Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1

BENGKAK PADA MUKA


DAN PERUT
ANGGOTA KELOMPOK :

Ghita Shupiyesa.S (11020170040)


A.Ambar Yusuf Putra (11020170058)
Sri Ainun Zainal Siddiq (11020170081)
Yasmin Fadhilah Ardiyati (11020170089)
Radhi Ijhtihadi (11020170119)
A.Novalika Muzakky (11020170120)
Febriyanti (11020170144)
Nurul Aziza Andi Mattoreang (11020170161)
Nadya Marchyanthi Yanis (11020160153)
Tasya Ardiani (11020170015)
SKENARIO

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya


ke Puskesmas dengan keluhan perut tampak membesar dan
bengkak pada tungkai .Dari pemeriksaan darah didapatkan
albumin 1,5 gr/dL, kolesterol 450 mg/dL, dari urinalisis
didapatkan protein +3, nitrit +3, dan sedimen urin eritrosit 1-
2, leukosit 20-30.
KATA KUNCI

1. Anak perempuan 5 tahun


2. Keluhan perut tampak membesar dan bengkak pada tungkai
3. Albumin : 1,5 gr/dL
4. Kolesterol : 450 mg/dL
5. Urinalisis : protein +3, nitrit +3
6. Sedimen urin : eritrosit 1-2, lekosit 20-30
PERTANYAAN PENTING

1. Jelaskan anatomi, fisiologi dan histologi dari organ yang terkait


dengan skenario!
2. Sebutkan penyakit apa saja yang menyebab kan edema pada
sistem uronefrologi!
3. Jelaskan patomekanisme terjadinya edema pada tungkai dan
perut membesar!
4. Jelaskan interpretasi pada skenario! Mengapa demikian?
5. Jelaskan langkah langkah diagnosa pada skenario !
6. Jelaskan diagnosis banding sesuai dengan skenario!
7. Jelaskan penatalaksanaan yang sesuai dengan skenario!
8. Apa perspektif islam yang sesuai dengan skenario ?
1.Jelaskan anatomi, fisiologi dan histologi
dari organ yang terkait dengan skenario!

Ref:-Moore, K. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.p125-8


Fisiologi Ginjal

1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh.


2. Regulasi keseimbangan elektrolit.
3. Regulasi keseimbangan asam basa.
4. Fungsi endokrin
5. Sintesa glukosa

Ref:-Moore, K. L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.p125-8


2. Sebutkan penyakit apa saja yang
menyebabkan edema pada sistem uronefrologi!
a). Sindromanefrotik b). Glomerulonephritis akut c). Kwasiorkor

d). Gagal Jantung e). deep venous thrombosis (DVT)

Referensi :
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III edisi V. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
3. Jelaskan patomekanisme terjadinya edema pada tungkai
dan perut membesar!

Berdasarkan skenario didapatkan proteinuria, hypoalbuminimea dan peniningkatan


kadar lemak dalam darah, sehingga dapat di ambil kesimpulan ada ganggunan
homeostatis yang terjadi. Patomekanisme dari terbentuknya edema merupakan
manisfestasi dari gangguan homeostatis tersebut.

Apapun tipe sindrom nefrotik. Manifestasi klinik utama adalah edema, yamg tampak
sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali edema tombul secara lambat
sehingga keluarga biasanya mengira anaknya bertambah gemuk. Pada fase awal
edema sering bersifat intermitten, biasanya awalnya tampak pada derah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah ( misalnya pada daerah periorbita,
skrotum atau labia). Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak
sebagai edema muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi
bengkak pada eksremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak
meninggalkan pitting edema. Pada penderita dengan edema hebat, kulit
menjadi menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Asistes umum dijumpai,
dan sering menjadi anaskara. Anak-anak dengan asistes akan mengalami rwestriksi
pernafasan, dengan kompensasi berupa tacypnea.

Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
4. Jelaskan interpretasi pada skenario! Mengapa
demikian?
NIlAI NORMAL PEMERIKSAAN LAB

Nilai normal pemeriksaan darah :


- Albumin : Dewasa : 3,8 – 5,1 gr % SI : 35 – 50 g/L
Anak : 4,0 – 5,8 gr/dl
Bayi : 4,4 – 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 gr/dl

- Kolesterol :

Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
Nilai normal pemeriksaan urinalisis :
- Protein
Diukur dalam urin yang dikumpulkan 24 jam.
Metode dipstik :
+1 = 100 mg/dL
+2 = 300 mg/dL
+3 = >300 mg/dL , proteinuria
+4 = 1000 mg/dL
- Nitrit
Negatif : < 0,1 mg/dL atau < 100.000 mikroorganisme/mL
- Eritrosit
Nilai normal : 0-3 sel per lapang pandang
- Leukosit
Nilai normal : 2-4 sel per lapang pandang

Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
PATOMEKANISME TERJADINYA KELAINAN PADA
PEMERIKSAAN LAB
 Patomekanisme terjadinya proteinuria

• Perubahan permeabilitas membrane glomerulus


• Perubahan muatan listrik pada molekul Albumin
• Perubahan Hemodinamik Ginjal
 Patomekanisme nitrit didalam urin
Didalam urin yang normal terdapat nitrat sebagai
hasil metabolism protein, yang kemudian jika
terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan
dalam urin (Escherchia Coli, Enterobacter, dll)
yang mengandung enzim reduktase, akan
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Jadi adanya nitrit
dalam urin secara tidak langsung menunjukkan
kemungkinan adanya bakteri dalam urin dalam
jumlah yang bermakna.

Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
 Penurunan albumin dalam serum

Penyakit ginjal dapat mempengaruhi  Hyperlipidemia


degradasi dan sintesis. Hipoalbuminemia Pada sebagian pasien sindrom nefrotik
dapat terjadi akibat produksi albumin yang ditemukan kenaikan kadar total
tidak adekuat (malnutrisi, luka bakar, infeksi kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid.
dan pada bedah mayor), katabolisme yang Kenaikan kadar kolesterol disebabkan
berlebihan (luka bakar, bedah mayor, dan karena penurunan albumin seum dan
pankreatitis), kehilangan albumin dari tubuh, tekanan onkotik merangsang sel hati
hemoragik, eksresi ginjal yang berlebihan, untuk membentuk lipoprotein lipid atau
redistribusi dalam tubuh (bedah mayor dan lipogenesis. Pada penelitian lainnya
kondisi inflamasi). Apabila terjadi kerusakan menyebutkan bahwa penurunan
pada glomerulus akan mengakibatkan viskositas plasma pada sindrom nefrotik
kebocoran pada protein di ginjal sehingga merupakan factor utama yang
terjadi penurunan kadar albumin di dalam merangsang sintesis dan sekresi lipid,
darah. sehingga dapat menyebabkan
peningkatan kolesterol di dalam darah.
Safaei A, Maleknejad S. Spectrum of childhood nephrotic syndrome in Iran: a single center study. Indian Journal of Nephrology. 2009; 19(3): 87-90.
5. Langkah-langkah diagnosa
Anamnesis
1. Identitas pasien: seorang anak perempuan
5 tahun
2. Keluhan Utama: perut membesar dan
edema pada tungkai
3. Keluhan penyerta : -
4. Riwayat penyakit : -
5. Riwayat keluarga: -
6. Riwayat lingkungan: -
7. Riwayat Pengobatan sebelumnya: -

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan
umum pasien dan pemeriksaan urologi.
Kesan Umum Pasien
Keadaan umum: baik atau sakit
Berat badan: obesitas, kurus atau normal
Suhu kulit: hangat, dingin, lembab
Pemeriksaan lainnya:
a. Pemeriksaan Urologi
b. Pemeriksaan Ginjal
c. Pemeriksaan Buli-Buli
d. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
e. Pemeriksaan Skrotum dan Isinya
f. Colok Dubur (Rectal Toucher):
g. Pemeriksaan Neurologi

Referensi: Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Halaman 15 -3.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Urinalisis
Dari skenario didapatkan protein +3 dan nitrit +3, eritrosit 1-2 dan
leukosit 20-30.

b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Dari
skenario didapatkan albumin 1,5 gr/dl, kolesterol 450 mg/dl.

c. Kultur Urin
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran
kemih. Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium
tertentu untuk mencari jenis kuman dan sekaligus sensitivitas kuman terhadap
antibiotika yang diujikan.

d. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal,
mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi pertumbuhan
maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta
derajat diferensiasi suatu keganasan.

2. Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)


a. Foto polos abdomen
b. USG (Ultrasonografi)
c. CT Scan dan MRI

Referensi: Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret. Halaman 15 -3.
6. Diagnosis Banding
SINDROMA NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria
Definisi
masif ( 3,5 g/hari), hipoalbuminemia (<3,5 g/dl), hiperkolesterolemia,
dan lipiduria.

Epidemiologi Sindrom Nefrotik paling banyak ditemukan pada anak berumur 3 – 4 tahun.
1. Kongenital
2. Primer
3. Sekunder
Etiologi
Klasifikasi : 1. Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid ( SNSS )
2. Sindrom Nefrotik Resisten Steroid ( SNRS )

1. Proteinuria
Apabila ekskresi protein ≥40 mg/jam/m2 luas pemukaan
Manifestasi badan disebut proteinuria berat.
Klinis 2. Hipoalbuminemia
1.
Manifestasi pada pasien sindrom nefrotik pada anak terjadi
Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
SINDROMA NEFROTIK
Hipoalbuminemia apabila kadar
albumin kurang dari 2,5 g/dL.
3. Edema
Kondisi hipoalbuminemia
menyebabkan tekanan onkotik koloid
Manifestasi Klinis
plasma intravaskuler menurun,
sehingga cairan transudat melewati
dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang intertisial
kemudian timbul edema.
1. Diet
Diet rendah garam ( 1 – 2
g/hari ) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.
Penatalaksanaan 2. Kortikosteroid
Prednison dosis penuh ( full
dose ) 60 mg/m2 LPB/hari. Atau 2
1. mg /kgBB/hari
Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran ( maksimal 80
Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
mg/hari )
SINDROMA NEFROTIK

3. Diuretik
Furosemid 1 – 2 mg/kgBB/hari.
Penatalaksanaan
4. Antibiotik profilaksis
Penisilin oral 125 – 250 mg.
1. Infeksi sekunder
2. Syok
Komplikasi 3. Thrombosis vaskuler
4. Malnutrisi atau kegagalan ginjal
5. Gangguan pertumbahan

1. Kharisma, Yuktiana. 2017. Sindrom Nefrotik. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Bandung
2. Konsensus Tatalaksana Sidnrom Nefrotik pada Anak. Edisi kedua, 2012. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
GNAPS
( Glomerulo Nefritis Akut Pasca Stresptokokus )

1. Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
2. Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman
RE, penyunting. Nelson’s of Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2011
GNAPS
( Glomerulo Nefritis Akut Pasca Stresptokokus )

1. Wiguno .P, et al. Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009
2. Davis ID, Avner ED. Glomerulonephritis associated with infections. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE,
penyunting. Nelson’s of Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2011
KWASHIORKOR
sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang
tidak adekuat. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
Definisi kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi
vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala
tersebut.
Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada ibu
hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi kurang dan
Epidemiologi 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita menderita gizi kurang
sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9%

1. Kekurangan intake protein


2. Gangguan penyerapan protein pada diare kronik
Etiologi 3. Kehilangan protein secara berlebihan seperti pada proteinuria dan infeksi kronik
4. Gangguan sintesis protein seperti pada penyakit hati kronis
1. Ascites dan moon face
2. Retardasi pertumbuhan
3. Perubahan mental ( cengeng, hilang nafsu makan, rewel)
4. Edema pitting
5. Kelainan rambut dan kulit
Manifestasi
6. Kelainan gigi dan tulang
Klinis 7. Kelainan Hati dan darah Kelainan pankreas
8. Kelainan jantung
9. Kelainan GI dan ginjal
10. Atrofi otot

-M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.


-Golden M.H.N., 2001. Severe Malnutrition. Dalam: (Golden MHN ed). Childhood Malnutrition: Its consequences and mangement. What is the etiology
of kwashiorkor? Surakarta: Joint symposium between Departement of Nutrition & Departement of Paediatrics Facu.
KWASHIORKOR
1. Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
2. Atas/ cegah hipoglikemia
3. Atasi gangguan elektrolit
4. Atasi/ cegah dehidrasi
5. Atasi/ cegah hipotermi
Penatalaksanaan 6. Antibiotik untuk pencegahan infeksi
7. Mulai pemberian makan dengan porsi kecil tetapi
sering
8. Atasi penyakit penyerta ( dermatofitosis, diare )
9. Pemberian multivitamin – mineral
10. Tindakan kegawatan ( syok, anemia berat )
11. Berikan dukungan emosional

Pencegahan 1. Pengaturan pola makan ( penyuluhan mengenai gizi


seimbang )
2. Pemantauan tumbuh kembang
3. Faktor sosial
4. Faktor ekonomi
5. Faktor infeksi

1. Defisiensi zat besi


2. Hiperpigmentasi kulit
3. Edema anasarka
4. Imunitas menurun sehingga mudah infeksi
Komplikasi 5. Hipoglikemia, hipomagnesemia
6. Diare karena terjadi atrofi epitel usus
7. Anak
-Behrman, L. Richard dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Refeeding syndrome
Nelson. Jakarta: EGC.
-Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC .
PENATALAKSANAAN AWAL
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali,
sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan
untuk mempercepat pemeriksaan.
penanggulangan edema, memulai pengobatan
steroid, dan edukasi orangtua

- diberikan loop diuretic seperti Terapi inisial pada anak


furosemid 1-3 mg/kgbb/hari dengan sindrom nefrotik
- Bila perlu, dikombinasikan idiopatik tanpa
dengan spironolakton kontraindikasi steroid sesuai
(antagonis aldosteron, diuretik dengan anjuran ISKDC
hemat kalium) 2-4 (International Study of
mg/kgbb/hari Kidney Disease In Children

Partini Pudjiastuti Trihono DKK. Tatalaksana Sindrom Nefrotik Pada Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Ed 2;2012
PERSPEKTIF ISLAM
1. “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan)
menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan)
menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”.
(HR. At- Tirmidzi)
2. ”Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah
kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang yang suci”.
( HR. Baihaqiy)

Isi Kandungan hadis


1. Bahwasanya Allah swt adalah zat yang baik, bersih, mulia, dan bagus.
Karena Allah swt menyukai hal-hal yang demikian. Sebagai umat Islam,
maka kamu harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal
kebersihan lingkungan tempat tinggal.
2. Agama Islam adalah agama yang lurus dan bersih dari ajaran
kesesatan. Dengan demikian pemeluk agama Islam harus memiliki pola
perilaku yang bersih dan hati yang suci dari perkara hawa nafsu.
Sebab seseorang yang demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk
surga.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai