BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
(Suriadi, 2006).
Sindrom Nefrotik pada anak dibagi menjadi sindrom nefrotik yang masih
sensitif terhadap steroid dan yang sudah resisten terhadap steroid, Karena,
Sedangkan pada anak dengan FSGS, hanya 20% yang respon terhadap
steroid.
a. Anatomi
1) Ginjal (Renal)
lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
2) Ureter
0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
4) Uretra
b. Fisiologi
2) Proses Reabsorbsi.
renalis.
3) Proses sekresi.
3. Etiologi
Disebabkan oleh :
anafilaktoid.
air raksa.
12
membaginya menjadi :
1) Kelainan minimal
2) Nefropati membranosa
3) Glomerulonefritis proliferatif
batang lobular.
13
d) Glomerulonefritis membranoproliferatif
4. Insiden
kasus per tahun pada setiap 1.000.000 anak. Sindroma nefrotik tanpa disertai
penyakit sistemik dan berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut
sindroma nefrotik sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per
14
tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka
prevalensi kumulatif 16 tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Rasio antara
laki-laki dan perempuan pada anak sekitar 2:1. Laporan dari luar negeri
menunjukkan dua pertiga kasus anak dengan SN dijumpai pada umur kurang
dari 5 tahun.
5. Klasifikasi
syndrome).
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten
6. Patofisiologi
albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika
hipoalbuminemia.
akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan
darah (hiperlipidemia).
7. Manifestasi Klinik
c. Pucat
d. Hematuri
sindrom nefrotik.
h. Proteinuria > 3,5 g/hr pada dewasa atau 0,05 g/kgBB/hr pada anak-anak
8. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Urin
b. Darah
3) Pemeriksaan Diagnostik
pengkisutan ginjal.
9. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan Medis
2-3 gram/kgBB/hari.
5) Diuretikum
6) Kortikosteroid
mg/hari.
7) Lain-lain
b. Penatalaksanaan Keperawatan
yang perlu diperhatikan adalah edema yang berat (anasarka), diet, resiko
20
pasien.
2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal
kematian pasien).
ukur lingkar perut pasien. Selain itu perawatan pasien dengan sindroma
(Ngastiyah, 2005).
pakaian pasien harus bersih dan kering. Antibiotik diberikan jika ada
infeksi, dan diberikan pada waktu yang sama. Jika pasien diperbolehkan
penyakit ini sering kambuh atau berubah menjadi lebih berat jika tidak
terkontrol secara teratur, oleh karena itu orang tua atau pasien dianjurkan
(Ngastiyah, 2005).
22
10. Komplikasi
akibat hipoalbuminemia.
(Rauf, 2002).
a. Pengkajian Anamnesa
1) Identitas
hal berikut:
b) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
dan dokumentasikan.
dan kaki yang bengkak akan memberikan dampak rasa cemas dan
a) Prenatal
b) Natal
dilahirkan.
c) Postnatal
d) Imunisasi
badan lahir.
24
beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu,
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat
adanya perubahan.
terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
1) Tirah baring
2) Diuretik
dosis tunggal tiap pagi, tiap 48 jam sekali selama 4 minggu. Tapering
off dosis dikurangi 0,5 mg/kgBB setiap 2 minggu, selama 2-4 bulan.
Tinggi protein dan rendah garam (pada stadium oedem dan selama
vitamin D.
5) Terapi cairan
Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output diukur
a. Diagnosa Keperawatan :
jugularis
4. Monitor vital sign 4. Perubahan vital
sign indikator
terjadinya
hipovolemik dalam
plasma
5. Monitor indikasi
5. Mencegah
retensi/kelebihan
terjadinya
cairan (cracles, CVP,
komplikasi yang
edema, distensi vena
lebih parah.
leher, asites)
6. Kaji lokasi dan luas
6. Menentukan
edema
kualitas diuretik
yang diberikan.
7. Monitor masukan
7. Mencegah intake
makanan/cairan
cairan berlebih
8. Mengetahui derajat
8. Monitor berat badan
edema.
9. Mengetahui
9. Monitor elektrolit
konsentrasi natrium
10. Mengetahui
10. Monitor tanda dan
tingkat keparahan
gejala dari edema
edema.
30
b. Diagnosa Keperawatan :
Ht. terjadinya
komplikasi.
6. Monitor mual dan 6. Mencegah
muntah terjadinya output
berlebih lewat
refluks dengan
penentuan
intervensi
7. Monitor pucat,
7. Mengetahui kondisi
kemerahan, dan
anemia
kekeringan
konjungtiva
8. Monitor intake nutrisi
8. Meningkatkan
nutrisi tubuh
9. Kolaborasi dengan
9. Meningkatkan
dokter tentang
nutrisi tubuh
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan
10. Informasikan 10. Memberi motivasi
kepada klien dan dalam
keluarga tentang meningkatkan
manfaat nutrisi suplai nutrisi
tubuh
32
c. Diagnosa Keperawatan :
terapi aktivitas
gerak.
d. Diagnosa Keperawatan :
5. Evaluasi
d. Penurunan kecemasan.
35