Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindroma Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan
penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi glomerulus. Secara
fungsional sindrom nefrotik diakibatkanoleh keabnormalan pada proses filtrasi dalam
glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai masalah yang membutuhkan perawatan
yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke, 2017).
Penyebab primer sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu Sindroma
Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom
nefrotik pada anak. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun penyakit
ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan
penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan
(Purnomo, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka kejadian Sindrom Nefrotik di
dapatkan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7 kasus per tahun pada
setiap 100.000 anak . Menurut (Groat, 2016) angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia
tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk. Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma
nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia 1 sampai 5 tahun (Riskesdas,
2018).
Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh, sering gagalnya
pengobatan dan timbulnya penyulit, baik akibat dari penyulitnya sendiri maupun oleh karena
pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis,
gagal ginjal akut, malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia. Infeksi
merupakan penyulit yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Bentuk
infeksi yang sering dijumpai pada sindrom nefrotik adalah peritonitis, infeksi saluran kemih,
dan sepsis (Kapoor, 2016)
Sindroma nefrotik ini memang tergolong jarang, namun penyakit ini perlu diwaspadai
terutama pada anak-anak, karena jika tidak segera diatasi akan mengganggu sistem urinaria

1
dan akan menggangu perkembangan lebih lanjut anak tersebut. Manifestasi dari penyakit ini
adanya edema, ganngguan keseimbangan nitrogen, gangguan metabolisme kalsium, yang
mengakibatkan pasien mengalami masalah cairan didalam tubuh. Kerusakan ginjal dapat
membuat seseorang tidak dapat mengontrol keseimbangan cairan di dalam tubuhnya sehingga
dapat mengakibatkan masalah- masalah yang serius apabila tidak ditangani secara serius
( Gocke, 2016).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
gangguan yang terjadi pada sistem Perkemihan yaitu penyakit Sindrom Nefrotik

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui anatomi dan fisiologi yang
mengakibatkan penyakit Sindrom Nefrotik
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit Sindrom Nefrotik
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
gangguan Sindrom Nefrotik
d. Mendapatkan nilai dari dosen pembimbing

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan fisiologi

1. Pengertian
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. sebagai
bagian dari sistem urin. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Manusia memiliki sepasang ginjal
yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang
melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.

3
2. Lapisan Ginjal
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna
ungu tua.
Lapisan ginjal terbagi atas :
a. Lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
b. Lapisan dalam (yaitu medulla / substantia medullaris)
c. Lapisan paling dalam (yaitu pelvis ginjal)
3. Fungsi Ginjal
a. Filtrasi (Menyaring)
Filtrasi yaitu proses penyaringan darah diglomerolus dan menghasilkan urine primer
b. Reabsorbsi (Penyerapan)
Reabsorbsi yaitu proses penyerapan kembali zat yang masih dibutuhkan tubuh. Terjadi
ditubulus kontortus proksimal. Hasil reabsorbsi disebut sebagai urin sekunder
c. Sekresi (Pengeluaran)
Sekresi yaitu pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan tubuh kedalam urine sekunder.

B. Konsep Dasar Sindrom Nefrotik


1. Pengertian

Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler glomerulus yang menyebabkan


peningkatan permeabilitas glomerulus. Nephrotic Syndroma merupakan kumpulan gejala
yang disebabkan oleh adanya injury glomerulus yang terjadi pada anak dengan
karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Suriadi & Rita Yuliant, 2017).

4
Sindrom Nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam
urin secara bermakna (proteinuria), penurunan albumin dalam darah. edema dan serum
cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi
yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).
Sindroma Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa
menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi
glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan pada
proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai masalah yang
membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke, 2017).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2016). Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Resistensi terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
(1)Malaria quartana atau parasit lainnya
(2)Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
(3)Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis
(4)Thrombosis vena renalis
(5)Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa
(6)Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik
Sindrom nefrotik adalah sindrom yang tidak diketahui penyebabnya atau juga
disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada

5
biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi elektron Chruk
dkk membaginya menjadi :
(1)Kelainan minimal
Pada mikroskop electron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan
cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat igG pada dinding kapiler
glomerulus
(2)Nefropati membranosa
Semua glomerulusmenunjukkan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa
poliferasi sel.
(3)Glomerulonefritis proliferatif
Terdapat poliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleas.
Pembengkakan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
(4)Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi
tubulus.

3. Patofiologi
Adanya peningkatan permeabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria massif
sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya, tekanan osmotic plasma menurun, karena
adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial. Volume plasma, curah jantung
dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar
albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein dihati, disertai peningkatan sintesa
lipid, lipoprotein dan trigliserida.
a. Meningkatnya permebialitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic
plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovalemia. Kondisi
hypovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi.

6
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi rennin –angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik
hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi kalium dan air.
Retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. Penurunan daya tahan tubuh juga
mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan
Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
c. Anak dengan syndroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan ankotik plasma. Selain itu, peningkatan
produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya protein dapat
mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine
atau lipiduria.
d. Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau keadaan
dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin yang berperan
penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin mengubah angiotensin
yang disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling
arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam
kondisi lain, ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit
akan mengakibatkan anak mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010)
e. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng. (Suradi dan Rita Yuliani,
2001 : 217).

4. Manifestasi klinis
Pada pederita sindrom nefrotik, edema merupakan gejala klinik yang menonjol.
Kadang-kadang mencapai 40% dari berat badan dan didapatkan edema anasarka. Pasien
sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama beberapa minggu mungkin terdapat
hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Terdapat proteinuria terutama albumin (85-
95%) sebanyak 10-15 gram per hari. Selama edema masih banyak biasanya produksi urin
berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen dapat normal atau berupa torak hialin,

7
granula, lipoid, terdapat pula sel darah putih. Pada fase nonnefritis, uji fungsi ginjal tetap
normal atau meninggi. Dengan perubahan progresif di glomerulus terdapat penurunan
fungsi ginjal pada fase nefrotik.
Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia. Kadar globulin normal atau meninggi
sehingga terdapat perbandingan albumin-globulin yang terbalik. Didapatkan pula
hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen meninggi sedangkan kadar ureum normal. Pada
keadaan lanjut biasanya terdapat glukosuria tanpa hiperglikemia (Ngastiyah, 1997 : 306).
Mansjoer (1999 : 526) menyatakan bahwa gejala utama yang ditemukan pada
penderita nefrotik sindrom adalah
a. Proteinuria > 3,5 gr/ hari
b. Hipoalbuminemia < 30 gr/l
c. Edema anasarka
d. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
e. Hiperkoagulabilitas yang akan meningkatkan risiko thrombosis vena dan arteri
f. Hematuria, hipertensi
g. Pada kasus berat dapat ditemukan gagal ginjal
Menurut Betz, Ceciily L. (2002) terdapat tambahan tanda dan gejala seperti :
a. Penurunan jumlah urin, urin gelap, berbusa
b. Wajah pucat
c. Anoreksi dan diare di sebabkan karena edema mukosa usus
d. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi
e. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)

5. Komplikasi
a. Infeksi
Kerentanan terhadap infeksi meningkat karena rendahnya kadar immunoglobulin,
defisiensi protein, defek opsonisasi bakteri, hipofungsi limpa dan terapi imunosupresan.
Kadar ig G menurun tajam sampai 18 % . Kadar igM meningkat yang diduga karena
adanya defek pada konversi yang diperantai sel T pada sintesis igM menjadi igG. Defek
opsonisasi kuman disebabkan karena menurunnya faktor B (C3 proactivator) yang

8
merupakan bagian dari jalur komplemen alternative yang penting dalam opsonisasi
terhadap kuman berkapsul seperti pneumococcus dan Escherichia coli. Penurunan kadar
faktor B (BM 80.000 daltons) terjadi karena terbuang melalui urin. Anak-anak dengan
sindrom nefrotik beresiko menderita peritonitis dengan angka kejadian 5 %. Kuman
penyebabnya terutama Streptococcus pneumonia dan kuman gram negatif. Infeksi kulit
juga sering dikeluhkan. Tidak dianjurkan pemberian antimikroba profilaksis.
b. Shock
Terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (<1 gram/100 ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
c. Gangguan Pertumbuhan dan Nutrisi
Sejak lama diketahui bahwa anak-anak denga sindrom nefrotik mengalami
gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan pada anak dengan sindrom nefrotik
adalah disebabkan karena malnutrisi protein kalori sebagai akibat nafsu makan yang
berkurang, terbuangnya protein dalam urin, malabsorbsi akibat sembab mukosa saluran
cerna serta terutama akibat terapi steroid. Terapi steroid dosis tinggi dalam waktu lama
menghambat maturasi tulang, terhentinya pertumbuhan tulang linear dan menghambat
absorbs kalsium dan intestinum, terutama bila dosis lebih besar dari 5 mg/m/hari.
Kortikosteroid mempunyai efek antagonis terhadap hormone pertumbuhan endogen dan
eksogen dalam jaringan perifer melaui efek somatomedin. Cara pencegahan terbaik
adalah dengan menghindari pemberian steroid dosis tinggi dalam waktu lama serta
mencukupi intake kalori dan protein.
d. Gangguan Tubulus Renal
Hiponatremia terutama disebabkan oleh retensi air dan bukan karena deficit
natrium karena meningkatnya reabsorbsi natrium di tubulus proksimal dan
berkurangnya hantaran Na dan H2O ke pars asenden Ansa Henle. Pada anak dengan
sindrom nefrotik terjadi penurunan volume vaskuler dan peningkatan sekresi rennin dan
aldosteron sehingga sekresi hormone antidiuretik meningkat. Angiotensin II meningkat
akan menimbulkan rasa haus sehingga anak akan banyak minum meskipun dalam
keadaan hipoosmolar dan adanya defek akskresi air bebas. Ganggauan pengasaman urin
ditandai oleh ketidakmampuan menurunkan pH urine setelah pemberian beban asam.
Diduga defek distal ini disebabkan oleh menurunnya hantaran natrium kea rah

9
asidifikasi distal. Keadaan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian furosemide yang
meningkatkan hantaran ke tubulus distal dan menimbulkan lingkaran intraluminal yang
negatif yang diperlukan agar sekresi ion hydrogen menjadi maksimal. Disfungsi tubulus
proksimal ditandai dengan adanya bikarbonaturia dan glukosuria. Disfungsi tubulus
proksimal agak jarang ditemukan.
e. Gagal Ginjal Akut
Dapat terjadi pada sindrom nefrotik kelainan minimal atau glomerulosklerosis
fokal segmental dengan gejala-gejala oliguria yang resisten terhadap diuretic. Dapat
sembuh spontan atau dialyisis. Penyebabnya bukan karena hipovalemia, iskemi renal
ataupun akibat perubahan membrane basal glomerulus, tetapi adalah karena sembab
interstitial renal sehingga terjadi peningkatan tekanan tubulus proksimal yang
mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Adanya gagal ginjal akut pada
sindrom nefrotik harus dicari penyebabnya. Apakah bukan karena nefritis interstitial
karena diuretic, nefrotoksik bahan kontras radiologi, nefrotoksik antibiotic atau nefritis
interstitial alergi karena antibiotic atau bahan lain.

6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Uji urine
(1) Protein Urin : meningkat
(2)Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari), bentuk hialin dan
granular, hematuria
(3)Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
(4)Berat jenis urine : meningkat
b. Uji darah
(1)Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
(2)Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
(3)Kadar trigliserid serum : meningkat
(4)Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
(5)Hitung trombosit : meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)
(6)Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan

10
c. Uji diagnostic
(1) Biopsi ginjal merupakan uji diagnostic yang tidak dilakukan secara rutin

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
(1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
(2)Pengukuran tekanan darah
(3)Bedrest total selama 3-4 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal melakukan
proses penyembuhan.
(4)Pada fase glomerulanephritis akut, pasien diberikandiet rendah protein (1
g/kgbb/hari). Metabolisme protein akan menghasilkan ureum maka pada pasien
dengan masalah glomerulus akan semakin memperberat peningkatan BUN dan
creatinine serum. Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan
makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
(5)Kolaborasikan dengan keluarga mengenai pengobatan yang sedang dijalani pasien.
Beri pengertian serta penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien, meminta
kerjasama keluarga demi mencapai kesehatan pasien seutuhnya.
b. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2016), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik mencakup :
(1)Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi remisi.
Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi
dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
(2)Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
(3)Pengurangan edema
a) Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakaan secara cermat untuk mencegah
terjadinya penurunan volume intra vaskular, pembentukan trombus, dan atau
ketidakseimbangan elektrolit)
b) Pembatasan natrium (mengurangi edema)
(4)Mempertahankan keseimbangan elektrolit
(5)Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
edema dan terapi invasif)

11
(6)Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain)
(7)Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin), untuk anak
yang gagal berespons terhadap steroid.

8. Pencegahan Sindrom Nefrotik


Pada umumnya perawatan dan pencegahan pada nefrotik sindrom adalah untuk
mengurangi gejala dan mencegah pemburukan fungsi ginjal yaitu sebagai berikut :
a. Pengaturan minum
Hal ini dilakukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengobatan cairan dan
elektrolit yaitu pemberian cairan intravena sampai dieresis cukup maksimal
b. Pengendalian hipertensi
Tekanan darah harus dikendalikan dengan obat-obatan golongan tertentu,
tekanan darah diturunkan tanpa diturunkan fungsi ginjal, misalnya dengan
betabloker, methyldopa, vasodilator juga mengatur pemasukan gram.
c. Pengendalian darah
Peningkatan kalium darah dapat mengakibatkan kematian mendadak, ini dapat
dihindari dengan hati-hati dalam pemberian obat-obatan dan diit buah-buahan,
hiperkalemia dapat diagnosis dengan pemeriksaan EEG dan EKG, bila
hiperkalemiasudah terjadi maka dilakukan pengurangan intake kalium, pemberian
natrium bicarbonate secara intravena, pemberian cairan parental (glukosa) dan
pemberian insulin.
d. Penanggulangan anemia
Anemia merupakan keadaan yang sulit ditanggulagi pada gagal ginjal kronis,
usaha pertama dengan mengatasi faktor defisiensi untuk anemia normakrom
trikositik dapat diberikan suplemen zat besi oral, transfuse darah hanya diberikan
pada keadaan mendesak misalnya insufisiensi karena anemia dan payah jantung
e. Penanggulangan asidosis
Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari nefrotik sindrom.
Sebelum Memberikan pengobatan khusus, faktor lain yang harus diatasi dulu
misalnya rehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Pengobatan natrium bikorbonat dapat diberikan melalui peroral dan

12
parenteral, pada permulaan diberi 100 mg natrium bicarbonate, diberikan melalui
intravena secara perlahan-lahan. Tetapi lain dengan dilakukan dengan cara
hemodialisis dan dialysis peritoneal.
f. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sedemikian rupa lebih mudah mengalami infeksi, hal ini dapat
memperburuk faal ginjal. Obat-obatan antimikroba diberikan bila ada bakteriuria
dengan memperhatikan efek nefrotoksik, tindakan katetrisasi harus sedapat
mungkin dihindari karena dapat mempermudah terjadinya infeksi.
g. Pengaturan diit makanan
Gejala ureum dapat hilang bila protein dapat dibatasi dengan syarat kebutuhan
energy dapat terpenuhi dengan baik, protein yang diberikan sebaiknya mengandung
asam amino yang esensial, diet yang hanya mengandung 20 gram protein yang
dapat menurunkan nitrogen darah, kalori diberikan sekitar 30 kal/kgBB dapat
dikurangi apabila didapati obesitas

9. Patway

Reaksi antigen-antibodi

Penurunan fungsi ginjal

Kerusakan glomerular asam

Kebocoran plasma Permeabilitas glomerular


meningkat
Masuk ke interstisial

Proteinuria
Edema

13
Kelemahan karena Hipoalbuminemia igG menurun
edema yang berat
Sel imun tertekan
Tekanan onkotik
plasma menurun
MK :
Menurunnya
Intolerans
respon imun
Cairan intravaskuler
berpindah kedalam
intelstisial MK :
Resiko
Hypovolemia infeksi

Kompensasi ginjal aktif


merangsang renin angiotensin

Peningkatan sekresi
ADH & aldesteran

Retensi air +natrium

Edema Kerusakan jaringan


epidermis dan dermis

Kelebihan
Terjadi kemerahan
volume cairan

Turgor kulit jelek

MK : Kerusakan integritas
kulit

14
C. Konsep Asuhan Keperawatan Sindroma Nefrotik
1. Pengkajian
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, penanggung jawab,
diagnoda medis
b) Keluhan utama
Keluhan yang selalu dialamai yaitu kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik,
perut membesar (adanya acites)
c) Riwayat kesehatan
(1)Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh anak
seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak biasanya
juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang
rendah
(2)Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya
peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik
seperti adakah saudarasaudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat
tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah mengalami diare atau
sesak napas sebelumnya, serta adanya penurunan volume haluaran urine.
(3)Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah menderita
penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis, konsumsi obat-obatan
maupun jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol
selama hamil.
d) Pemeriksaan fisik
(1)Keadaan umum : Biasanya pasien tampak lemah
Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien composmentis
Berat badan : Biasanya berat badan pasien mengalami penurunan
Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien meningkat atau menurun
Nadi : Biasanya frekuensi nadi meningkat

15
Suhu : Biasanya suhu tubuh pasien meningkat
Pernafasan : Biasanya frekuensi pernapasan meningkat
(2)Head to toe
a. Kepala
Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan, tidak adanya
nyeri tekan
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau konjunctiva
terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak
dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak teratur
sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
d. Mulut dan Gigi
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi
oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada anak
dengan hipovolemik .
e. Telinga
Biasanya tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
f. Leher
Biasanya adanya pembesaran kelenjar getah bening, biasanya terdapat pembesran
kelenjar tiroid
g. Dada/Thoraks
Inspeksi : Biasanya tidak ditemukan kelainan
Palpasih : Biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila anak
mengalami dispnea
Perkusi : Biasanya ditemukan sonor
Auskultasi : Biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun, frekuensi
napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.

16
h. Abdomen
Inspeksi : Biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak asites
Auskultasi : Pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
Palpasih : Biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar perut
anak akan terjadi abnormalitas ukuran
Perkusi : Biasanya tidak ada kelainan
i. Intergumen
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak pucat
serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema dan
berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
j. Ekstermitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka atau
hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik
akibat dehidrasi.
k. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada anak
perempuan akan mengalami edema pada labia mayora.
e) Pola fungsi kesehatan
(1)Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik akan mengalami perubahan atau gangguan
pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK
dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut
dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat
(2)Pola nutrisi dan metabolic
Pasien dengan sindrom nefrotik biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual,
muntah dan anoreksia
(3)Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik mengalami diare dan oliguria
(4)Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik tidak dapat melakukan aktivitas sendiri
karena pasien mudah lelah dan selalu dibantu oleh anggota keluarga

17
(5)Pola istirahar dan tidur
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik tidurnya kurang teratur dan biasanya
pasien susah tidur
(6)Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa cemas dan maladaptif
(7)Pola sensori dan kongnitif
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik mengalami kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal
(8)Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan sindrom nefrotik biasanya selalu merasa putus asa dan rendah
diri
(9)Pola reproduksi dan seksual
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik tidak mengalami gangguan pada alat
reproduksinya
(10) Pola penaggulangan stress
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik akan mengalami cemas, putus asa dan
rendah diri karena penyakit yang dideritanya.
(11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pasien dengan sindrom nefrotik jarang berdoa atau ke tempat-tempat
ibadah karena masalah kesehatannya yang menggangu atau pasien dalam keadaan
yang sangat lemah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ke tiga
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun

18
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Kelebihan volume Setelah dilakukan a. Kaji masukan a. Perlu untuk
cairan tindakan yang relative menentukan
berhubungan keperawatan terhadap keluaran fungsi ginjal,
dengan akumulasi diharapkan Pasien secara akurat. kebutuhan
cairan dalam tidak menunjukkan b. Timbang berat penggantian
jaringan dan ruang bukti- akumulasi badan setiap hari cairan dan
ke tiga cairan Berat badan c. Kaji perubahan penurunan
ideal dengan kriteria edema : ukiur resiko
hasil : lingkar abdomen kelebihan
a. Tanda-tanda vital pada umbilicus cairan
dalam batas serta pantau b. Mengkaji
normal edema sekitar retensi cairan
b. Asites dan edema mata. c. Untuk
berkurang d. Atur masukan mengkaji
c. Berat jenis urine cairan dengan asites dan
dalam batas cermat merupakan
normal e. Pantau infuse sisi umum
intravena edema
f. Berikan d. Agar tidak
kortikosteroid mendapatkan
sesuai ketentuan. lebih dari
g. Berikan deuretik jumlah yang
bila diresepkan dibutuhkan
e. Untuk
mempertahank
an masukan
yang

19
diresepkan
f. Untuk
menurunkan
ekskresi
proteinuria
g. Untuk
menghilangka
n
penghilangan
sementara dari
edema
2 Kerusakan Setelah dilakukan a. Berikan a. Memberikan
integritas kulit tindakan perawatan kulit kenyamanan
berhubungan keperawatan b. Hindari pakaian pada anak dan
dengan edema diharapakan kulit ketat mencegah
anak tidak c. Bersihkan dan kerusakan
menunjukan bedaki area kulit kulit
adanya kerusakan beberapa kali b. Dapat
integritas : sehari mengakibatka
kemerahan atau d. Topang area n area yang
iritasi dengan edema seperti menonjol
kriteria hasil : skrotum, labia tertekan
a. Tidak ada luka e. Ubah posisi c. Untuk
atau lesi pada dengan sering mencegah
kulit f. Gunakan terjadinya
b. Perfusi jaringan penghilang iritasi pada
baik tekanan atau kulit karena
c. Mampu matras atau gesekan
melindungi kulit tempat tidur dengan alat
dan penurun tekanan tenun
mempertahankan sesuai kebutuhan d. Untuk

20
kelembapan kulit menghilangka
dengan n area tekanan
perawatan alami e. Untuk
mencegah
terjadinya
dekubitus
f. Untuk
mencegah
terjadinya
decubitus.
3 Intoleransi Setelah dilakukan a. Pertahankan tirah a. Tirah baring
aktivitas tindakan baring awal bila yang sesuai
berhubungan keperawatan terjadi edema gaya gravitasi
dengan diharapakan anak hebat dapat
kelemahan dapat melakukan b. Seimbangkan menurunkan
aktifitas sesuai istirahat dan edema
dengan aktivitas bila b. Ambulasi
kemampuan dan ambulasi menyebabkan
mendapatkan c. Rencanakan dan kelelehan
istirahat dan tidur berikan aktivitas c. Aktivitas yang
yang adekuat tenang tenang
kriteria hasil : d. Instruksiksn mengurangi
a. Klien mampu istirahat bila anak penggunaan
melakukan mulai merasa energi yang
aktivitas dan lelah dapat
latihan secara e. Berikan periode menyebabkan
mandiri istirahat tanpa kelelahan
gangguan d. Mengadekuatk
an fase
istirahat anak
e. Anak dapat

21
menikmati
masa
istirahatnya
4 Resiko tinggi Setelah dilakukan a. Lindungi anak a. Untuk
infeksi tindakan dari kontak meminimalkan
berhubungan keperawatan individu pajanan pada
dengan diharapkan tidak terinfeksi organisme
pertahanan tubuh menunjukan b. Gunakan teknik yang terinfeksi
yang menurun adanya bukti mencuci tangan b. Untuk
infeksi dengan yang baik memutus mata
kriteria hasil : c. Jaga agar anak rantai
tetap hangat dan penyebaran
kering infeksi
d. Pantau suhu c. Karena
e. Ajari orang tua kerentanan
tentang tanda dan terhadap
gejala infeksi infeksi
pernafasan
d. Indikasi awal
adanya tanda
infeksi
e. Memberi
pengetahuan
dasar tentang
tanda dan
gejala infeksi

22
4. Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan spesifik. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah tindakan masih sesuai
dengan kondisis saat ini. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien mendapat tujuan yang diharapkan.
Karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah teraksir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dan
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil. Evaluasi dilaksanakan dengan SOAP :
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objekstif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Analisa ulang antara data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apa
masih muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang
ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler glomerulus yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus. Nephrotic Syndroma merupakan kumpulan gejala
yang disebabkan oleh adanya injury glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik:
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita
Yuliant, 2017).
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi
menjadi : sindrom nefrotik bawaan, sindrom nefrotik sekunder dan sindrom nefrotik idiopatik
Mansjoer (1999 : 526) menyatakan bahwa gejala utama yang ditemukan pada penderita
nefrotik sindrom adalah proteinuria > 3,5 gr/ hari, hipoalbuminemia < 30 gr/l, edema
anasarka, hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, hiperkoagulabilitas yang akan meningkatkan
risiko thrombosis vena dan arteri, hematuria, hipertensi dan pada kasus berat dapat ditemukan
gagal ginjal
Pengobatan untuk sindrom nefrotik adalah pemberian kortikosteroid (prednison atau
prednisolon), penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena), pengurangan
edema, pembatasan natrium (mengurangi edema), mempertahankan keseimbangan elektrolit,
pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan edema dan
terapi invasif), pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain) dan terapi
imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin), untuk anak yang gagal
berespons terhadap steroid

B. Saran
1. Bagi penderita
Bagi penderita diharapkan mampu mengerti cara penanganan non farmakologi untuk
mengatasi gangguan kelebihan volume cairan.

24
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bagi pelayanan kesehatan mampu bekerjasama dengan masyarakat dalam
memberikan penyuluhan kesehatan penderita Sindrom nefrotik yang mengalami masalah
nyeri.
3. Bagi instansi pendidikan
Bagi instansi pendidikan diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
melakukan teknik Management Kelebihan Cairan untuk menurunkan penyakit pada pasien
Sindrom Nefrotik secara periodic agar memperoleh hasil yang maksimal.
4. Bagi penulis
Bagi penulis diharapkan dapat sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, 2016. Metodologi Penelitian Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.


Bets & Sowden 2017.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Gocke, 2016. Dasar- dasar Urologi. Jakarta : Salemba Medika.
Groat, 2016. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : EGC.
Hammersley & Alkinson, 2016.Konsep Metodologi Keperawatan. Jakarta : EGC
Purnomo, 2016. Dasar - dasar Sistem Perkemihan Edisi 3. Bandung : Refika Aditama.
Suriadi & Rita Yuliant, 2017.Dasar- dasar Sistem Perkemihan.Yogyakarta : Nuha Medika.
Wong, 2016. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai