 <
0,4.

29
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA Adherence and Outcomes. The


American Journal of Pharmacy
Aini, N., Widayati, F., & Yusuf, A.H., 2011,
Benefits, (February), pp.8–14.
Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien
Available at: www.ajpblive.com.
Dalam Tatalaksana Diabetes Mellitus
International Diabetes Federation (2013).
dengan Pendekatan Teori Model
Diabetes Atlas 6th ed. Belgium
Behavioral Syste DOROTHY E.
Loghmani, E., 2005, Guidelines for
JOHNSON, Jurnal Ners, 6(1), 1-10
Adolescent Nutrition Services:
Ambarwati, W.N., 2012, Konseling
Chapter 14. Diabetes Mellitis: Type 1
Pencegahan dan Penatalaksanaan
and Type 2, School of Publik Healty
Penderita Diabetes Mellitus, Publikasi
Pascal, I.G., Ofoedu, J.N., Uchenna, N.P.,
ilmiah, Universitas Muhammadiyah
Nkwa, A.A, & Uchamma, G.E., 2012,
Surakarta [7] Aronson, J.K., 2007.
Blood Glucose Control and
Compliance, concordance, adherence.
Medication Adherence Among
British Journal of Clinical
Adult Type 2 Diabetic Nigerians
Pharmacology, 63(4), pp.383–384.
Attending a Primary Care Clinic in
Aronson, J.K., 2007. Compliance,
Under-resourced Environment of
concordance, adherence. British
Eastern Nigeria, North Am J Med Sci,
Journal of Clinical Pharmacology,
4, 310-5
63(4), pp.383–384.
Pratita, N.D., 2012. Hubungan Dukungan
Boyoh. E.M., Kaawoan.A., Bidjuni.H., 2015.
Pasangan dan Health Locus of Control
Hubungan Pengetahuan Dengan
dengan Kepatuhan dalam Menjalani
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Proses Pengobatan pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Endokrin Rumah Sakit
Ilmiah Mahasiswa Universitas
Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal
Surabaya, 1(1).
keperawatan (e-Kp) vol. 3, no.3, p. 1-
Rasdianah. N, Martodiharjo. S,
6.
Andayani.T.M, Hakim, L. 2016.
Damyati, V., 2011, Diabetes, RI Urutan
Gambaran Kepatuhan Pengobatan
Empat Terbesar.
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
http://www.jurnas.com/halaman/9/2
Puskesmas Vol.5.No.4,p 249-251.
011-11-14/188943 (diakses tanggal
Santosa, M., 2011, Pengenalan Penyakit
18 Desember 2019)
DM & Penanganannya Dewasa
Dunham, P.J. & Karkula, J.M., 2012. Effects
ini,
of a Pharmacy Care Program on
http://www.pbpapdi.org/papdi.php?p
30
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan

b=detil_berita&kd_berita=87 (diakses Widiasworo, F.B., Wijaya, N., Ratna, E.,


tanggal 15 Januari 2020) Sulistyarini, A., 2015. Profil Kepatuhan
Selly., Rizky, 2020. Perbedaan Kepatuhan Pasien Puskesmas Candi Sidoarjo
Minum Obat Pada Pasien Yang Baru Dalam Penggunaan Anti Diabtes
Terdiagnosa dan Sudah Lama Oral.Jurnal Farmasi Komunitas.Vol.2,
Terdiagnosa Penyakit Diabetes No.1, p.5-11.
Melitus Tipe 2. Jurnal Manuntung, Widyasari, N. 2017. Hubungan Karakteristik
vol. 6 edisi 1 Responden Dengan Resiko Diabetes
Smeltzer S.C & Bare, Brunner & Suddarth. Melitus dan Dislipidemia Kelurahan
2008. Keperawatan Medikal Bedah. Tanah Kalikedinding.Jurnal Berkala
(terjemahan) Edisi 8 Volume 2 Ahli Epidemiologi. Vol. 5, No.1, p 130-141.
Bahasa H.Y Kuncura, Andry Hartono, Wijaya, N., Faturrohmah, A., Agustin, W., et
Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta : al. 2015. Profil Kepatuhan Pasien
EGC Diabetes Melitus Puskesmas Wilayah
Soegondo, S., Soewondo P; & Subekti 2009. Surabaya Timur Dalam Menggunakan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Obat Dengan Metode Pill Count. Jurnal
Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Farmasi Komunitas.Vol.2, No.1, P.18-
Unversitas Indonesia 22.Baro,
WHO, 2003. Adherence to Long- Term
Therapies: Evidence for Action.

31
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan

Anda mungkin juga menyukai