Referensi :
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III edisi V. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
3. Jelaskan patomekanisme terjadinya edema pada tungkai
dan perut membesar!
Apapun tipe sindrom nefrotik. Manifestasi klinik utama adalah edema, yamg tampak
sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali edema tombul secara lambat
sehingga keluarga biasanya mengira anaknya bertambah gemuk. Pada fase awal
edema sering bersifat intermitten, biasanya awalnya tampak pada derah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah ( misalnya pada daerah periorbita,
skrotum atau labia). Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak
sebagai edema muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi
bengkak pada eksremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak
meninggalkan pitting edema. Pada penderita dengan edema hebat, kulit
menjadi menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Asistes umum dijumpai,
dan sering menjadi anaskara. Anak-anak dengan asistes akan mengalami rwestriksi
pernafasan, dengan kompensasi berupa tacypnea.
Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
4. Jelaskan interpretasi pada skenario! Mengapa
demikian?
NIlAI NORMAL PEMERIKSAAN LAB
- Kolesterol :
Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
Nilai normal pemeriksaan urinalisis :
- Protein
Diukur dalam urin yang dikumpulkan 24 jam.
Metode dipstik :
+1 = 100 mg/dL
+2 = 300 mg/dL
+3 = >300 mg/dL , proteinuria
+4 = 1000 mg/dL
- Nitrit
Negatif : < 0,1 mg/dL atau < 100.000 mikroorganisme/mL
- Eritrosit
Nilai normal : 0-3 sel per lapang pandang
- Leukosit
Nilai normal : 2-4 sel per lapang pandang
Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
PATOMEKANISME TERJADINYA KELAINAN PADA
PEMERIKSAAN LAB
Patomekanisme terjadinya proteinuria
Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
Penurunan albumin dalam serum
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan
umum pasien dan pemeriksaan urologi.
Kesan Umum Pasien
Keadaan umum: baik atau sakit
Berat badan: obesitas, kurus atau normal
Suhu kulit: hangat, dingin, lembab
Pemeriksaan lainnya:
a. Pemeriksaan Urologi
b. Pemeriksaan Ginjal
c. Pemeriksaan Buli-Buli
d. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
e. Pemeriksaan Skrotum dan Isinya
f. Colok Dubur (Rectal Toucher):
g. Pemeriksaan Neurologi
Referensi: Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Halaman 15 -3.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
Dari skenario didapatkan protein +3 dan nitrit +3, eritrosit 1-2 dan
leukosit 20-30.
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Dari
skenario didapatkan albumin 1,5 gr/dl, kolesterol 450 mg/dl.
c. Kultur Urin
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran
kemih. Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium
tertentu untuk mencari jenis kuman dan sekaligus sensitivitas kuman terhadap
antibiotika yang diujikan.
d. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal,
mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi pertumbuhan
maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta
derajat diferensiasi suatu keganasan.
Referensi: Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Halaman 15 -3.
6. Diagnosis Banding
SINDROMA NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria
Definisi
masif ( 3,5 g/hari), hipoalbuminemia (<3,5 g/dl), hiperkolesterolemia,
dan lipiduria.
Epidemiologi Sindrom Nefrotik paling banyak ditemukan pada anak berumur 3 – 4 tahun.
1. Kongenital
2. Primer
3. Sekunder
Etiologi
Klasifikasi : 1. Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid ( SNSS )
2. Sindrom Nefrotik Resisten Steroid ( SNRS )
1. Proteinuria
Apabila ekskresi protein ≥40 mg/jam/m2 luas pemukaan
Manifestasi badan disebut proteinuria berat.
Klinis 2. Hipoalbuminemia
1.
Manifestasi pada pasien sindrom nefrotik pada anak terjadi
Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
SINDROMA NEFROTIK
Hipoalbuminemia apabila kadar
albumin kurang dari 2,5 g/dL.
3. Edema
Kondisi hipoalbuminemia
menyebabkan tekanan onkotik koloid
Manifestasi Klinis
plasma intravaskuler menurun,
sehingga cairan transudat melewati
dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang intertisial
kemudian timbul edema.
1. Diet
Diet rendah garam ( 1 – 2
g/hari ) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.
Penatalaksanaan 2. Kortikosteroid
Prednison dosis penuh ( full
dose ) 60 mg/m2 LPB/hari. Atau 2
1. mg /kgBB/hari
Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran ( maksimal 80
Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
mg/hari )
SINDROMA NEFROTIK
3. Diuretik
Furosemid 1 – 2 mg/kgBB/hari.
Penatalaksanaan
4. Antibiotik profilaksis
Penisilin oral 125 – 250 mg.
1. Infeksi sekunder
2. Syok
Komplikasi 3. Thrombosis vaskuler
4. Malnutrisi atau kegagalan ginjal
5. Gangguan pertumbahan
1. Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
GNAPS
( Glomerulo Nefritis Akut Pasca Stresptokokus )
1. Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
2. Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman
RE, penyunting. Nelson’s of Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2011
GNAPS
( Glomerulo Nefritis Akut Pasca Stresptokokus )
1. Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
2. Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE,
penyunting. Nelson’s of Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2011
KWASHIORKOR
sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang
tidak adekuat. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
Definisi kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi
vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala
tersebut.
Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada ibu
hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang dan
Epidemiologi 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang
sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9%
Partini Pudjiastuti Trihono DKK. Tatalaksana Sindrom Nefrotik Pada Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Ed 2;2012
PERSPEKTIF ISLAM
1. “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan)
menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan)
menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”.
(HR. At- Tirmidzi)
2. ”Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah
kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang yang suci”.
( HR. Baihaqiy)