HDR
Disusun Oleh:
A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putusasa (Maryam et.al, 2007).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan negative
tentangdirisendiri yang mungkin diekspresikan secara langsung atau tidak
langsung (Kim, 2006).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berdaya, tidak berarti dan rendah
diri berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (WHO Perwakilan Indonesia, 2006).
B. Rentan Respon
Respon perilaku klien harga diri rendah dapat diidentifikasikan sepanjang
rentang respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: (rentangresponneurobiologik Stuart, 1998 )
Respon adaptif Respon maladapfif
D. Manifestasi Klinis
Menurut Capernito (2008), tanda dan gejala perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah adalah:
1. Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri sendiri atau mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut
l) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik
positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menetukan tujuan
2. Data objektif
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar
makan)
h) Tampak mudah tersinggung atau mudah marah
E. Psikopatologi
Mengasingkan diri
G. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positf
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
c. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Tindakan
a. Bina Hubungan Saling Percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri
dengan sopan, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang dan buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topic).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Fase Kerja :
”Mbak A, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan
kemampuan yang mbak miliki selama ini? Baik, sebelumnya apa yang
membuat mbak A bisa dirawat di rumah sakit ini ? Siapa yang membuat
mbak A bisa bertahan dirawat di rumah sakit ini? jadi kedua orangtua mbak A
yang menginginkan mbak A berobat dirumah sakit ini untuk kesembuhan
mbak A? Selama mbak A dirawat apa ada keluarga lain yang sering
menjenguk mbak A kesini? Selain orangtua dan keluarga siapa yang
mendukung mbak A menjalani pengobatan untuk kesembuhan mbak A? Baik,
berarti semua keluarga dan tetangga mbak A sangat mengharapkan mbak A
untuk sembuh seperti sedia kala ya mbak A. Bagus sekali, mbak A memiliki
aspek positif yang sangat baik.Selanjutnya, apa saja kemampuan yang mbak
A miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya. Apa kegiatan rumah
tangga yang biasa mbak A lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang
mbak A miliki “.
”Mbak A dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
”Sekarang, coba mbak A pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. ”O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mbak
A”. Mari kita lihat tempat tidur mbak A Coba lihat, sudah rapikah tempat
tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.”
“mbak A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba mbak A
lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau mbak A lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan mbak A
tulis T jika tidak melakukan.
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? Yah, ternyata mbak A banyak memiliki kemampuan
yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat
tidur, yang sudah mbak A praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan
ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak A mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. mbak A masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalau begitu kita akan latihan mencuci piring
besok, mbak A maunya jam berapa? bagaimana kalau jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa besok ya mbak A”
SP 2 Klien:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Orientasi :
“Selamat pagi, masih ingat dengan saya? Saya perawat...... yang kemarin
merawat mbak A. bagaimana perasaan mbak A pagi ini ? Wah, tampak cerah
ya, apa hari ini ada keluarga yang mau menjenguk mbak A? Kelihatan ya
mbak A tampak senang sekali.”
”Bagaimana mbak A, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/
Tadi pagi? Bagus, coba saya lihat tempat tidurnya sudah rapi atau belum
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi). Sesuai janji kita kemarin,
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu
mbak A?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“mbak A, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus
untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., mbak A bisa menggunakan
air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah
untuk membuang sisa-makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, mbak A ambil satu piring kotor,
lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian mbak A bersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai
disabun, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu mbak A bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba mbak A yang melakukan…”
“Bagus sekali, mbak A dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan mbak A setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan ke dalam jadwal
kegiatan sehari-hari ? mbak A mau berapa kali untuk mencuci piring? Bagus
sekali mbak A mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita
akan latihan mengepel”
”mbak A besok mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa
besok ya”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.
Orientasi :
“Selamat pagi ibu/bp!”perkenalkan nama saya.... yang merawat pasien mbak
A.Nama ibu/bp siapa ya?senang dipanggil siapa?“Bagaimana keadaan
Bapak/Ibu hari ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat mbak A?
Berapa lama untuk waktunya Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari kita duduk di
ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak A”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak A itu memang terlihat tidak percaya
diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada mbak A, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran pikiran yang selalu negatif terhadap
diri sendiri. Bila keadaan mbak A ini terus menerus seperti itu, mbak A bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya mbak A jadi malu bertemu
dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah mbak A dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk mbak A”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki mbak A? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
mbak A)”
” mbak A itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan mbak A untuk melakukan kegiatan tersebut
sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan
lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi
tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila mbak A sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan mbak A. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa mbak A
ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian
kepada mbak A”
”Temui mbak A dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali mbak A, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi mbak A dan
bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada mbak A”
“Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu.Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada mbak A.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui mbak A”
Kerja:
”Selamat pagi mbak A. Bagaimana perasaan mbak A hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua mbak A. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, orang tua mbak A juga ingin merawat mbak A agar mbak
A cepat pulih.” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan mbak A setelah berbincang-bincang dengan Orang tua
mbak A?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua mbak A ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada
mbak A. Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan
tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu. Sampai jumpa”
SP 3 Keluarga :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan jadwal
mbak A selama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan mbak A selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama
mbak A dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
mbak A selama di rumah. Misalnya kalau mbak A terus menerus menyalahkan diri
sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka
bawa segera ke Rs untuk pengobatan lanjut”
Selanjutnya perawat tersebut yang akan memantau perkembangan mbak A selama di
rumah
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian . Ini surat
rujukan untuk perawat...... di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum
obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA
Dalami e. suliswati, rochimah, suryati, KR danlestari W. (2009). Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan1. Jakarta : Tras
Info Media
FKUI dan WHO (2006). Modul Praktek Keperawatan Professional Jiwa (MPKP
Jiwa). Cetakan 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan WHO.