PENDAHULUAN
1
2
2.2. Etiologi
4
5
Dikatakan proteinuria jika adanya protein di dalam urine manusia yang melebihi
nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari
140 mg/m2
Protein/kreatinin urin pagi lebih mudah dilakukan dan dapat mengeksklusi
proteinuria orthostatic (dimana protein baru muncul di urin setelah penderita
berdiri cukup lama). - Nilai protein urin 24 jam > 40mg/m 2/jam atau dengan
dipstick +2---+4, dapat pula nilai protein urin sewaktu >100mg/dL, terkadang
mencapai 1000mg/dL.
Sebagian besar protein yang diekskresi pada SN adalah albumin.
d) Albumin serum
Level albumin serum pada sindroma nefrotik secara umum kurang dari 2.5 g/dL.
Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
Jarang mencapai 0.5 g/dL
e) Pemeriksaan lipid
Terjadi peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL (low density lipoprotein).
Kadar serum kolesterol >400mg/dl
Terjadi peningkatan trigliserid dengan hipoalbuminemia berat.
Kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) dapat normal atau menurun
f) Pemeriksaan elektrolit serum, BUN dan kreatinin, kalsium, dan fosfor.
Pasien dengan SN idiopatik, dapat menjadi gagal ginjal akut oleh karena deplesi
volume intravascular.
Kadar Na serum rendah, oleh karena hiperlipidemia.
Kadar kalsium total rendah, oleh karena hipoalbuminemia.
g) Tes HIV, hepatitis B dan C
Untuk menyingkirkan adanya kausa sekunder dari SN.
h) Pemeriksaan C3
Level komplemen yang rendah dapat ditemukan pada nefritis post infeksi, SN tipe
membranoproliferatif, dan pada lupus nefritis.
7
b. Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal tidak diindikasikan bagi pasien SN primer dengan awitan pada usia 1-8
tahun, kecuali jika riwayat klinis, temuan pada pemeriksaan fisik, maupun hasil dari pemeriksaan
laboratorium mengindikasikan adanya kemungkinan SN sekunder atau SN primer selain tipe lesi
minimal. Biopsi ginjal diindikasikan bagi pasien usia < 1 tahun, dimana SN kongenital lebih
sering terjadi, dan pada pasien usia > 8 tahun dimana penyakit glomerular kronik memiliki
insidensi yang lebih tinggi. Biopsi ginjal hendaknya juga dilakukan bila riwayat, pemeriksaan,
dan hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya SN sekunder.
c. Radiografi
Pemeriksaan ultrasonografi atau venografi ginjal sekiranya dicurigai adanya trombosis
vena ginjal
d. USG renal
Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
f. Komplikasi
a) Infeksi
SN mudah terjadi infeksi dan yang paling sering adalah selulitis danperitonitis. Hal ini
disebabkan karena terjadi kebocoran IgG dan komplemenfaktor B dan D di urin. Pemakaian obat
imuno supresif menambah risikoterjadinya infeksi. Bila terjadi peritonitis primer (biasanya
disebabkan oleh kuman Gram negatif dan Streptococcus pneumoniae) perlu diberikan
pengobatan penisilin parenteral, dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ketiga yaitu
sefotaksim atau seftriakson, selama 10-14 hari.
b) Tromboemboli
tetapi sampai saat ini belum ada studiterkontrol terhadap efektivitas pengobatan ini.9 Heparin
diberikan bila sudahterjadi trombosis.
c) Hiperlipidemia
Pada SN relaps atau resisten steroid terjadi peningkatan kadar kolesterol LDLdan VLDL,
trigliserida, dan lipoprotein (a) (Lpa), sedangkan kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat
tersebut bersifat aterogenik dan trombogenik. Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-
zat tersebut bersifatsementara, cukup dengan pengurangan diet lemak. Pada SN resisten
steroiddapat dipertimbangan pemberian obat penurun lipid seperti questran, derivatfibrat dan
inhibitor HMgCoA reduktasia (statin), karena biasanya peningkatankadar lemak tersebut
berlangsung lama, tetapi manfaat pemberian obat tersebutmasih diperdebatkan.
d) Hipokalsemia
Oleh karena itu pada SN relaps sering dan SN resisten steroid dianjurkanpemberian suplementasi
kalsium 500 mg/hari dan vitamin D. Bila telah terjadi tetani, diobati dengan kalsium glukonas 50
mg/kgBB intravena.
e) Hipovolemia
f) Malnutrisi
g) Gagal ginjal
9
Berikut adalah klasifikasi dari nefrotik syndrome sesuai dengan respon terhadap steroid:
a) Steroid sensitive respon terhadap steroid sangat baik, relaps mungkin terajadi
bergantung pada perjalanan penyakit
b) Frequent relaps 2 kali atau lebih relaps dalam 6 bulan, atau 4 kali atau lebih relaps
dalam 12 bulan
c) Steroid dependent 2 kali relaps berurutan ketika penggunaan steroid atau 2 minggu
saat penggunaan steroid mulai dikurangi
d) Steroid resistant tidak menunjukkan perbaik setelah 4 minggu terapi prednisone
2. Terapi Immunosupresant
diantaranya adalah leukopenia, azotemia, atau bahkan kemandulan yang lebih sering terjadi pada
klien laki-laki.
3. Terapi Diuretik
Jenis obat diuretik yang sering digunakan adalah furosemide dengan kombinasi
metolazone. Obat obat tersebut berguna untuk mengurangi beberapa gejala yang biasanya ada
pada klien nefrotik syndrome diantaranta adalah gangguan napas, hipertensi, hiponatrium, serta
kerusakan kulit
1. Pencegahan Infeksi
Perawat serta seluruh keluarga yang menemani klien harus memperhatikan standard
precaution seperti cuci tangan, hindari interaksi dengan klien lain yang mempunyai atau
sedang terinfeksi penyakit menular, pantau kadar leukosit/ sel darah putih, dan pantau
TTV juga perhatikan bila terjadi tanda-tanda infeksi pada kulit yang mengalami edema
Kaji keadaan kulit klien secara rutin, putar posis anak secara berkala supaya tidak
mengalami penekanan pada area edema, atau juga untuk mencegah dekubitus akibat
penekanan yang lama pada area kulit yang menonjol karena tulang seperti area tumit atau
scapula. pastikan area kulit selalu bersih serta kering untuk menghindari tempat untuk
tumbuhnya kuman/ mikroorganisme terutama di area edema yang biasanya lembab
akibat penguapan air dan keringat dari dalam kulit. anjurkan klien untuk meenggunakan
pakaian yang menyerap keringat misalnya yang berbahan katun dan tipis.
anak dengan nefrotik syndrome bisa jadi mengalami anorexia yang disebabkan oleh
penekanan edema area abdomen (ascites) ke area lambung sehungga menimbulkan
perasaan kenyang, oleh karena itu perawat harus mampu melakukan modifikasi bagi
klien anak yang mengalami kesulitan makan salah satunya dengan cara membuat
11
tampilan makanan semenarik mungkin untuk meningkatkan nafsu makan anak. Selain
itum anak juga dianjurkan makan sedikit tapi sering.
Untuk masalah cairan berikan retriksi cairan sesuai dengan derajat edema yang
dialami oleh klien karena bila klien mendapatkan asupan cairan berlebih dikhawatirkan
akan membuat cairan semakin menumpuk didalam tubuh. Selain itu pertahankan diet
rendah natrium/ sodium, tidak hanya mengurangi makanan yang asin namun juga orang
tua mampu memilah makanan yang mengandung MSG atau pengawet yang mengandung
banyak sodium. Diet tinggi protein juga mampu diberikan pada klien dengan kondisi
ketika klien sudah mengalami perbaikan fungsi ginjal dilihat dari keseimbangan intake
dan output.
Hal lain yang perlu diperhatikan perawat adalah pemantauan berat badan (BB)
secara rutin, memeriksa secara rutin lingkar perut klien, memantau dan menghitung
jumlah intake dan output klien diharapkan sudah mampu seimbang sesuai ketentuan, dan
pemantauan tanda-tanda vital setiap 4 jam untuk memantau bila terjadi syok hipovolemik
akibat kurangya cairan intravaskuker
Klien dengan nefrotik syndrome biasanya adalah anak-anak usia 3 hingga 7 tahun yang
sedang dalam fase senang bermain, namun klien dengan nefrotik syndrome harus
mengurangi aktifitasnya guna mengefektifkan treatmen yang telah dilaksanakan. Klien
dianjurkan bedrest untuk mengurangi edema dengan lebih cepat serta mencegah adanya
peningkatan tekanan darah. Perawat harus mampu mengkaji adanya tanda fatigue,
kelemahan, atau iritable pada klien.
Kecemasan mungkin timbul pada orang tua dengan anak yang mengalami nefrotik
syndrome apalagi melihat kondisi anak yang anasarka/ edema di sekujur tubuh, oleh
karena itu perawat harus mampu memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai
penyakit serta mengkaji mekanisme koping keluarga adaptif atau tidak dengan adanya
anak dengan nefrotik syndrome iini.
12
6. Discharge Planning
Sebelum pulang klien harus diberi tahu beberapa hal mengenai penyakit ini seperti tanda
tanda relaps atau kekambuhan, tanda tanda eksaserbasi atau penyakit bertambah parah,
cara melakukan perawatan kulit klien terutana area yang edema, mengenai medikasi obat-
obatan serta efek samping dan cara penanggulangannya, serta tanda kegawatan yang
mengaharuskan keluarga untuk segera mencari pertolongan tim medis
13
PATOFISIOLOGI
14
PATHWAY
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1. Trigger case
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa ke unit kesehatan anak dalam keadaan edema
anasarka. Menurut penuturan ibunya, sekitar 1 bulan yang lalu klien mengalami bengkak pada
periorbita terutama pada saat bangun tidur muka sembab, dan mengeluh pusing. Hasil anamnesa
riwayat kesehatan: sejak 1 tahun yang lalu klien mengeluh bengkak bengkak diseluruh tubuh
sampai dengan kelopak mata. Karena keluhannya ini klien dibawa ke RS Majalaya dan
dinyatakan bocor ginjal. Klien control 3 bulan terakhir namun tidak ada perbaikan, kemudian
klien dibawa ke RS Al-Ihsan sejak 2012 dan diberi tablet berwarna hijau yang diminum 3 x 2
selama 2 bulan. Selanjutnya 4 tablet/hari selang sehari, keluhan tidak berubah, klien lalu dibawa
ke RSHS. Pola BAK sebelum sakit 3-5 x sehari. Saat ini berkemih mulai berkurang baik dari
segi frekuensi dan jumlah urin yang dikeluarkan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan asites (+),
TD 130/90 mmHg, HR 112 x//menit, RR 30 x/menit, rasio insp:eksp 1:1, antropometri: BB: 32,5
kg, TB: 121,5 cm, lingkar perut 68 cm, suhu 360C.
Hasil Laboratorium
Hb 13 gr%
Ht 44 %
Albumin 2,1
Trigliserida 172
BUN 30 mg%
URIN
Kejernihan Keruh
15
16
pH urin 6,5
BJ urin 1,010
Keton urin +
Nitrit urin -
Urobilinogen 0,1
A. Data subjektif :
a) Pasien mengeluh bengkak bengkak di seluruh tubuh sampai dengan kelopak mata
b) Pasien mengeluh pusing
c) Pancaran mengeluh berkemih kurang baik dari segi frekuensi maupun jumlah
B. Data Objektif :
a) pasien edema anasarka, asites (+)
b) RR 30/X menit,adanya penekanan pada paru paru karena asites yang menyebabkan
ekspansi paru menjadi berkurang sehingga co2 dalam paru meningkat yang akhirnya
meningkatkan frekuensi nafas
c) TD 130/90, HR 112/menit, mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena retensi
urin yang dapat merangsang pengaktifan saraf simpatis, terjadi peningkatan Heart rate,
stroke volume meningkat, sehingga HR dan TD meningkat.
d) klien datang dengan keluhan edema anasarka hal ini di sebabkan karena adanya retensi
cairan akibat hipoalbumin, ketika hipoalbumin, tekanan onkotik menurun sehingga
adanya perpindahan cairan dari intravaskuler ke intestitial.
e) BB 32,5, BB mengalami peningkatan dimana untuk usia 4 tahun BB normal adalah 16,4,
hal ini mungkin di sebabkan karena edema anasarka yang akibatnya pada penambahan
berat badan yang ekstrim
Dari pemaparan analisa di atas maka dapat di simpulkan bahwa pasien mengalami sindrom
nefrotik, hal ini di tunjang dengan beberapa manifestasi yang di tunjukan pasien diantaranya,
17
Perkusi :-
Auskultasi :-
TTV :
18
19
Antropometri :
lingkar perut 68 cm
g. Pemeriksaan penunjang
Ht 44 % 40-54% Normal
URIN
5. Data Etiologi
DS : klien mengalami bengkak Kerusakan glomerulus
periorbital 1 bulan lalu saat
bangun tidur dan muka sembab. Permeabilitas kapiler
1 tahun lalu mengalami bengkak
diseluruh tubuh. Filtrasi glomerulus
Tekanan hidrostatik
Edema
No Intervensi Rasional
1. Pertahankan catatan intake & output yang Karena dapat membantu pengetahuan adanya
akurat penurunan kelebihan cairan
2. Pasang urine kateter bila diperlukan
3. Monitor hasil laboratotium yang sesuai Karena dengan mengkaji luas edema juga
dengan retensi cairan dapat menunjukkan kelebihan cairan
4. Monitor indikasi retensi atau kelebihan
cairan (edema, asites)
5. Kaji luas & lokasi edema Karena dengan memonitori asupan makan
dapat mencegah asupan makanan dan cairan
berlebih
6. Monitor masukan makanan atau cairan
(dibatasi)
7. Kolaborasi pemberian diuretic Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan
proteinuria dan diuretik dapat menurunkan
keparahan edema
8. Kolaborasi pemberian kortikosteroid
9. Pantau berat badan klien ( timbang bb) Karena dengan mengetahui BB dan dapat
mengkaji retensi Na+airnya
KESIMPULAN DAN SARAN
4.5. Kesimpulan
Ginjal merupakam salah satu organ penting dalam system urinia. Sedangkan sindroma
nefrotik merupakan salah satu penyakit kelainan pada ginjal. Sindroma nefrotik merupakan
kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak
dengan karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbunemia, hyperlipedemia dan
edema. Penyebab sindroma nefrotik belum diketahui secara pasti. Namun para ahli telah
membagi dalam beberapa etiologi.
4.6. Saran
Apabila terdapat gejala-gejala klinis pada anak, anak segera diperiksakan ke petugas-
petugas kesehatan terdekat untuk mengetahui apakah anak menderita sindrom nefrotik dan
dapat mendapat pertolongan secara dini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. 2002. Buku Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 2.
Jakarta : EGC
Hockenberry,Marilyn and David Wilson. 2008. Wong’s Nursing care of infants and
children. Canada : Elsvier
Wilson, David, dkk. 2009. Buku ajar keperawatan Pediatrik. Jakarta : Buku
Kdokteran : EGC
Panduan penulisan Dx Keperawatan. NOC, NIC-UAP-2011
23