oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
(Suriadi, 2006)
Sindroma nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai denyin proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat tedadi karena
adanya faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus. (Hidayat, A.Aziz, 2006)
Sindroma Nefmtik adalah penyakit gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia, kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal. (Ngastiyah, 2005)
Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat diambil kesimpulan bahwa sindroma
nefrotik adalah merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
2.2 Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen —
antibodi. Menurut
Ngastiyah (2005), umumnya etiologi dibagi menjadi •
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersàar
tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
c. Glomemlonefritis proliferatif
1. Glomerulonefritis proliferatif esudatif difts. TŒdapat proliferasi sel
mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Penbengkanan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
2. Dengan penòalan batang lobular.
prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penòalan
batang lobular.
3. Dengan bulan sabit ( crescent)
Didapatkan sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai
kapsular dan viseral. Prognosis buruk.
4. GlomeruIŒ1efritis membranopmlifemtif
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang
menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-
IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.
d. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai
atrofi tubulus. Prognosis buruk.
2.3 Patofisiologi dan Pohon Masalah (Pathways)
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma potein,
terutama albumin ke dalam urine. Meskipun hati mampu menin$atkan
produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus
mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang melalui ginjal
sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadinya penurunan t&anan menyóabkan edema generalisata
akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan
ekstraseluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistern
renin-angiotersin menyebabkan retensi natriunł dan ederm lebih lanjut.
Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi
sintesis lipoprotein di hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak
dalam darah (hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal
intrinsik atau sistemik yang glomerulus. MeskiBłn secara
umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom
nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia Penyebab
nefrotik mencakup glomerulonefritis kronis, dlbetes mellitts disertai
glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus
erythematosus sistemik, dan trombosis vena renal.
Respons perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional
akan memberikan berbagai masalah keoerayatan ff}a pasien yang
mengalami
2.4 Manifestasi Klinik
1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Ederna biasanya bervariasi dari bentuk
ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan
(pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital)
ekstermitas bawah. 2.
3. Pucat
4. Hematuri
Hematuria mikroskopik kadang-kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun tidak
dapat dijadikan petanda untuk membedakan tipe sindrom
nefrotik.
5. Anoreksia dan diare dis±abkan katena edema mukosa usus.
6. Sakit kepala, malaise, nyeri ab(hmen, berat badan meningkat dan keletlhan
umumnya terjadi.
7. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka (Betz, Cecily L.2002 )
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerlksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom
nefrotik. Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick
bacaan, atau dengan pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic.
Sebuah 3 + merupakan 300 mg / dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g /
L atau lebih dan dengan demikian dalam kisaran nefrotik. Pemeriksaan
dipsticks
kimia albumin adalah protein utama yang diuji.
a. Protein urin = > 3,5 gram/ 1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinalisa = cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin = positifuntuk protein dan darah
d. Beratjenis urin= meningkat (normal : 285 mOsmol)
2. Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/ 100 ml)
b. Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/ 100 ml). Hal ini disebut sebagai
hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/ 100 ml).
Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat katabolisme
protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in merupakan
factor tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria
(albuminuria). Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema
mukosa usus sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila
kadar albumin darah < 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi
biasanya pada kadar < 1 gram/100 ml. (Betz,
2002)
3. Penrrlksaan Diaglostik a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya
cairan yang berleblhan.
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis
atau pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.
(Betz,
2002)
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan sindmma nefrotik hanya bersifat simptomatik, untuk
mengurangi atau malghil*an proteinuria dan memperbalki keadaan
hipoalbuminemia, mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu:
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai