Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN IKM - IKK

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FEBRUARI 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH:
AINUN JARIAH FAHAY
111 2020 2089

PEMBIMBING:
dr. Rudianto Joto,M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN IKM - IKK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

1
BAB 1

PENDAHULUAN

Diabetes melitus atau yang dikenal dengan penyakit gula merupakan

penyakit menahun berupa gangguan metabolik yang di tandai dengan

kadar gula darah yang melebihi batas normal. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) yang dilaksanakan pada tahun 2018 melakukan

pengumpulan data penderita diabetes melitus pada penduduk umur ≥15

tahun. Kriteria diabetes melitus pada Riskesdas 2018 mengacu pada

konsensus perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yang

mengadopsi kriteria American Diabetes Association (ADA). Menurut

kriteria tersebut, diabetes melitus ditegakkan bila kadar glukosa darah

puasa ≥126 mg/dl, atau glukosa darah 2 jam pasca pembebanan ≥200

mg/dl, atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan gejala sering

lapar, sering haus, sering buang air kecil, dan dalam jumlah banyak , dan

berat badan turun.1

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes

melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≥15 tahun

sebesar 2 %. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan

prevalensi diabetes melitus pada penduduk ≥15 tahun pada hasil

Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus

menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 % pada 2013

menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru

sekitar 25 % penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya

2
menderita diabetes.1

Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan prevalensi

diabetes tertinggi, dibawah China, India, USA, Brazil, Rusiadan Mexico. 3

Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan

terjadinya berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes melitus tipe 2 yang

paling umum terjadi adalah retinopati diabetik dan merupakan penyebab

kebutaan yang paling sering.2

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi Diabetes

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gejala klinis yang

ditandai dengan peningkatan glukosa darah plasma

(hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia pada DM yang tidak

dikontrol dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem tubuh,

terutama saraf dan pembuluh darah.

 Klasifikasi

Organisasi profesi yang berhubungan dengan Diabetes Melitus

seperti American Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis

Diabetes Melitus berdasarkan penyebabnya. PERKENI dan IDAI

sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan

klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat

oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi Diabetes

Melitus berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah

sebagai berikut :

a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 Diabetes Melitus yang terjadi

karena kerusakan atau destruksi sel beta di pancreas kerusakan

ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara

7
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun

dan idiopatik.

b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab Diabetes Melitus tipe 2

seperti yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam

jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal

sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh.

Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita

Diabetes Melitus tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi

defisiensi insulin absolut. c. Diabetes melitus (DM) tipe lain

Penyebab Diabetes Melitus tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini

dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, efek genetik

kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas,

obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik

lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus. d. Diabetes melitus

Gestasional adalah diabetes yang muncul pada saat hamil.

Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormone pada

ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin.3

 Epidemiologi

Pada tahun 2015 jumlah penderita DM secara global sebanyak 415

juta jiwa dan diperkirakan terjadi peningkatan menjadi 642 juta jiwa

pada tahun 2040 (International Diabetes Federation, 2015:13). Selain

8
itu, menurut WHO jumlah kematian yang diakibatkan oleh DM pada

tahun 2012 sebesar 1,5 juta jiwa (i, 2016:6). World Health

Organization juga memperkirakan bahwa negara berkembang pada

abad ke-21 akan menanggung beban berat atas epidemi DM. Hal ini

dikarenakan lebih dari 70% atas pasien DM terdapat di negara

berkembang.

Indonesia merupakan satu dari 10 negara yang memiliki jumlah

penderita DM terbanyak (Mihardja et.al, 2013:507). Pada tahun

2015, jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 10 juta orang

(International Diabetes Federation, 2015:17). Berdasarkan data dari

WHO, prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2000 yakni 8,4 juta

orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta

orang (World Health Organization, 2016c).

 Faktor Resiko

Menurut Kemenkes (2013), faktor risiko DM dibagi menjadi :

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia

Di negara berkembang penderita diabetes mellitus berumur antara

45-64 tahun dimana usia tergolong masih sangat produktif. Umur

9
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan

mengungkapkan pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa. Menjelaskan bahwa

makin tua umur seseorang maka proses perkembangannya mental

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika

berumur belasan tahun.

b. Riwayat keluarga dengan DM, riwayat keluarga atau faktor

keturunan merupakan unit informasi pembawa sifat yang berada di

dalam kromosom sehingga mempengaruhi perilaku. Adanya

kemiripan tentang penyakit DM yang di derita keluarga dan

kecenderungan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

adalah contoh pengaruh genetik. Responden yang memiliki

keluarga dengan DM harus waspada. Resiko menderita DM bila

salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika

kedua orang-tuanya memiliki DM adalah 75%.

c. Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir bayi > 4000 gram atau

pernah menderita DM saat hamil (DM Gestasional) Pengaruh tidak

langsung dimana pengaruh emosi dianggap penting karena dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan dan pengobatan. Aturan diit,

pengobatan dan pemeriksaan sehingga sulit dalam mengontrol

kadarbula darahnya dapat memengaruhi emosi penderita.

10
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

2
a. Overweight/berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m )

Salah satu cara untuk mengetahui kriteria berat badan adalah dengan

menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Berdasarkan dari BMI atau

kita kenal dengan Body Mass Index diatas, maka jika berada diantara

25-30, maka sudah kelebihan berat badan dan jika berada diatas 30

sudah termasuk obesitas. Menurut Nabil (2012), ada beberapa hal


10
yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan yaitu :

1)  Makan dengan porsi yang lebih kecil

2)  Ketika makan diluar rumah, berikan sebagian porsi untuk

anda untuk teman atau anggota keluarga yang lain.

3)  Awali dengan makan buah atau sayuran setiap kali anda

makan.

4)  Ganti snack tinggi kalori dan tinggi lemak dengan snack

yang lebih sehat

b. Aktifitas fisik kurang

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur sangat

bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran,

11
mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru

dan otot serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus

dilakkan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda

menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan.

Jika pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan gerak

fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan

lain yang setara. Kurang gerakatau hidup santai merupakan faktor

pencetus diabetes.

c. Merokok

Penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji

statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan

kejadian DM tipe (p = 0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

Houston yang juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki

risiko 76% lebih tinggi terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang

tidak (Irawan, 2010). Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia

berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang

bersifat adiktif dan yang bersifat karsinogenik.

d. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg) Jika tekanan darah tinggi, maka

jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung

dan diabetes pun lebih tinggi. Seseorang dikatakan memiliki

tekanan darah tinggi apabila berada dalam kisaran > 140/90

mmHg. Karena tekanan darah tinggi sering kali tidak disadari,

12
sebaiknya selalu memeriksakan tekanan darah setiap kali

melakukan pemeriksaan rutin. 10

 Diagnosis

PERKENI rnembagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar

berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejaia khas DM terdiri dan

poliuria. polidipsia. polifagia dan berat badan rnenurun tanpa sebab

yang jelas, sedangkan gejala tidak khas DM diantaranya lemas.

kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi

{pria} dan pruritus vulva {wanita}. Apabilaa ditemukan gejala knas DM,

pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis, namun apebila tidak ditemukan gejaia khas

DM, maka diperlukan dua kaii pemeriksaan glukosa darah abnormal. 4,5

13
14
 Tatalaksana

Non farmakologis 4

Di dalam praktek sehari-hari perlu dilakukan penyuluhan bagi para

diabetisi agar bisa melalakukan pola hidup sehat yang meliputi Polea

Makan dan Pola Latihan Fisik dengan mudah,untuk ini Askandar

‘Tjokroprawiro 1995- 2010 telah menyusun sepuluh petunjuk pola hidup

sehat yang disingkat dengan GULOH-SISAR GULOH-SISAR termasuk:

terapi non farmakologi oleh karena mengandung. GULOH-SISAR

merupakan singkatan dari:

1. GuIa: artinya bagi para diabetisi sebaiknya pantang gula dan bagi non

DM membatasi asupan gula

2. Urat: mencegah atau mengatasi hiperurisemia maka batasi konsumsi

Jerohan, Allcohol, Sarden, Buning Dara, Llnggas, Kaldu, Kacang-

kacangan, Emping, Tape

3. Lemak batasi Telor, keju, kepiting, santan

4. Obesitas lakukanlah penurunan berat badan bila terjadi obesitas

dengan target lingkar pinggang untuk laki-laki <90 cm, untuk wanita <60

cm

5. Hipertensi untuk pasien hipertensi batasi ekstra garam, ikan asin, dan

Iain~lain

15
6. Stop merokok

7. lnaktivitas Iakukanlah olah raga setiap hari

8. Stress usahakan tidur nyenyalc 6-7 jam sehari

9. Alkohol stop

10. Regular check up bagi umur >40 tahun setiap 3.6.12 bulan, konsultasi

kepada ahlinya dan terapi

Makanan yang dianjurkan bagi para diabetisi adalah:

1. Kaya akan Chromium baik dikonsumsi bagi para diabetisi oleh

karena Chromium dapat memperbaiki sensitivitas insulin, Mrica,

Apel, Brokoli.

2. Buncis, bawang putih, teh hijau

3. Tinggi antioksidan Tomat, Wortel, Pepaya,jeruk, Apel, brokoli

- Brokoli

Brokoli mengandung serat larut air 1,2-1,5 g. Kandungan serat

terutama serat larut air yang terdapat pada brokoli juga dapat

membantu mengontrol kadar glukosa dalam darah. 10 Serat pangan

mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi

ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga mengakibatkan daya

16
cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam
6
kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.

- Apel

Apel mengandung serat dalam jumlah banyak. Selulosa adalah

serat yang tidak larut dalam air yang berada pada kulit apel.

Sedangkan, pektin adalah tipe serat larut yang banyak dijumpai

pada daging buah apel. Serat larut mampu memperlambat

masuknya glukosa dari pencernaan karbohidrat ke aliran darah. Hal

ini sangat bermanfaat untuk mengontrol gula darah pada diabetes

mellitus. Serat pada buah apel tidak ikut diproses dan dapat

menurunkan kadar glukosa darah.7

- Buncis

Sayuran buncis mengandung vitamin dan nutrisi yang sangat

dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan kesehatan. Hasil penelitian

menyatakan bahwa kandungan senyawa flavonoid yang terdapat

didalam sayuran buncis mampu mengobati pasien diabetes melitus

tipe 2 sehingga kinerja reseptor insulin dan kandungan fitosterol

mengalami peningkatan yang dapat merangsang sekresi insulin

dari pancreas (Rachmawani & Oktarlina, 2017). Bahan makanan

yang tinggi kandungan serat dan rendah glikemik salah satunya

adalah sayuran buncis (Phaseolus vulgaris L). Buncis dapat

17
dikonsumsi secara langsung atau dimasak sebagai sayuran. Buncis

yang dipetik ketika masih muda dan dikonsumsi secara langsung

mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga sangat menyehatkan

bagi kesehatan tubuh. Masyarakat yang menggunakan pola makan

vegetarian sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran buncis

karena kandungan protein yang sangat tinggi dan rendah kalori

sehingga juga sangat sesuai untuk masyarakat yang sedang

menjalankan program diet (Musdalifah & Napitupulu, 2020).

Beberapa manfaat buncis diantaranya sebagai bahan sayuran hal

ini dikarenakan buncis mengandung vitamin dan mineral yang

sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga kesehatan tubuh manusia

dapat terjaga dengan baik serta bermanfaat sebagai sumber

protein yang sangat murah dan harganya sangat terjangkau.

Kandungan lainya pada sayuran buncis adalah karbohidrat, vitamin

dan mineral. Buncis dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pengobatan terutama sebagai obat untuk menurunkan kolestrol,

hipolipedemia, hipoglikemih dan diuretik. Buncis yang masih muda

terkandung zat gizi dan glukosida yang dapat meningkatkan kinerja


8
limpa serta berkhasiat sebagai antikanker.

- Tomat

Terapi jus tomat telah digunakan untuk memasak tetapi masyarakat

tidak banyak mengetahui zat gizi dari tomat. Salah satu zat gizi

18
yang terkandung didalam tomat adalah likopen. Likopen

merupakan kelompok karotenoid yang tidak hanya penting pemberi

warna merah tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan yaitu

menurunkan glukosa darah, memperlambat kanker prostat dan

mencegah osteoperosis. Likopen dapat menurunkan glukosa darah

dengan menurunkan resistensi hormon insulin, sehingga toleransi


9
sel terhadap glukosa meningkat.

19
Farmakologi.5

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Infodatin. Tetap Produktif, cegah dan atasi diabetes


melitus. KEMENKES.2020

2. Perdana Eva, Karyus Aila, Penatalaksanaan Holistik


Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dan Retinopati Diabetik
serta Hipertensi dengan Pendekatan Dokter Keluarga.
Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. 2019.

3. Tandra, H. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia.2018

4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku


ajar ilmu penyakit dalam jilid II. VI. Jakarta:
InternaPublishing; 2017:1132-53.

5. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi


Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014

6. Wulandari NE, Wirawanni Yekti, Pengaruh Pemberian


Brokoli Kukus (Brassica Oleracea) Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa Wanita Prediabetes . Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Journal of Nutrition College, 2014

7. Lestari YD, Dkk. Pengaruh Konsumsi Buah Apel


Romebeauty Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Klub Senam
DM Puskesmas Tambelang Kabupaten Bekasi. JURNAL
ILMIAH KESEHATAN MEDIKA DRG. SUHERMAN VOL.
02 NO. 01, JUNI 2020

8. Sari Wardani, Optimalisasi Sayuran Buncis Sebagai


Upaya Peningkatan Perekonomian Keluarga di Desa
Meunasah Kulam. DINAMISIA: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat.2021

21
9. Sari FS, dkk. Jus Tomat dapat Menurunkan Kadar
Glukosa Darah 2 Jam PP (Post Prendial). (Perintis’s
Health Journal).2020.

10. Nabil. 2012. Panduan Hidup Sehat Mencegah dan


Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Solusi
Distribusi.

22

Anda mungkin juga menyukai