PENDAHULUAN
1
2
A
Boyoh, M,A., Hubungan Tingkat Berdasarkan hasil uji chi-
Kaawoan, A., Pengetahuan dengan square diperoleh p = 0,001,
dan Bidjuni, H., Kepatuhan Minum hal ini menunjukan nilai p
2015. Obat pada Pasien tidak lebih besar dari α
Diabetes Melitus Tipe (0,05) sehingga terdapat
2 di Poliklinik hubungan antara
Endokrin Rumah Sakit pengetahuan dan kepatuhan
Prof. Dr. R. D. Kandou meminum obat diabetes
Manado. mellitus tipe 2
5
tidak dapat memproduksi insulin. Pasien dengan DM tipe 1 membutuhkan
suntikan
6
7
insulin setiap hari untuk mengontrol kadar glukosa darah agar tetap dalam kisaran
normal.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 ini disebabkan oleh kegagalan relatif sel β-pankreas
dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin
untuk merangsang penyerapan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel β-pankreas tidak dapat sepenuhnya
mengkompensasi resitensi insulin, dan kemampuan ini terlihat dari penurunan
sekresi insulin pada rangsangan glukosa.
3. Diabetes Tipe Lain
Menurut Perkeni (2015), diabetes tipe lain terjadi karena banyak faktor antara
lain adalah defek genetik pada fungsi sel beta, defek genetik pada kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, obat dan zat kimia, infeksi, dan faktor imunologi.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi pada masa kehamilan, ketika intoleransi glukosa pertama
kali terdeteksi pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.
DM Gestasional dikaitkan dengan peningkatan kadar glukosa darah yang pertama
kali diketahui saat kehamilan dapat diklasifikasikan sebagai Diabetes Melitus
Gestasional.
2.1.1 Penatalaksanaan dan Pengobatan Diabetes Melitus
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) tahun 2015, ada
empat pilar penatalaksanaan pada penderita diabetes mellitus yaitu Terapi Nutrisi
Medis (TNM), edukasi, latihan jasmani yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-4
kali perminggu, dan terapi farmakologi. Penatalaksanaan diabetes melitus menurut
Perkeni (2015) meliputi tujuan jangka pendek yang ditujukan untuk
menghilangkan gejala DM, meningkatkan kualitas, mengurangi risiko komplikasi
akut dan tujuan jangka panjang sebagai pencegahan perkembangan mikroangiopati
dan makroangiopati, serta tujuan akhir dalam maanjemen untuk menurunkan
tmorbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan ini kadar glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid harus dikontrol melalui perawatan
pasien yang komprehensif.
7
8
8
9
9
10
10
11
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.4 Definisi Variabel Operasional
Variabel operasional penelitian terdapat pada Tabel 3.1 berikut ini
13
Tingkat Kepatuhan Tingkat kesediaan 3 - 8 : Rendah
Meminum Obat pasien untuk 1 - 2 : Sedang Ordinal
mengikuti pemakaian 0 : Tinggi
aturan dosis yang
sebenarnya
14
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang di gunakan untuk pengumpulan data.
Pada penelitian ini menggunakan instrument penelitian kuesioner yaitu metode
pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan
kepada responden untuk dijawab, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tingkat pengetahuan tentang DM (DKQ-24) yang terdapat pada
Lampiran 3 dan kepatuhan pasien dapat diukur menggunakan kuesioner Morisky
Medication Adherence Scale (MMAS-8) yang terdiri dari tiga aspek yaitu
frekuensi kelupaan dalam mengonsumsi obat, kesengajaan berhenti mengonsumsi
obat tanpa diketahui oleh tim medis, dan kemampuan mengendalikan diri untuk
tetap mengonsumsi obat, terdapat pada Lampiran 4. Modifikasi kuesioner Morisky
saat ini telah dapat digunakan untuk pengukuran kepatuhan pengobatan penyakit
yang memerlukan terapi jangka panjang (Apriliyani, 2019).
3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inkulsi
- Pasien yang terdiagnosa oleh dokter menderita DM
- Semua pasien DM di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon
- Pasien DM yang bersedia mengisi kuisioner
2. Kriteria Eksklusi
- Pasien DM yang tidak lengkap mengisi kuisioner
- Pasien DM yang sedang sakit atau memiliki kecacatan yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi mengisi kuisioner
3.8 Skematika Penelitian
15
Permohonan izin
Perumusan
Kajian Pustaka dan administratif
Masalah
penelitian
Pencatatan data
Pembagian Pembagian
dan pengisian
kuesioner pada informed
kuesioner oleh
pasien DM concent
responden
Kesimpulan
16
Analisis data menggunakan SPSS. Data dilihat normalitasnya menggunakan
analisis normalitas dengan melihat profil responden. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%. Analisis
data secara statitiska diujikan menggunakan analisis chi-square di lanjutkan
dengan analisis korelasi hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan meminum
obat. Jika P < 0,05 menandakan data yang berbeda signifikan.
17
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Responden
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pengelompokan usia responden diklasifikasikan ke dalam 5 kategori yaitu
dewasa awal dengan rentang usia (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun),
lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), dan manula (>65 tahun).
Pengelompokkan berdasarkan usia dilakukan untuk mendapatkan informasi pola
usia responden yang terkena DM di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon. Hasil
analisis karakteristik usia menunjukkan bahwa kategori usia lansia awal paling
banyak menderita DM (37 responden atau 46%), dilanjutkan lansia akhir (28
responden atau 35%) dan manula (9 responden atau 11%). Selain itu, didapatkan
informasi bahwa pada usia dewasa akhir terdapat (6 responden atau 8%). Hasil
analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Manula
11%
Dewasa Akhir
8%
19
B. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pasien dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yang terbagi atas laki-laki
dan perempuan. Pengelompokan jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui
perbandingan jumlah pasien yang terdiagnosa DM antara laki-laki dan
perempuan. Hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
bahwa pada jenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih banyak (50
responden atau 63%) dari laki-laki (30 atau 37%). Terlihat pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
38%
Perempuan
63%
Laki-laki Perempuan
20
4.3.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Sarjana
Tidak Sekolah
4%
1%
SMA
23%
SD
60%
SMP
13%
21
Tingkat Pengetahuan
Baik
9%
Kurang
60%
Cukup
31%
22
A. Dewasa Akhir
B. Lansia Awal
Baik
11%
Baik
17%
Cukup
Kurang 32%
50% Kurang
57%
Cukup
33%
Manula
C. Lansia Akhir D.
Kurang
Baik 89%
11%
Baik
4%
Cukup
36%
Kurang
61%
23
Laki-laki
A. B. Perempuan
Kurang
Baik 43%
17% Baik Kurang
20% 58%
Cukup
40% Cukup
22%
24
A. Tidak Sekolah B. Sekolah Dasar (SD)
Cukup
15%
Kurang
100%
Kurang
85%
Baik
22% Kurang
Kurang 22%
20%
Cukup Cukup
80% 56%
E. Sarjana
Baik
100%
25
64%), diikuti dengan kategori “cukup” (19 responden atau 24%), dan
kategori”baik” (10 responden atau 12%). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel
4.8 dan Gambar 4.8.
Tabel 4.8. Tingkat Kepatuhan Responden
Tingkat Kepatuhan
Tinggi
13%
Sedang
24% Rendah
64%
26
Lansia Akhir
Tinggi
11%
Rendah
64%
Sedang
25%
A. A Dewasa Akhir
B. Lansia Awal
Rendah
50%
Tinggi
33% Tinggi
11%
Sedang Rendah
30% 59%
Sedang
17%
C. C. D. D. Manula
Tinggi
11%
Rendah
89%
Gambar 4.9 Persentase Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Usia. (A). Persentase Pada
Dewasa Akhir; (B) Persentase Pada Lansia Awal; (C). Persentase Pada Lansia Akhir; (D).
Persentase Pada Manula
27
responden), dan laki-laki (15 responden). Data tingkat kepatuhan berdasarkan
jenis kelamnin dapar dilihat pada tabel 4.10 dan gambar 4.10.
Tabel 4.10 Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 15 9 6 30
80
Perempuan 36 10 4 50
A. Laki-laki
B. Perempuan
Tinggi
20% Tinggi
Rendah 8%
50%
Rendah
72%
Sedang
30% Sedang
20%
28
Tabel 4.11 Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Pendidikan
Tidak Sekolah 1 0 0 1
SD 38 7 2 47
SMP 5 8 2 10 80
SMA 8 7 3 18
Sarjana 0 0 3 4
Tinggi
Sedang
4%
15%
Rendah
100% Rendah
81%
C. Sekolah Menengah
Sekolah Atas (SMA)
Menengah Pertama (SMP)
D.
Rendah Rendah
Tinggi Baik 44% 33%
17% 13%
Sedang
Sedang 53%
39%
E. Sarjana
Baik
100%
29
4.1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Karakteristik Pasien DM dengan
Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pasien DM tentang penyakitnya akan
berpengaruh terhadap perilaku pasien dalam kepatuhan minum obat. Kepatuhan
itu sendiri berhubungan dengan keberhasilan terapi yang dijalani pasien. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan uji statistika chi-square dengan nilai p<0,05
dan tingkat kepercayaan 95% untuk menentukan signifikansi peringkat nilai
dalam kategori variabel. Selanjutnya hubungan antara variabel tingkat
pengetahuan dan karakteristik dengan kepatuhan minum obat diujikan dengan
menggunakan korelasi bivariate (metode Spearman). Berdasarkan hasil uji
statistika didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat antidiabets dengan nilai p value
(0,00) (p<0.05). Uji hubungan antara karakteristik berdasarkan usia dengan
kepatuhan minum obat antidiabetes di dapatkan hasil tidak bermakna dengan nilai
p value (0.126) (p>0.05) yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan
kepatuhan minum obat. Meskipun demikian jenis kelamin dan tingkat pendidikan
dengan kepatuhan menunjukan hasil yang bermakna dengan p value pada jenis
kelamin (0.012) (p<0.05) dan tingkat pendidikan dengan nilai p value 0,00
(p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dan tingkat
pendidikan dengan kepatuhan minum obat. Data hubungan dapat dilihat pada
Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat. *)hubungan
memiliki makna yang signifikan (P<0.05). **)Nilai yang memiliki makna berbeda
signifikan antar kategori (p<0.05)
30
Tingkat Kepatuhan Minum
Obat
N %
Kategori Pengetahuan*:
Tingkat - Kurang** 48 60% Ya
Pengetahuan - Cukup 25 31%
- Baik 7 9%
Usia :
- Dewasa Awal 0 0%
- Dewasa Akhir 6 8% Tidak
- Lansia Awal** 37 46%
- Lansia Akhir 28 35%
- Manula 9 11%
Jenis kelamin:
Karakteristik - Laki - laki 30 37% Ya
- Perempuan** 50 63%
Tingkat Pendidikan *:
- Tidak sekolah 1 1%
- SD** 48 60%
- SMP 10 12% Ya
- SMA 18 23%
- Sarjana 3 4%
31
4.2 Pembahasan
Kepatuhan minum obat merupakan salah satu komponen dari pasien yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan terapi penyakit pasien. Kepatuhan
minum obat dipengaruhi oleh beberapa macam faktor diantaranya adalah tingkat
pengetahuan dan karakteristik pasien. Menurut Hakim (2021) pengetahuan
adalah faktor penting untuk terbentuknya suatu perilaku yang ditunjukkan
seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan dan karakteristik pasien DM dengan kepatuhan minum obat
antidiabetes. Penelitian dilakukan di Puskesmas dalam Cangkol Kota Cirebon
pada tahun 2022, dan difokuskan pada pasien yang terdiagnosa diabetes melitus.
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan pasien dari
Puskesmas Cangkol Kota Cirebon. Responden tersebut dikelompokkan
berdasarkan karakteristik yang meliputi beberapa aspek seperti usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Responden tersebut harus
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi serta terdiagnosa DM di Puskesmas
Cangkol Kota Cirebon. Jumlah total responden yang terlibat dalam penelitian ini
sebanyak 80 responden.
Terjadinya DM dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi obesitas, hipertensi, dan stress atau depresi (Haryono, 2021). Faktor
eksternal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DM diantaranya adalah dari
karakteristik pasien. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan
dari beberapa kategori karakteristik berupa usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan responden terbanyak ada pada
kategori usia “manula awal” (46-55 tahun) sebanyak 37 responden (46%). Pada
beberapa literatur, pasien DM rata- rata memiliki usia 46-55 tahun, di ikuti
rentang usia 56-65 tahun (Permatasari, 2020). Salah satu faktor penyebab
tingginya prevalensi penderita DM pada usia tersebut adalah karena intoleransi
glukosa dimulai, dan penurunan fungsi organ tubuh yang diakibatkan oleh
aktivitas sel beta pankreas untuk memproduksi insulin dan penurunan sensitifitas
sel (Yosmar, 2018).
32
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin yang di dapatkan dari hasil observasi
menunjukkan pada perempuan memiliki jumlah lebih banyak dari laki-laki yaitu
50 responden (63%). Menurut Wibowo (2021) jenis kelamin dapat menjadi
faktor yang dapat meningkatkan resiko DM. Prevalensi perempuan yang
menderita DM memiliki jumlah yang lebih banyak dari laki-laki. Peningkatan
risiko DM disebabkan oleh penurunan hormon estrogen terutama pada masa
menopause, dimana hormon estrogen dan progesteron berfungsi untuk
meningkatkan respon insulin di dalam darah, tetapi saat masa menopause terjadi
menyebabkan respon insulin menurun akibat dari hormon estrogen dan
progesteron yang rendah dan menyebabkan perempuan lebih berisiko terkena
DM dari laki-laki (Harista, 2015).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada karakteristik dengan
aspek tingkat pendidikan di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon rata rata
berpendidikan akhir “SD” sebanyak 48 responden (60%). Menurut Desy (2016)
pada penelitiannya bahwa sebagian besar penderita DM terjadi pada pasien
dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan yang dicapai seseorang dapat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Seseorang dengan tingkat
pendidikan tinggi biasanya akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang
kesehatan, sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut seseorang dapat
memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatannya (Haryono, 2021).
Karakteristik usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang diobservasi
menunjukkan kesamaan dengan hasil penelitian diatas. Adanya peningkatan yang
signifikan berdasarkan uji chi-square menunjukkan perbedaan kategori yang
signifikan antar variabel dalam masing-masing karakteristik tersebut. Hasil uji
pada karakteristik menunjukkan pola penyebaran pasien DM meningkat secara
signifikan pada kategori “manula awal” (45-55 tahun), tingkat pendidikan “SD”,
serta jenis kelamin “perempuan”. Hal ini menunjukkan secara observasional
karakteristik pasien DM di Puskesmas Cangkol sesuai mengikuti pola
karakteristik pasien DM dengan beberapa literatur yang dijelaskan diatas (Tabel
4.1, 4.2 dan 4.3).
Tingkat pengetahuan respoden mengenai DM dipengaruhi oleh aspek usia,
33
jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hasil observasi yang didapat menunjukkan
tingkat pengetahuan terbanyak ada pada kategori “kurang” dengan jumlah 51
responden (63%). Kategori tersebut terbagi dalam kelompok lansia awal
sebanyak (37 responden atau 57%); jenis kelamin perempuan dengan
pengetahuan kurang (50 responden atau 58%); serta tingkat pendidikan SD
dengan tingkat pengetahuan kurang (50 responden atau 85%) (Tabel 4.4; 4.5 dan
4.6). Hasil yang didapatkan menjadi tolak ukur penting untuk mengetahui
hubungannya dengan tingkat kepatuhan minum obat.
Tingkat pengetahuan yaitu keseluruhan pemikiran, ide, gagasan, termasuk
manusia dan kehidupannya (Mardiah, 2012). Pengetahuan pasien mengenai
penyakit DM menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pasien
dalam menangani penyakitnya. Semakin baik pengetahuan pasien mengenai
penyakitnya maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilaku dalam
kepatuhan minum obatnya. Pasien DM dengan pengetahuan kurang dapat
mempengaruhi efektivitas terapi yang mengakibatkan terjadinya kegagalan terapi
(Rahayu, 2021)
Kepatuhan responden pada penelitian ini diukur menggunakan aspek yang
sama dengan tingkat pengetahuan (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan).
Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan kebanyakan pasien “tidak
patuh” yang terbagi dalam kategori usia manula awal (51 Responden atau 49%),
jenis kelamin perempuan (50 responden atau 60%), dan tingkat pendidikan SD
(47 Responden atau 43%) (Tabel 4.7; 4.8, dan 4.9). Tingkat kepatuhan adalah hal
yang berperan penting dalam pengobatan (Widiasworo, 2015). Kepatuhan
pengobatan merupakan kesesuaian pasien terhadap anjuran atas medikasi yang
telah diresepkan terkait dengan waktu, dosis, dan frekuensi. Kepatuhan dapat
digunakan sebagai parameter tingkat pengetahuan pasien melakukan instruksi
dari tenaga medis yang berupa pengetahuan tentang resep, meminum obat secara
teratur dan tepat, serta merubah gaya hidup (Rahayu, 2021). Hasil yang didapat
menunjukkan, adanya kesamaan pola antara hasil yang didapat dengan beberapa
literatur yang digunakan.
Hubungan tingkat pengetahuan dan karakteristik pasien dengan kepatuhan
34
minum obat antidiabetes mengenai penyakitnya akan mempengaruhi perilaku
pasien itu sendiri. Salah satunya adalah kepatuhan pasien terhadap pengobatan
yang sedang dijalani (Mokolamban, 2018). Kepatuhan juga terkait dengan
keberhasilan terapi. Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat memberikan
informasi terkait hubungan antara tingkat pengetahuan dan karakteristik pasien
DM dengan kepatuhan minum obat antidiabetes.
Analisis data dengan uji statistik korelasi menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat
(P<0,05) (Lampiran 6D ). Selain itu, hasil analisis antara dua variabel tersebut
memiliki arah hubungan positif, yang menunjukkan semakin tinggi tingkat
pengetahuan semakin patuh pasien dalam minum obat (Lampiran 6D). Disisi
yang lain hubungan antara karakteristik (usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan) dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hasil yang berbeda.
Karakteristik jenis kelamin, dan tingkat pendidikan menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (P<0.05). meskipun begitu, karekteristik usia tidak
menunjukkan hubungan korelasi dengan kepatuhan secara bermakna (P>0,05)
(Lampiran 6E). Hasil yang didapatkan dari analisis hubungan antara tingkat
pengetahuan dan karakterisik dengan kepatuhan minum obat antidiabetes
menunjukkan pola yang sama dengan beberapa literatur diatas. Hasil ini
memberikan informasi bahwa tingkat kepatuhan minum obat pada pasien DM di
Puskesmas Cangkol Kota Cirebon dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, dan
beberapa karakteristik pasien.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pasien DM di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon sebagian besar perempuan
dengan usia 45-55 tahun (lansia awal). Selain itu, pasien juga sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan SD serta pengetahuan mengenai DM yang kurang.
2. Tingkat pengetahuan dan karakteristik pada aspek jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan mempengaruhi kepatuhan minum obat antidiabetes secara
bermakna pada pasien DM di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon. Meskipun
begitu, karakteristik usia tidak mempengaruhi kepatuhan minum obat
antidiabetes pasien DM.
5.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk penelitian ini adalah :
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Rutin memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pengetahuan penyakit
dan pengobatan DM, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat.
2. Peneliti Selanjutnya
a. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan wilayah penelitian yang
lebih luas, sehingga didapatkan informasi mengenai berbagai macam faktor
yang mempengaruhi kepatuhan minum obat dalam ruang lingkup wilayah yang
lebih luas.
b. Melakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien DM.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Pustaka Baru Press.
Dwadjani, S., dkk., 2019., Medication Adherence. Journal of Medical
Science, Vol. 2, No.5.
Endah, C., Muliyandhayanti., dan Puspita, N., 2020., Hubungan
Pengetahuan Tentang Antidiabetika Oral (ADO) dengan
Karakteristik Demografi, Kepatuhan, dan Kontrol Gula pada Pasien
DM Tipe 2. Vol. 4, No. 15.
Harista, A,R., dan Lisiswati, R., 2015., Depresi pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Haryono S., dkk., 2021., Pendidikan Kesehatan Diet Terhadap Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Riset Kesehatan Poltekes Kemenkes
Jakarta III, Vol. 7, No. 2.
International Diabetes Federation (IDF)., 2017., International Diabetes
Federation Diabetes Atlas Eighth Edition. International Diabetes
Federation.
Ihsan, S., dkk., 2017., Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat ditinjau
dari Indikator Peresepan Menurut World Health Organization
(WHO) di Seluruh Puskesmas Kota Kendari Tahun 2016. Vol. 5,
No. 1.
Ike, N,E., 2018., Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan
Minum Obat Hipoglikemik Oral pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2
di Poli Penyakit Dalam Blub RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Infodatin., 2020., Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Indriani, S., Amalia, I,A., dan Hamidah., 2019., Hubungan Antar Self Care
dengan Insidensi Neuropaty Perifer pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II RSUD Cibabat Cimahi 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada, Vol. 10, No. 01.
Jelantik, I., dan Haryanti, E., 2014., Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis
38
Kelamin, Kegemukan, dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. ISSN Media
Bina Ilmu.
Milita, F., Handayani, S., dan Setiaji, B., 2021., Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II pada Lanjut Usia di Indonesia (Analisis Riskesdas). Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 7, No. 1.
Mokolomban, C., Wiyono, W, I., dan Mpila, D, A., 2018., Kepatuhan
Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai dengan
Menggunakan Metode MMAS-8. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi,
Vol. 7, No.4.
Muhammad, A., 2018., Resistensi Insulin dan Disfungsi Sekresi Insulin
Sebagai Faktor Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Vol. 8, No. 2.
Nazriati, E., Pratiwi, D., dan Restuastuti, T., 2018., Pengetahuan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hubungannya dengan Kepatuhan
Minum Obat di Puskesmas Mandau Kabupaten Bengkalis. Majalah
Kedokteran Andalas, Vol. 41, No. 2.
Notoatmodjo., 2012., Metode Penelitian Kesehatan.. Jakarta : Rineka Cipta.
Pahlawati, A., dan Nugroho, P,S., 2019., Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Palaran Kota Samarinda Tahun 2019. Borneo Student Research.
Permatasari, Y., dan Bernadette, S., 2020., Analisis Pesan Persuasif yang
dibangun oleh Kementrian Kesehatan Melalui Video Cegah, Lawan,
Obati Diabetes di Youtube. Jurnal Sosio Dialektika, Vol. 5, No. 2.
Puspita, E., 2016., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Rahayu, D., dan Herlina, N., 2021., Hubungan antara Tingkat
39
Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula
Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2:Literature Review.
Borneo Student Research, Vol.3, No.1.
Ramdini, D, A., Wahidah, L, K., dan Atika, D., 2020., Evaluasi
Rasionalitas Penggunaan Obat Diabetes Melitus Tipe II Pada
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pasir Sakti Tahun 2019. Jurnal
Farmasi Lampung. Vol. 9, No. 1.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)., 2018., Laporan Nasional. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.
Riyanto, M., dkk., Penatalaksanaan 5 Pilar Pengendalian DM Terhadap
Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2. Jurnal Ilmiah Permas, Vol. 9, No.
4.
Roslandari, L,M,W., Illahi, R,K., dan Lawunintyas, A., 2020., Hubungan
antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan
Pasien Hipertensi Rawat Jalan pada Program Pengelolaan
Penyakit Kronis. Pharmaceutical Journal of Indonesia.
Sammulia, S,F., Elfasyari, T,Y., Pratama, M,R., 2020., Hubungan
Karakteristik Pasien Diabetes Melitus dan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat di Rumah Sakit X Kota Batam. Jurnal Jumantik, Vol. 5,
No. 2.
Sinuraya, L, D., 2017., Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian ISPA
pada Balita di Desa Singgamanik Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima. Higiene Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Srikartika, V, M., Cahya, A, D., dan Hardiati, R, S, W., 2016., Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi,
6(3), pp. 205- 212.
Sudoyo, A, W., dkk., 2014., 2014., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta : Interna Publishing. Skripsi. Jakarta.
Trisnawati, 2013; Mutoharoh, 2017., Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus
40
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa Ngadiwarno
Sukorejo Kendal.
Wibowo, M,I,N,A dkk., 2021. Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesmas Kabupaten Banyuwangi.
Jurnal Kefarmasian Indonesia.
Widiasworo, S., dan Fandinata, S., 2015., Pengaruh Kepatuhan Minum Obat
Oral Antidiabetik Terhadap Kadar Gula Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, Vol. 10, No. 1.
World Health Organization., 2016., Global Reports on Diabetes. World
Health Organization.
Yosmar, R., Almasdy, D., dan Rahma, F., 2018., Survei Risiko Penyakit
Diabetes Melitus Terhadap Masyarakat Kota Padang. Jurnal Sains
Farmasi dan Klini, Vol. 5, No. 2.
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
43
dalam penelitian ini.
Cirebon, …………….2022
(…………………………..)
44
Lampiran 3. Kuesioner Tingkat Pengetahuan DM (DK-24)
Tidak
No Pernyataan Benar Salah
Tahu
1 Makan terlalu banyak gula dan makanan manis
lainnya merupakan penyebab diabetes
2 Penyebab umum diabetes adalah kurangnya
insulin yang efektif dalam tubuh
3 Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal
mencegah gula masuk ke dalam kencing
4 Ginjal memproduksi insulin
5 Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula
dalam darah biasanya meningkat
6 Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya
berpeluang lebih besar menderita diabetes juga
7 Diabetes Mellitus dapat disembuhkan
8 Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu tinggi
9 Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah
dengan tes urin
10 Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan
atas insulin atau obat diabetes lainnya
11 Ada dua jenis utama diabetes: Tipe 1
45
(tergantung paad insulin) dan Tipe 2 (tidak
tergantung pada insulin)
12 Insulin bekerja disebabkan karena makan terlalu
Banyak
13 Obat lebih penting daripada diet dan olahraga
untuk mengendalikan diabetes
14 Diabetes sering menyebabkan peredaran darah
yang tidak baik
15 Luka dan lecet pada penderita diabetes
sembuhnya lama
jawaban benar (4,16), jawaban salah dan tidak tahu (0). Cara pengukuran
46
Lampiran. 4 Kuesioner Tingkat Kepatuhan MMAS-8
47
8. Berapa kali Bapak/Ibu lupa minum obat diabetes?
a. Tidak pernah
b. Sekali-sekali
c. Terkadang
d. Biasanya
e. Setiap sangat
48
Lampiran 5. Penilaian Kuesioner Tingkat Kepatuhan MMAS-8
Keterangan :
Skor > 2 : Rendah
Skor 1 atau 2 :
Sedang Skor 0 :
Tinggi
50
c. Uji Chi-Square
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
Lampiran 8. Dokumentasi
59