PENDAHULUAN
Hal. 1
1.3. Tujuan
1.3.1 tujuan Umum
1) Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir
secara ilmiah kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta
mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada
gangguan Nefrotik Sydrome.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan pengertian Nefrotik Syndrome.
2) Mendeskripsikan penyebab Nefrotik Syndrome.
3) Mendeskripsikan patofisiologi Nefrotik Syndrome.
4) Mendeskripsikan tanda dan gejala Nefrotik Syndrome.
5) Mendeskripsikan penatalaksanaan Nefrotik Syndrome.
6) Mendeskripsikan asuhan keperawatan Nefrotik Syndrome.
Hal. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik adalah merepakan manifestasi klinik dari
glumerulonefritis (GN) ditandai dengan gejala edema, proteinuria massif ≥
3,5g/hari, hipoalbuminemia <3,5g/dl, lipiduria dan hiperkolesterolemia.
Kadang- kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(sudoyo Aru).
Sindrom nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun
dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2 (Nanda NIC-NOC, 2015).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis,
meliputi proteinuria massif >3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema,
hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat
merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012).
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam
darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia).
Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam
urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus
(dr.nursalam, dkk. 2009).
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinik dengan proteinuria masif (>3,5
g/hari), hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidimia, biasanya kadar BUN
normal. Disertai penyakit glomerulus (idiopatik) primer atau mungkin
berkaitan dengan berbagai gangguan sistemik dengan ginjal yang terserang
secara sekunder. (sylvia A. Price. 2005)
Hal. 3
2.2 Etiologi
Menurut Patrick Devey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti
diabetes (yang telah berlangsung lama), glumerulenofritis (lesi minimal,
membranosa, fokal segmental), amyloid ginjal (primer, myeloma), penyakit
autoimun, misalnya SLE, obat-obatan misalnya preparat emas, panisilamin.
Menurut Wiguno penyebab SN dan klafisikasinya dibagi menjadi:
Penyebab Kriteria
Hal. 4
- Diabetes militus, amyloidosis, pre-
eklamsia, rejeksi alograf kronik, reflusk
vesikoureter, atau sengatan lebah.
Sumber: Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo Aru
2.3 Patofisiologi
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma, yang
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
Hal. 5
karena hypovolemi. Karena terjadi penurunan aliran darah ke renal, maka
ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin –
angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air, dengan retensi
natrium dan air akan menyebabkan edema (Betz C, 2002 ).
Pada Sindroma Nefrotik terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida
serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak yang
banyak dalam urin (lipiduria). Pada Sindroma Nefrotik juga disertai dengan
gejala menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbumin. Hipoalbuminemi disebabkan oleh
hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di
ginjal. Sintesis protein dihati biasanya meningkat (namun tidak memadai
untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin), tetapi mungkin normal atau
menurun (Carta A Gunawan, 2008).
Proteinuria merupakan kelainan dasar Sindroma Nefrotik. Proteinuria
sebagian besar berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuri glomerular) dan
hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuri tubular).
Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang
diekskresikan dalam urin adalah albumin. Derajat proteinuri tidak
berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan glomerulus. Pasase
protein plasma yang lebih besar dari 70 kD melalui membrana basalis
glomerulus normalnya dibatasi oleh charge selective barrier (suatu
polyanionic glycosaminoglycan) dan size selective Barrier (Carta A Gunawan,
2008)
Lipiduri, Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada
sedimen urin. Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui
membrana basalis glomerulus yang permeable (Carta A Gunawan, 2008).
Hal. 6
Edema, dahulu diduga edema disebabkan penurunan tekanan onkotik
plasma akibat hipoalbuminemia dan retensi natrium (teori underfill).
Hipovolemi menyebabkan peningkatan renin, aldosteron, hormon antidiuretik
dan katekolamin plasma serta penurunan atrial natriuretic peptide (ANP).
Pemberian infus albumin akan meningkatkan volume plasma, meningkatkan
laju filtrasi glomerulus dan ekskresi fraksional natrium klorida dan air yang
menyebabkan edema berkurang (Carta A Gunawan, 2008).
Membran glomerulus yang normalnya impermiabel terhadap albumin
dan protein lain menjadi permiabel terhadap protein terutama albumin, yang
melewati membran dan ikut keluar bersama urine (hiperalbuminemia). Hal ini
menurunkan kadar albumin (hipoalbuminemia), menurunkan tekanan osmotik
koloid dalam kapiler mengakibatkan akumulasi cairan diinterstitial (edema)
dan pembengkakan tubuh, biasanya pada abdomnal (ascites). Berpindahnya
cairan dari plasma keinterstitial menurunkan volume cairan vaskuler
(hipovolemia), yang mengaktifkan stimulasi sistem reninangiaotensin dan
sekresi ADH serta aldosteron. Reabsorpsi tubulus terhadap air dab sodium
meningkatkan volume intravaskuler (Donna L. Wong, 2008 : 1404).
Hal. 7
2.6. Penatalaksanaan
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditunjukan terhadap
penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria,
mentrol edema dan mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom
nefrotik harys dicari dan diberi terapi, dan obat-obaatan yang menjadi
penyebabnya disingkirkan.
2.6.1 Diuretik: Diuretik kuat (loop diuretic) misalnya furosemide (dosis awal
20-40mg/hari)atau golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasi
dengan potassium sparing diuretic (spironolakton) digunakan untuk
mengobatai edema dan hipertensi. Penurunan berat badan tidak boleh
melebihi 0,5 kg/hari.
2.6.2 Diet: diet untuk pasien SN adalah 35kal/kgbb./hari, sebagai besar
terdiri dari karbohidrat. Diet rebdah garam (2-3gr/hari), rendah lemak
harus diberikan. Pembatasan asupa protein 0,8-1,0 gr/kgBB/hari dapat
mengurangi proteinuria. tambahan vitamin D dapat diberikan kalau
pasien mengalami vitamin ini.
2.6.3 Terapi antikoagulan: Bila diagnosis adanya peristiwa
tromboembolisim,terapi antikoagulan dengan heparin harus dimulai.
jumlah heparin yang digunakan untuk mencapai waktu tromboplastin
parsial (PTT) terapeutik mungkin meningkat karena adanya penurunan
jumlah antitrombin III. setelah terapi hepalin intervena, antikogulasi
oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat
diatasi.
2.6.4 Terapi obat: Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian
kortikosteroid yaitu prednisone 1-1,5 mg/kgBB/haridosis tunggal pagi
hari selama 4-6 minggu. kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai
tercapai dosis maintenance (5-10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang
sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat terpering off,
keadaan penderita memburuk kembali (timbul edema, protenuri),
Hal. 8
diberikan kembali full dose selama 4 minggu kemudian terparing off
kembali.
Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunkan pada
pasien dengan nefropati membranosa dan glumerulosklerosis fokal
untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi.
Ini menyebabkan vasokontriksi ginjal. pengurangan tekanan
intraglomelurus, dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria
sampai 75.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak
ada respon, kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping
kortikosteroid. Dapat diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari.
Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin,
pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan kolestrol LDL,
triglisserida dan meningkatkan kolestrol HDL.
Oba antiproteinurik misalnya ACE inhibitor (captropril 12,5
mg), kalsium antagonis (herbesar 180 mg) atau beta bloker. Obat
penghambat enzim konversi angiontensin (angiontensin converting
anyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II dapat
menurunkan tekan darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek
adiktif dalam menurunkan proteinuria.
Hal. 9
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada
tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
4. Pengkajian Focus
Pengkajian merupakan langkah awal dari tahapan proses
keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar
pasien. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada
kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Pengkajian
yang perlu dilakukan pada klien anak dengan sindrom nefrotik
(Donna L. Wong,2004 : 550) sebagai berikut :
a. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema.
b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang
berhubungan dengan penambahan berat badan saat ini,
disfungsi ginjal
c. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :
1) Penambahan berat badan
2) Edema
3) Wajah sembab:
a) Khususnya di sekitar mata
b) Timbul pada saat bangun pagi
c) Berkurang di siang hari
4) Pembengkakan abdomen (asites)
5) Kesulitan pernafasan (efusi pleura)
6) Pembengkakan labial (scrotal)
Hal. 10
7) Edema mukosa usus yang menyebabkan :
a) Diare
b) Anoreksia
c) Absorbsi usus buruk
8) Peka rangsang
9) Mudah lelah
10) Letargi
11) Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12) Kerentanan terhadap infeksi
13) Perubahan urin :
a) Penurunan volume
b) Gelap
c) Berbau buah
14) Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian, misalnya
analisa urine akan adanya protein, silinder dan sel darah
merah; analisa darah untuk protein serum (total,
perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah
merah, natrium serum.
Hal. 11
5) Kecemasan anak dan orang tua berhubungan dengan lingkungan
perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Hal. 12
dengan cermat. masukan yang diresepkan
5. Pantau infus intra vena
Kolaborasi : 1. Untuk menurunkan ekskresi
1. Berikan kortikosteroid proteinuria
sesuai ketentuan. 2. Untuk memberikan
2. Berikan diuretik bila penghilangan sementara dari
diinstruksikan. edema.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Hal. 13
1. Lindungi anak dari orang- 1. Meminimalkan masuknya
orang yang terkena infeksi organisme.
melalui pembatasan 2. Mencegah terjadinya infeksi
pengunjung. nosokomial.
2. Tempatkan anak di ruangan 3. Mencegah terjadinya infeksi
non infeksi. nosokomial.
3. Cuci tangan sebelum dan 4. Membatasi masuknya bakteri
sesudah tindakan. ke dalam tubuh. Deteksi dini
4. Lakukan tindakan invasif adanya infeksi dapat
secara aseptik mencegah sepsis.
5. Gunakan teknik mencuci 5. Untuk meminimalkan
tangan yang baik pajanan pada organisme
6. Jaga agar anak tetap hangat infektif
dan kering 6. Untuk memutus mata rantai
7. Pantau suhu. penyebar5an infeksi
8. Ajari orang tua tentang tanda 7. Karena kerentanan terhadap
dan gejala infeksi infeksi pernafasan
8. Indikasi awal adanya tanda
infeksi
9. Memberi pengetahuan dasar
tentang tanda dan gejala
infeksi
Intervensi Rasional
Hal. 14
diskusi tentang perawatan selama stress
anak 2. Mempertahankan orang tua
untuk tetap memperoleh
informasi, dan melibatkan
mereka dalam diskusi tentang
perawatan anak dapat
mengembangkan control
sehingga mengurangi
kecemasan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ginjal merupakam salah satu organ penting dalam system urinaria.
Sedangkan sindroma nefrotik merupakan salah satu penyakit kelainan pada
ginjal.
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbunemia, hyperlipedemia dan edema.
Penyebab sindroma nefrotik belum diketahui secara pasti. Namun para ahli
telah membagi dalam beberapa etiologi.
Hal. 15
DAFTAR PUSTAKA
Hal. 16