OLEH
KELOMPOK : 9
No NAMA NIM
1. Agnes Yuliana Asri Dewi 225202000422
2. Elisabeth M. P. Apriliana 225202000436
3. Maria Noviyanti Nona Vindi 225202000471
4. Oktavianus Sintus 225202000489
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat di dalam darah. Sel daraha putih adalah sel
yang membentuk komponen darah. Sel darah putih atau lekosit ini umumnya berperan
dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusuan benda asing yang selalu dipandang
mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup
individu.
Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, antara 5. 10 -10/mL.
Keragaman jumlah yang sampai 100 % dapat dimaklumi bila diingat bahwa selalu ada
saja kontak dengan benda asing diseberang bagian tubuh. Karena itu, jumlah leukosit
tersebut berubah-ubah dari saat ke saat, sesuai dengan jumlah benda asing yang biasa
dihadapi dari saat ke saat, dalam batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa
menimbulkan gangguan fungsi. Bila jumlah keseluruhan leukosit diatas 10 /mL, hal ini
sudah merupakan petunjuk bahwa terjadi konflik dengan benda asing dalam jumlah yang
lebih besar dari biasa atau yang lebih resistan dari yang biasa. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4 x 10 - 11 x 10 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sesat sekitar 7000 -25000 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000
– 10000 (rata-rata 8000 ) sel darah putih.
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam
bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan
berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000
/mm (Darlan 1994).
Leukopenia merupakan keadaan dengan jumlah sel darah putih (leuksit) kurang dari
normal, yaitu kurang dari 3500 /mm atau kurang dari 4000/mm. leukopenia berat atau
severe leucopenia adalah suatau keadaan dengan jumlah leukoit kurang dari 200/mm atau
ada juga mengatakan kurang dari 1000 /mm.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak
leukopenia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tinjaun teori leukopenia
b. Untuk mengetahu pengkajian pada anak dengan leukopenia
c. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada anak dengan leukopenia
d. Untuk mengetahui interfensi keperawatan pada anak leukopenia
e. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada anak dengan
leukopenia
f. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan leukopenia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi Darah
Darah merupakan komponen yang unik; darah merupakan satu-satunya jaringan cairan dalam
tubuh manusia.
1. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam darah
dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi oleh sel,
diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang
dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme
dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.
3. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di satu
bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.
4. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi tubuh
dari patogen (zat asing).
5. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim.
6. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan tubuh,
dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori pori.
1. Anatomi Darah
Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah hidup, yang
terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah.
Darah adalah cairan yang lengket dan buram dengan rasa logam yang khas.
Warna. Tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya oksigen berwarna
merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen berwarna merah pudar.
Berat. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau lebih kental
daripada air.
pH. Darah sedikit basa, dengan pH antara 7,35 - 7,45.
Suhu. Suhu darah (38 derajat Celcius) atau 100,4 derajat Fahrenheit) selalu lebih tinggi
dari suhu tubuh.
Plasma Darah
Plasma, yang terdiri dari 90% air, adalah bagian cair dari darah.
Zat Terlarut. Contoh zat terlarut meliputi nutrisi, garam (elektrolit), gas pernafasan,
hormon, protein plasma dan berbagai zat sisa dan produk metabolisme sel.
Proteinnya plasma. Protein plasma adalah zat terlarut terbanyak dalam plasma; kecuali
untuk antibodi dan hormon berbasis protein, sebagai besar protein plasma dibuat oleh
hati.
Komposisi. Komposisi plasma bervariasi secara terus menerus ketika sel mengeluarkan
atau menambahkan zat ke dalam darah; dengan asumsi diet sehat, komposisi plasma
dijaga relatif konstan oleh berbagai mekanisme homeostatis tubuh.
Elemen Pembentuk Darah
Darah, jika diamati melalui mikroskop cahaya, sel darah merah akan terlihat bebentuk
cakram, sel darah putih berbentuk bulat bernoda mencolok dengan beberapa trombosit yang
tersebar terlihat seperti puing-puing.
Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen dalam darah ke
semua sel tubuh.
Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel darah merah
mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak memiliki nukleus dan
mengandung sangat sedikit organel.
Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi, mengangkut
sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.
Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang berbentuk
seprti cakram bikonkaf - rata dengan pusat tertekan di kedua sisi; terlihat seperti
donat mini jika dilihat dengan mikroskop.
Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per milimeter kubik
darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah
WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan faktor utama
yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12 18 gram hemoglobin
per 100 milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada pria (13-18
g/dl) dibandingkan wanita (12-16 g/dl).
Leukosit
Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit daripada sel darah merah,
namun leukosit sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Jumlah WBC. Rata-rata, terdapat 4000 11000 WBC per milimeter kubik darah, dan
jumlahnya kurang dari 1% dari total volume darah.
Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang dapat bergerak
untuk membantu mempertahankan tubuh terhadap kerusakan oleh bakteri, virus,
parasit dan sel tumor.
Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar dari pembuluh
darah; proses ini dinamakan diapedesis.
Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan area kerusakan
jaringan dan infeksi dalam tubuh dengan menanggapi bahan kimia tertentu yang
berdifusi dari sel yang rusak; kemampuan ini disebut kemotaksis positif.
Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih "menangkap aroma" adanya ancaman
pertahan tubuh, sel darah putih bergerak melalui ruang jaringan dengan gerakan
ameboid (membentuk ekstensi sitoplasma yang mengalir melalui ruang dalam
jaringan) menuju tempat kejadian perkara serangan dalam tubuh.
Leukositosis. Jumlah WBC total diatas 11000 sel per milimeter kubik disebut sebagai
leukositosis.
Leukopenia. Kondisi sebaliknya, leukopenia adalah jumlah WBC yang kurang dari
4000 sel per milimeter kubik darah.
Granulosit. Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung granula; memiliki
lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area nuklei bulat yang dihubungkan oleh
untaian tipis bahan nuklei, termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan basofil.
Agranulosit. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit; tidak memiliki
butiran sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau berbentuk ginjal, termasuk di
dalamnya limfosit dan monosit.
Trombosit. Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat aneh yang disebut
megakaryocytes, yang menjepit ribuan "potongan-potongan" platelet berinti yang
dengan cepat menutup diri dari cairan disekitarnya; trombosit diperlukan untuk proses
pembekuan yang terjadi di dalam plasma ketika pembuluh darah robek atau pecah.
Hematopoiesis
Pembentukan sel darah, atau hematopoiesis, terjadi dalam sumsum tulang merah atau
jaringan myeloid.
Hemocystoblast. Semua elemen yang terbentuk munccul dari jenis sel punca yang
umum, yang disebut hematocystoblast.
Keturunan hemocystoblast. Hemocystoblast membentuk dua jenis keturunan - sel
induk limfoid, yang menghasilkan limfosit,dan sel induk myeloid, yang dapat
menghasilkan myeloid.
Karena sel darah merah berinti, maka RBC tidak dapat mensintesis protein, tumbuh atau
membelah
Masa hidup. Seiring bertambahnya usia, sel darah merah menjadi lebih kaku dan
mulai terfragmentasi, atau hancur, dalam 100 hingga 120 hari.
Sel darah merah yang hilang. Sel-sel yang hilang (hancur) diganti lebih atau
kurang secara terus menerus oleh pembelahan hemocystoblast di sumsum tulang
merah.
RBC yang belum matang. Sel darah merah yang berkembang
membelah berkali-kali dan kemudian mulai mensintesis sejumlah besar hemoglobin.
Retikulosit. Setelah hemoglobin telah cukup terakumulasi, inti dan sebagian besar
organel dikeluarkan dan sel runtuh ke dalam; hasilnya adalah sel darah merah muda,
disebut retikulosit karena masih mengandung beberapa retikulum endoplasma kasar
(ER).
Eritrosit dewasa. Dalam 2 hari, retikulosit akan menjadi eritrosit yang secara
keseluruhan dalam proses perkembangan dari hemocystoblast hingga sel darah merah
dewasa membutuhkan 3 sampai 5 hari. Eritropoietin. Tingkat produksi eritrosit
dikendalikan oleh hormon yang disebut eritropoietin; biasanya sejumlah kecil
eritropoietin bersirkulasi dalam darah setiap saat.
Kontrol produksi sel darah merah. Poin penting untuk diingat adalah bahwa bukan
jumlah relatif sel darah merah dalam darah yang mengontrol produksi sel darah
merah, melainkan berdasarkan pada kemampuan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Seperti pembentukan eritrosit, pembentukan leukosit dan trombosit distimulasi oleh hormon.
2. Fisiologi Darah
Hemostasis
Proses hemostasis dimulai ketika pembuluh darah rusak dan jaringan ikat di dinding pembuluh
darah terpapar oleh darah.
1. Kejang pembuluh darah. Respons langsung terhadap cedera pembuluh darah adalah
vasokonstriksi pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kejang;
kejang mempersempit pembuluh darah mengurangi kehilangan darah sampai pembekuan
bisa terjadi.
2. Sumbat trombosit. cedera para lapisan pembuluh darah menyebabkan timbulnya kolase
serat; trombosit melekat pada area yang rusak dan membentuk sumbatan trombosit.
3. Peristiwa koagulasi. Saat terbentuk kolase serat trombosit, pada saat yang sama,jaringan
yang terluka melepaskan tissue factor (TF); suatu zat yang memainkan peran penting
dalam pembekuan darah. PF3 dan fosfolipid yang melapisi permukaan trombosit
berinteraksi dengan TF, vitamin K dan faktor pembekuan darah lainnya. Aktivator
protombin mengubah protrombin yang ada dalam plasma menjadi trombin (enzim) yang
kemudian bergabung dengan protein fibrinogen membentuk saringan yang dapat
memerangkap sel darah merah dan membentuk dasar gumpalan. Dalam satu jam,
gumpalan mulai menarik diri kembali, memeras serum dari massa dan menarik tepi
pembuluh darah yang pecah lebih dekat satu sama lain.
Meskipun transfusi darah lengkap dapat menyelamatkan nyawa, namun setiap orang memiliki
golongan darah yang berbeda-beda, dan transfusi darah yang tidak sesuai atau tidak cocok dapat
berakibat fatal.
1. Antigen. Antigen adalah zat yang diakui tubuh sebagai benda asing; antigen benda asing;
antigen merangsang sistem kekebalan untuk melepaskan antibodi atau menggunakan cara
lain untuk meningkatkan pertahanan terhadapnya.
2. Antibodi. Protein RBC satu orang akan dianggap sebagai asing jika ditransfusikan ke
orang lain dengan antigen RBC yang berbeda; "pengenal" adalah antibodi yang terdapat
dalam plasma yang melekat pada sel darah merah yang mengandung antigen permukaan
yang berbeda dari sel pada sel darah merah pasien (penerima darah).
3. Aglutinasi. Mengikat antibodi menyebabkan sel darah merah asing menggumpal, sebuah
fenomena yang disebut aglutinasi, yang mengarah pada penyumbatan pembuluh darah
kecil diseluruh tubuh.
4. Golongan darah ABO. Golongan darah ABO didasarkan pada mana dari dua antigen,
tipe A atau tipe B, yang diwarisi seseorang; tidak adanya kedua antigen menghasilkan
darah tipe O, kehadiran kedua antigen mengarah ke tipe AB, dan adanya antigen A atau
B menghasilkan darah tipe A atau B.
5. Golongan darah rh. Golongan darah Rh dinamakan demikian karena salah satu dari
delapan antigen Rh (aglutinogen D) awalnya diidentifikasi pada monyet Rhesus;
kemudian antigen yang sama ditemukan pada manusia; kebanyakan orang Amerika
adalah Rh + (Rh positif), yang berarti bahwa sel darah merah mereka membawa antigen
Rh.
6. Antibodi anti-Rh. Berbeda dengan antibodi sistem ABO, antibodi anti-Rh tidak secara
otomatis terbentuk dan terdapat dalam darah individu Rh- (Rh negatif).
7. Hemolisis. Hemolisis (ruptur sel darah merah) tidak terjadi dengan transfusi pertama
karena dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk bereaksi dan mulai membuat antibodi.
Pentingnya menentukan golongan darah dari donor dan penerima sebelum darah
ditransfusikan adalah suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
1. Golongan darah golongan darah ABO. Ketika serum yang mengandung antibodi
anti-A atau anti-B ditambahkan ke sampel darah yang diencerkan dengan saline,
aglutinasi akan terjadi antara antibodi dan antigen yang sesuai.
2. Pencocokan silang. Pencocokan silang melibatkan pengujian untuk aglutinasi sel
darah donor dengan serum penerima dan sel darah merah penerima oleh serum donor.
3. Golongan darah untuk faktor Rh. Menentukan untuk faktor Rh dilakukan dengan
cara yang sama seperti penentuan darah ABO.
2. Etiologi
Menurut Elizabeth J. Corwin dalam bukunya yang berjudul Buku Saku patofisiologi
Corwin, leukopenia dapat disebabkan berbagai kondisi, termasuk stress
berkepanjangan, infeksi virus, penyakit atau kerusakan sum-sum tulang atau
kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah isalnya lupus eritematosus, penyakit tiroid,
dan sindrom cushing juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih.
Leukopenia ini dapat menyebabkan individu rentan terhadap infeksi.
Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu :
a. Penyebab tersering adalah keracunan obat: fenotiazin merupakan yang
tersering begitu juga dengan Clozapine, suatu neuroleptikal atipikal.
b. Neutropenia penyebabnya : Infeksi virus, campak, demam thypoid toksin,
rickettsia dari tifus, factor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides,
barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B2, asam folat, anafilaksis
shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
c. Eosinopenia, penyebabnya : Meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing,
kortikosteroid, penyakit menular, corticotropin dan kortison.
d. Limfopenia, penyebabnya : Faktor keturunan dan immunodeficiency, stress,
radiasi penyakit, tuberkolosis
e. Monocytopenia, penyebabnya : Batang myeloid tertekan ditembak dari
sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi).
3. Patofisiologi
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Radiasi sinar
X dan sinar Y (gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang
berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsung tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan
leukosit yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan
mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia
(produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun).
Selain itu, jika seorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS,
maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi
perifer.
Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan
jumlah, yang disebut dengan limfopenia. Oleh karena penyebab-penyebab yang
berujung pada menurunnya jumlah kemponen-komponen leukosit (neutropenia,
eusinopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.
4. Patway
Leukosit menurun
leukopenia
Intoleransi aktivitas
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap
evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah
merah (RBC) dan morfologi trombosit.
2) Pemeriksaan smear sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik
sitometri arus.
3) Pemeriksaan microbiologic culture darah, luka dan cairan tubuh dapat
dilihat pada pasien demam.
4) Pengujian antibody antineutropil harus dilakukan pada pasien dengan
riwayat autoimun sugestif dan neutropenia dan pada mereka yang tidak
jelas penyebab leukopenia.
b. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai
berikut :
1) Transfusi darah
2) Kortikosteroid
3) Sitostatika
4) Prednisone
5) Imunoterapi
8. Pneumonia
Adalah radang paru-paru, biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab umum
pneumonia adalah bakteri, virus, dan jamur. Pneumonia juga dapat disebabkan oleh
menghirup cairan atau bahan kimia. Pneumonia aspirasi (inhalasi) adalah
pembengkakan dan iritasi paru-paru yang disebabkan oleh asap.
9. Pengobatan
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g%. pada trombositopenia
yang berat dan pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila
terdaat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitotastika yang lama pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin,
arabinosid.
d. Prednisone
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatis, leukopenia, infeksi sekunder atau kadidiagis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm.
e. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat
daya taan tubuh.
10. Pencegahan
Pencegahan terhadap leukopenia tergantung dari penyebab terjadinya leukopenia.
Jika klien mengkonsumsi obat-obatan yang berlebih, maka setiap obat yang dicurigai
harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah, klien harus dilindungi dari setiap
sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misalnya, hidung atau mulut) dan darah
sangat penting, dan jika terjadi demam harus ditangani dengan antibiotik spektrum
luas sampai organisme dapat ditentukan. Higiena mulut juga harus dijaga. Irigasi
tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih dari
eksudat nekrotik. Kenyamanan dapat ditingkatkan dengan pemberian kerah es dan
analgetik, antipiretik, dan sedative bila perlu. Tujuan penanganan selain pemusnahan
infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum
tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam
2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
C. Konsep Dasar Askep pada pasien Leukopenia
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Meliputi ( Nama, umur, Tempat Tanggal Lahir, Alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, TMR, nama yang bertanggung jawab).
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan leukopenia biasanya mengeluh nyeri pada tubuhnya, keletihan,
demam, dan tidak nafsu makan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan leukopenia mengalami penurunan system pertahanan tubuhnya
sehingga pasien sangat rentang terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat terinfeksi.
Pasien dengan leukopenia juga mengalami sesak napas dan dapat terjadi perdarahan
pada mulut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya adanya suatu infeksi virus, radiasi sinar X dan Y berlebihan, serta
penggunaan obat-obatan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya leukopenia.
Riwayat imunisasi : imunisas yang biasa diberikan yaitu BCG, DpT, Heatitis, dan
polio.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan leukopenia biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu ernah
menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, dan infeksi virus. Akibat dari penyakit yang
di derita ibu ini,maka tubuh anak dapat menjadilebih rentan terhadap terjadinya
leukopenia. Leukopenia bukan merupakan penyakit keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Lemah
TTV :
TD : Terjadi peningkatan sistolik dengan diastolic stabil
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37C (normal 36C-37C).
Nadi : takikardi
RR : Napas cepat, dyspnea (lebih dari 20x/menit)
2) Head to toe
a) Kepala dan leher
Inspeksi wajah : simetris, dahi mengkerut
Inspeksi rambut : kering, mudah putus, menipis dan hyperemia
Inspeksi mata : sklera berwarna biru, atau putih seperti mutiara,
konjungtiva pucat.
Inspeksi hidung : terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi hidung : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Inspeksi telinga : bersih, pendengaran normal
Palpasi telinga : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
Inspeksi bibir dan mulut : mukosa bibir pucat, inflamasi bibir, faringitis,
ulkus mulut.
Inspeksi lidah : terdapat bercak-bercak putih atau ulkus pada lidah.
Inspeksi leher : tidak terdapat pembesaran tiroid
b) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : ada nyeri tekan, denyutan jantung teraba cepat, badan demam
teraba panas
Perkusi : jantung dulnes, paru sonor
Auskultasi : ronchi, wheezing
c) Abdomen
Inspeksi : flat/ datar
Auskultasi : terdapat peningkatan bisisng usus
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : thympani
d) Intergumen
Inspeksi : turgor kulit buruk, kering, dan agak kisut
e) Ekstremitas
Inspeksi : tidak terdapat udem pada ekstremitas, keletihan dan kelemahan
g. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kilen dengan leukopenia
adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia.
Imaging Studies
Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai radiografi
(misalnya, gambar dada) .
Temuan Histologi
Pada smear darah tepi menunjukan penurunan yang ditandai atau tidak
adanya neutrofil. Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid
hypoplasia atau tidak adanya myeloid precursor. Dalam banyak kasus,
sumsum tulang seluler dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang
belakang.
Pemeriksaan fungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow
h. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai berikut:
1. Transfuse darag
2. Kortikosteroid
3. Sitostatika
4. Prednisone
5. Infeksi sekunder dihindarkan
6. Imunoterapi
i. Pola Gordon
1) Pola presepsi dan tata laksana kesehatan : perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolism : klien dengan leukopenia mengalami
inflamasi pada mulut, ulkus mulut, muntah, diare, dan anoreksia sehingga
klien akan mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : klien dengan leukopenia akan mengalami diare.
4) Pola aktivitas : klien akan mengalami keletihan, kelemahan, dan toleransi
terhadap latihan rendah.
5) Pola istirahat dan tidur : klien akan mengalami gangguan istirahat dan
tidur karena nyeri daaannn demam yang tinggi.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori : klien dan keluarga pada umumnya
tidak mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola kosnep diri : bagaiman persepsi orang tua dan atau anak tehadap
pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan
8) Pola hubungan peran : peran orang tua sangat dibutuhkan dalamerawat
dan mengobati anak dengan leukopenia.
9) Pola seksual-eksualitas : apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak
yang berhubungan dengan reproduksi social. Pada klien yang menderita
leukopenia biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10) Pola mekanisme koping : keluaraga perlu memberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi klien.
11) Pola nilai dan kepercayaan : bagaimana sistem kepercayaan yang dianut
klien dan orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Klasifikasi data
k. Analisa data
kelemahan
DS :
Klien mengatakan
tidak nafsu makan, Ketidakseimbangan
Intoleransi nutrisi kurang dari
mual dan muntah
aktifitas kebutuhan tubuh.
DO :
Bising usus
berlebih,
konjungtiva pucat,
faringitis, ulkus
pada mulut Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
DS :
Klien mengeluh
echimosis, perdarahan
nyeri
gusi, epistaksis, serta
Klien mengeluh
peradangan mukosa
sesak napas
oral
Klien mengatakan
Resiko infeksi
kulit teraba panas
atau hangat anoreksia
Klien mengatakan
BAB lebih dari
3x/hari, klien
mengeluh nyeri
perut Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
DO :
Klien terlihat
meringis menahan
sakit Produksi leukosit di
Ronchi, wheezing, sumsum tulang
produksi skutum menurun
Kenaikan suhu
tubuh diatas
rentang normal Sistem pertahana tubuh
lebih dari 37 menurun
Derajat Celcius.
Kulit kemerahan
Tubuh rentan terhadap
Klien terlihat tidak
penyakit
bertenaga
Resiko infeksi
2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
c. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan status imunologi.
3. Intervensi
4. Implementasi
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan spesifik. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah tindakan masih sesuia dengan kondisi saat
ini. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membantu klien mendapatkan tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikassi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
meakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil, evaluasi yang dilakukan dengan SOAP.
S : Respon subjektif pasien terhadapa tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
O : Respon objektif pasien terhadapa tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang antara data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apa
masih muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang
ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjud berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari normal.
Jumlah leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit lebih rendah
dari 2000/mm3 merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda kelainan sumsum
tulang. Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi bila sumsum tulang
memproduksi sangat sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak terlindung terhadap
banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi jaringan. Akibatnya
timbulah ulkus pada organ-organ yang terinvasi. Ketika memasuki masa akut dan tidak
segera diobati, leukopenia akan mengakibatkan kematian. Tetapi asalkan tersedia waktu
yang cukup. Transfusi dengan cepat diberikan beserta terapi antibiotik, infeksi dapat
ditanggulangi.
B. SARAN
Leukopenia merupakan penyakit imun yang efloresensinya terlihat pada seluruh tubuh.
Hal ini menjadikan begitu luas cakupan pembelajaran penyakit leukopenia, yaitu dari segi
hematologi dan dari segi imunitas serta pertahanan hemostatis tubuh. Oleh karenya,
penting bagi mahasiswa untuk mengetahu secara mendetail konsep penyakit leukopenia,
untuk nantinya digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam melakukan asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Perlu untuk diketahui dan
ditanamkan mengenai patofisiologi penyakit, karena perjalanan penyakit leukopenia
berawal dari tidak hemostatisnya sistem imun dan hemotologi tubuh sehingga dampaknya
pada sistem pertahanan tubuh dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Suddart & Brunner . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
"Definition of BLOOD". Archived from the original on 23 March 2017. Retrieved 4
March 2017.
The Franklin Institute Inc. "Blood - The Human Heart". Archived from the original on 5
March 2009. Retrieved 19 March 2009.
Waugh A, Grant A (2007). "2". Anatomy and Physiology in Health and Illness (Tenth
ed.). Churchill Livingstone Elsevier. p. 22. ISBN 978-0 443-10102-1.