Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

IMUN DAN HEMOGLOBIN (PENYAKIT LEUKOPENIA)

OLEH

KELOMPOK : 9

No NAMA NIM
1. Agnes Yuliana Asri Dewi 225202000422
2. Elisabeth M. P. Apriliana 225202000436
3. Maria Noviyanti Nona Vindi 225202000471
4. Oktavianus Sintus 225202000489

YAYASAN ST LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

AKADEMIK KEPERAWATAN ST.ELISABETH LELA

TAHUN AKADEMIK : 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat di dalam darah. Sel daraha putih adalah sel
yang membentuk komponen darah. Sel darah putih atau lekosit ini umumnya berperan
dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusuan benda asing yang selalu dipandang
mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup
individu.

Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, antara 5. 10 -10/mL.
Keragaman jumlah yang sampai 100 % dapat dimaklumi bila diingat bahwa selalu ada
saja kontak dengan benda asing diseberang bagian tubuh. Karena itu, jumlah leukosit
tersebut berubah-ubah dari saat ke saat, sesuai dengan jumlah benda asing yang biasa
dihadapi dari saat ke saat, dalam batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa
menimbulkan gangguan fungsi. Bila jumlah keseluruhan leukosit diatas 10 /mL, hal ini
sudah merupakan petunjuk bahwa terjadi konflik dengan benda asing dalam jumlah yang
lebih besar dari biasa atau yang lebih resistan dari yang biasa. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4 x 10 - 11 x 10 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sesat sekitar 7000 -25000 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000
– 10000 (rata-rata 8000 ) sel darah putih.

Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam
bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan
berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000
/mm (Darlan 1994).

Leukopenia merupakan keadaan dengan jumlah sel darah putih (leuksit) kurang dari
normal, yaitu kurang dari 3500 /mm atau kurang dari 4000/mm. leukopenia berat atau
severe leucopenia adalah suatau keadaan dengan jumlah leukoit kurang dari 200/mm atau
ada juga mengatakan kurang dari 1000 /mm.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak
leukopenia.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tinjaun teori leukopenia
b. Untuk mengetahu pengkajian pada anak dengan leukopenia
c. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada anak dengan leukopenia
d. Untuk mengetahui interfensi keperawatan pada anak leukopenia
e. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada anak dengan
leukopenia
f. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan leukopenia

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Fungsi Darah

Darah merupakan komponen yang unik; darah merupakan satu-satunya jaringan cairan dalam
tubuh manusia.

Darah berfungsi untuk

1. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam darah
dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi oleh sel,
diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang
dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme
dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.

2. Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu membendung


kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga, darah tidak terus menerus
mengalir keluar dari dalam tubuh.

3. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di satu
bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.
4. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi tubuh
dari patogen (zat asing).

5. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim.

6. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan tubuh,
dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori pori.

7. Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan penyangga darah


yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan osmotik darah, dimana tekanan
osmotik berperan dalam menjaga kadar air dalam aliran darah.

1. Anatomi Darah

Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah hidup, yang
terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah.

Karakteristik dan Volume Darah

Darah adalah cairan yang lengket dan buram dengan rasa logam yang khas.

 Warna. Tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya oksigen berwarna
merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen berwarna merah pudar.
 Berat. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau lebih kental
daripada air.
 pH. Darah sedikit basa, dengan pH antara 7,35 - 7,45.
 Suhu. Suhu darah (38 derajat Celcius) atau 100,4 derajat Fahrenheit) selalu lebih tinggi
dari suhu tubuh.

Plasma Darah

Plasma, yang terdiri dari 90% air, adalah bagian cair dari darah.

 Zat Terlarut. Contoh zat terlarut meliputi nutrisi, garam (elektrolit), gas pernafasan,
hormon, protein plasma dan berbagai zat sisa dan produk metabolisme sel.
 Proteinnya plasma. Protein plasma adalah zat terlarut terbanyak dalam plasma; kecuali
untuk antibodi dan hormon berbasis protein, sebagai besar protein plasma dibuat oleh
hati.
 Komposisi. Komposisi plasma bervariasi secara terus menerus ketika sel mengeluarkan
atau menambahkan zat ke dalam darah; dengan asumsi diet sehat, komposisi plasma
dijaga relatif konstan oleh berbagai mekanisme homeostatis tubuh.
Elemen Pembentuk Darah

Darah, jika diamati melalui mikroskop cahaya, sel darah merah akan terlihat bebentuk
cakram, sel darah putih berbentuk bulat bernoda mencolok dengan beberapa trombosit yang
tersebar terlihat seperti puing-puing.

Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen dalam darah ke
semua sel tubuh.

 Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel darah merah
mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak memiliki nukleus dan
mengandung sangat sedikit organel.
 Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi, mengangkut
sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.
 Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang berbentuk
seprti cakram bikonkaf - rata dengan pusat tertekan di kedua sisi; terlihat seperti
donat mini jika dilihat dengan mikroskop.
 Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per milimeter kubik
darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah
WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan faktor utama
yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
 Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12 18 gram hemoglobin
per 100 milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada pria (13-18
g/dl) dibandingkan wanita (12-16 g/dl).

Leukosit

Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit daripada sel darah merah,
namun leukosit sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.

 Jumlah WBC. Rata-rata, terdapat 4000 11000 WBC per milimeter kubik darah, dan
jumlahnya kurang dari 1% dari total volume darah.
 Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang dapat bergerak
untuk membantu mempertahankan tubuh terhadap kerusakan oleh bakteri, virus,
parasit dan sel tumor.
 Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar dari pembuluh
darah; proses ini dinamakan diapedesis.
 Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan area kerusakan
jaringan dan infeksi dalam tubuh dengan menanggapi bahan kimia tertentu yang
berdifusi dari sel yang rusak; kemampuan ini disebut kemotaksis positif.
 Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih "menangkap aroma" adanya ancaman
pertahan tubuh, sel darah putih bergerak melalui ruang jaringan dengan gerakan
ameboid (membentuk ekstensi sitoplasma yang mengalir melalui ruang dalam
jaringan) menuju tempat kejadian perkara serangan dalam tubuh.
 Leukositosis. Jumlah WBC total diatas 11000 sel per milimeter kubik disebut sebagai
leukositosis.
 Leukopenia. Kondisi sebaliknya, leukopenia adalah jumlah WBC yang kurang dari
4000 sel per milimeter kubik darah.
 Granulosit. Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung granula; memiliki
lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area nuklei bulat yang dihubungkan oleh
untaian tipis bahan nuklei, termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan basofil.
 Agranulosit. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit; tidak memiliki
butiran sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau berbentuk ginjal, termasuk di
dalamnya limfosit dan monosit.
 Trombosit. Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat aneh yang disebut
megakaryocytes, yang menjepit ribuan "potongan-potongan" platelet berinti yang
dengan cepat menutup diri dari cairan disekitarnya; trombosit diperlukan untuk proses
pembekuan yang terjadi di dalam plasma ketika pembuluh darah robek atau pecah.

Hematopoiesis

Pembentukan sel darah, atau hematopoiesis, terjadi dalam sumsum tulang merah atau
jaringan myeloid.

 Hemocystoblast. Semua elemen yang terbentuk munccul dari jenis sel punca yang
umum, yang disebut hematocystoblast.
 Keturunan hemocystoblast. Hemocystoblast membentuk dua jenis keturunan - sel
induk limfoid, yang menghasilkan limfosit,dan sel induk myeloid, yang dapat
menghasilkan myeloid.

Pembentukan Sel Darah Merah

Karena sel darah merah berinti, maka RBC tidak dapat mensintesis protein, tumbuh atau
membelah

 Masa hidup. Seiring bertambahnya usia, sel darah merah menjadi lebih kaku dan
mulai terfragmentasi, atau hancur, dalam 100 hingga 120 hari.
 Sel darah merah yang hilang. Sel-sel yang hilang (hancur) diganti lebih atau
kurang secara terus menerus oleh pembelahan hemocystoblast di sumsum tulang
merah.
 RBC yang belum matang. Sel darah merah yang berkembang
membelah berkali-kali dan kemudian mulai mensintesis sejumlah besar hemoglobin.
 Retikulosit. Setelah hemoglobin telah cukup terakumulasi, inti dan sebagian besar
organel dikeluarkan dan sel runtuh ke dalam; hasilnya adalah sel darah merah muda,
disebut retikulosit karena masih mengandung beberapa retikulum endoplasma kasar
(ER).
 Eritrosit dewasa. Dalam 2 hari, retikulosit akan menjadi eritrosit yang secara
keseluruhan dalam proses perkembangan dari hemocystoblast hingga sel darah merah
dewasa membutuhkan 3 sampai 5 hari. Eritropoietin. Tingkat produksi eritrosit
dikendalikan oleh hormon yang disebut eritropoietin; biasanya sejumlah kecil
eritropoietin bersirkulasi dalam darah setiap saat.
 Kontrol produksi sel darah merah. Poin penting untuk diingat adalah bahwa bukan
jumlah relatif sel darah merah dalam darah yang mengontrol produksi sel darah
merah, melainkan berdasarkan pada kemampuan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Pembentukan Sel Darah Putih dan Trombosit

Seperti pembentukan eritrosit, pembentukan leukosit dan trombosit distimulasi oleh hormon.

 Faktor perangsang koloni dan interleukin. Faktor-faktor penstimulasi koloni dan


interleukin ini tidak hanya mendorong sumsum tulang merah untuk mengeluarkan
leukosit, tetapi juga menyusun pasukan WBC untuk menangkal serangan dengan
meningkatkan kemampuan leukosit dewasa untuk melindungi tubuh.
 Trombopoietin. Hormon trombopoietin mempercepat produksi trombosit namun
sampai saat ini, pengetahuan mengenai bagaimana proses tersebut berlangsung masih
belum diketahui seutuhnya.

2. Fisiologi Darah

Hemostasis

Proses hemostasis dimulai ketika pembuluh darah rusak dan jaringan ikat di dinding pembuluh
darah terpapar oleh darah.

1. Kejang pembuluh darah. Respons langsung terhadap cedera pembuluh darah adalah
vasokonstriksi pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kejang;
kejang mempersempit pembuluh darah mengurangi kehilangan darah sampai pembekuan
bisa terjadi.
2. Sumbat trombosit. cedera para lapisan pembuluh darah menyebabkan timbulnya kolase
serat; trombosit melekat pada area yang rusak dan membentuk sumbatan trombosit.
3. Peristiwa koagulasi. Saat terbentuk kolase serat trombosit, pada saat yang sama,jaringan
yang terluka melepaskan tissue factor (TF); suatu zat yang memainkan peran penting
dalam pembekuan darah. PF3 dan fosfolipid yang melapisi permukaan trombosit
berinteraksi dengan TF, vitamin K dan faktor pembekuan darah lainnya. Aktivator
protombin mengubah protrombin yang ada dalam plasma menjadi trombin (enzim) yang
kemudian bergabung dengan protein fibrinogen membentuk saringan yang dapat
memerangkap sel darah merah dan membentuk dasar gumpalan. Dalam satu jam,
gumpalan mulai menarik diri kembali, memeras serum dari massa dan menarik tepi
pembuluh darah yang pecah lebih dekat satu sama lain.

Pengelompokan Darah Manusia

Meskipun transfusi darah lengkap dapat menyelamatkan nyawa, namun setiap orang memiliki
golongan darah yang berbeda-beda, dan transfusi darah yang tidak sesuai atau tidak cocok dapat
berakibat fatal.

1. Antigen. Antigen adalah zat yang diakui tubuh sebagai benda asing; antigen benda asing;
antigen merangsang sistem kekebalan untuk melepaskan antibodi atau menggunakan cara
lain untuk meningkatkan pertahanan terhadapnya.
2. Antibodi. Protein RBC satu orang akan dianggap sebagai asing jika ditransfusikan ke
orang lain dengan antigen RBC yang berbeda; "pengenal" adalah antibodi yang terdapat
dalam plasma yang melekat pada sel darah merah yang mengandung antigen permukaan
yang berbeda dari sel pada sel darah merah pasien (penerima darah).
3. Aglutinasi. Mengikat antibodi menyebabkan sel darah merah asing menggumpal, sebuah
fenomena yang disebut aglutinasi, yang mengarah pada penyumbatan pembuluh darah
kecil diseluruh tubuh.
4. Golongan darah ABO. Golongan darah ABO didasarkan pada mana dari dua antigen,
tipe A atau tipe B, yang diwarisi seseorang; tidak adanya kedua antigen menghasilkan
darah tipe O, kehadiran kedua antigen mengarah ke tipe AB, dan adanya antigen A atau
B menghasilkan darah tipe A atau B.
5. Golongan darah rh. Golongan darah Rh dinamakan demikian karena salah satu dari
delapan antigen Rh (aglutinogen D) awalnya diidentifikasi pada monyet Rhesus;
kemudian antigen yang sama ditemukan pada manusia; kebanyakan orang Amerika
adalah Rh + (Rh positif), yang berarti bahwa sel darah merah mereka membawa antigen
Rh.
6. Antibodi anti-Rh. Berbeda dengan antibodi sistem ABO, antibodi anti-Rh tidak secara
otomatis terbentuk dan terdapat dalam darah individu Rh- (Rh negatif).
7. Hemolisis. Hemolisis (ruptur sel darah merah) tidak terjadi dengan transfusi pertama
karena dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk bereaksi dan mulai membuat antibodi.

Penentuan Golongan Darah

Pentingnya menentukan golongan darah dari donor dan penerima sebelum darah
ditransfusikan adalah suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
1. Golongan darah golongan darah ABO. Ketika serum yang mengandung antibodi
anti-A atau anti-B ditambahkan ke sampel darah yang diencerkan dengan saline,
aglutinasi akan terjadi antara antibodi dan antigen yang sesuai.
2. Pencocokan silang. Pencocokan silang melibatkan pengujian untuk aglutinasi sel
darah donor dengan serum penerima dan sel darah merah penerima oleh serum donor.
3. Golongan darah untuk faktor Rh. Menentukan untuk faktor Rh dilakukan dengan
cara yang sama seperti penentuan darah ABO.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah daripada
normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm3. (Suzanne C,
Smeltzer,2001) Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam
darah,jumlahnya sama 5000 /mm3 dengan atau kurang. ( Poppy, 2000).
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam
bahasa yunani, penia berarti kemiskinan) . Jadi leukopenia adalah suatu keadaan
berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan
5000 /mm3 (Dorlan 1994).
Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam sirkulasi
perifer kurang dari 4,0 x 10/ L. Pada sebagian kasus, penyakit ini dihubungkan
dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor dari sel
darah putih pada sirkulasi perifer. Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila
sumsung tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak
terlindung terhadap bayak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk mengenai
jaringan (Guyotn 2008).
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu kondisi
klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
padasirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 /mm3.

2. Etiologi
Menurut Elizabeth J. Corwin dalam bukunya yang berjudul Buku Saku patofisiologi
Corwin, leukopenia dapat disebabkan berbagai kondisi, termasuk stress
berkepanjangan, infeksi virus, penyakit atau kerusakan sum-sum tulang atau
kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah isalnya lupus eritematosus, penyakit tiroid,
dan sindrom cushing juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih.
Leukopenia ini dapat menyebabkan individu rentan terhadap infeksi.
Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu :
a. Penyebab tersering adalah keracunan obat: fenotiazin merupakan yang
tersering begitu juga dengan Clozapine, suatu neuroleptikal atipikal.
b. Neutropenia penyebabnya : Infeksi virus, campak, demam thypoid toksin,
rickettsia dari tifus, factor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides,
barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B2, asam folat, anafilaksis
shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
c. Eosinopenia, penyebabnya : Meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing,
kortikosteroid, penyakit menular, corticotropin dan kortison.
d. Limfopenia, penyebabnya : Faktor keturunan dan immunodeficiency, stress,
radiasi penyakit, tuberkolosis
e. Monocytopenia, penyebabnya : Batang myeloid tertekan ditembak dari
sumsum tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi).

3. Patofisiologi
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Radiasi sinar
X dan sinar Y (gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang
berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsung tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan
leukosit yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan
mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia
(produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun).
Selain itu, jika seorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS,
maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi
perifer.
Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan
jumlah, yang disebut dengan limfopenia. Oleh karena penyebab-penyebab yang
berujung pada menurunnya jumlah kemponen-komponen leukosit (neutropenia,
eusinopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.

4. Patway

Radiasi sinar x berlebih dan obat-obatan berlebih

Kerusakan sumsum tulang

Leukosit menurun

leukopenia

Produksi leukosit di sumsum tulang menurun


Gangguan metabolisme Pendarahan Pertahanan tubuh menurun

sel Kekurangan Tubuh akan


kekurangan produksi darah rentan terhadap
makanan dalam tubuh penyakit

Kekurangan energi Ketidakseimbangan Resiko infeksi


nutrisi kurang dari
Kelemahan kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas

5. Tanda dan gejala


Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia (pengurangan jumlah
neutrofil dalam lekosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi indikator yang paling
umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak akan menunjukan gejala
apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai muncul.
Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :
a. Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin.
b. Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode
menstruasi.
c. Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi
dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi.
d. Neurasthenia,yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan
mengganggu keseimbangan emosional.
e. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam
darah.
f. Stomatis , yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam
mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
g. Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus
atau bakteri.
h. Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini raltive
jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
i. Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain
itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus
oral, dan mudah marah.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap
evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah
merah (RBC) dan morfologi trombosit.
2) Pemeriksaan smear sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik
sitometri arus.
3) Pemeriksaan microbiologic culture darah, luka dan cairan tubuh dapat
dilihat pada pasien demam.
4) Pengujian antibody antineutropil harus dilakukan pada pasien dengan
riwayat autoimun sugestif dan neutropenia dan pada mereka yang tidak
jelas penyebab leukopenia.
b. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai
berikut :
1) Transfusi darah
2) Kortikosteroid
3) Sitostatika
4) Prednisone
5) Imunoterapi

7. Komplikasi dan prognosis


Pada argranulositosis prognosis bergantung pada gambaran sumsum tulang. Jumlah
granulosit yang lebih dari 2000/mm menunjukan prognosis yang lebih baik. Pada
leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari satu minggu setelah
dimulainya leukopenia total akut, data terjadi kematian. Pada leukopenia karena
aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien diterapi dengan
transfuse yang tepat, ditambah antibiotic dan obat-obatan lainnya untuk
menanggulang infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yamg cukup dalam
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel darah
dapat kembali normal (Guyton,2008).
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit leukopenia ini adalah :
a. Anemia
Adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam
aliran darah berada pada tingkat yang lebih rendah dari pada yang dianggap
normal. Jenis anemia dapat dibagi menurut ukuran sel-sel darah merah.
b. Menorhaggia
Menorhaggia atau haid berlebihan adalah keluarnya darah menstruasi secara
berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak. Selama masa
menstruasi, jumlah rata-rata darah yang dikeluarkan adalah 30 -40 ml. Dan
seorang wanita dianggap mengalami haid berlebihan jika kualitas darah yang
dia keluarkan berkisar antar 60 -80 mL.
c. Metrorrhaggia
Metorrhaggia adalah pendarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Metrorrhaggia merupakan suatu perdarahan
irregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroraggia, haid terjadi
dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.
Metroraggia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering
dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak.
d. Neurasthenia
Adalah gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang
kronis sekalipun tidak ditemukkan sebab-sebab fisik.
e. Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit yang abnormal, yang dapat mengakibatkan
perdarahan abnormal dan mudah memar.
f. Stomatitis
Adalah radang dan bisul di mulut, yang mungkin ringan dan local atau berat
dan meluas. Kondisi ini selalu menyakitkan dan mungkin melibatkan
pembengkakan dan kemerahan pada mukosa mulut,borok yang menyakitkan
(tunggal dan ganda)
Adalah radang paru-paru, biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab
umum pneumonia adalah bakteri, virus dan jamur. Pneumonia juga dapat
disebabkan oleh menghirup cairan atau bahan kimia. Pneumonia aspirasi atau
inhalasi adalah pembengkakan dan iritasi paru-paru yang disebabkan oleh
asap.
g. Abses hati
Adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari
peradangan akut saluran empedu.

8. Pneumonia
Adalah radang paru-paru, biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab umum
pneumonia adalah bakteri, virus, dan jamur. Pneumonia juga dapat disebabkan oleh
menghirup cairan atau bahan kimia. Pneumonia aspirasi (inhalasi) adalah
pembengkakan dan iritasi paru-paru yang disebabkan oleh asap.

9. Pengobatan
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g%. pada trombositopenia
yang berat dan pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila
terdaat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitotastika yang lama pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin,
arabinosid.
d. Prednisone
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatis, leukopenia, infeksi sekunder atau kadidiagis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm.
e. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah
sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat
daya taan tubuh.

10. Pencegahan
Pencegahan terhadap leukopenia tergantung dari penyebab terjadinya leukopenia.
Jika klien mengkonsumsi obat-obatan yang berlebih, maka setiap obat yang dicurigai
harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah, klien harus dilindungi dari setiap
sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misalnya, hidung atau mulut) dan darah
sangat penting, dan jika terjadi demam harus ditangani dengan antibiotik spektrum
luas sampai organisme dapat ditentukan. Higiena mulut juga harus dijaga. Irigasi
tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih dari
eksudat nekrotik. Kenyamanan dapat ditingkatkan dengan pemberian kerah es dan
analgetik, antipiretik, dan sedative bila perlu. Tujuan penanganan selain pemusnahan
infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum
tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam
2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
C. Konsep Dasar Askep pada pasien Leukopenia
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Meliputi ( Nama, umur, Tempat Tanggal Lahir, Alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, TMR, nama yang bertanggung jawab).
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan leukopenia biasanya mengeluh nyeri pada tubuhnya, keletihan,
demam, dan tidak nafsu makan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan leukopenia mengalami penurunan system pertahanan tubuhnya
sehingga pasien sangat rentang terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat terinfeksi.
Pasien dengan leukopenia juga mengalami sesak napas dan dapat terjadi perdarahan
pada mulut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya adanya suatu infeksi virus, radiasi sinar X dan Y berlebihan, serta
penggunaan obat-obatan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya leukopenia.
Riwayat imunisasi : imunisas yang biasa diberikan yaitu BCG, DpT, Heatitis, dan
polio.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan leukopenia biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu ernah
menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, dan infeksi virus. Akibat dari penyakit yang
di derita ibu ini,maka tubuh anak dapat menjadilebih rentan terhadap terjadinya
leukopenia. Leukopenia bukan merupakan penyakit keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Lemah
TTV :
TD : Terjadi peningkatan sistolik dengan diastolic stabil
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37C (normal 36C-37C).
Nadi : takikardi
RR : Napas cepat, dyspnea (lebih dari 20x/menit)
2) Head to toe
a) Kepala dan leher
Inspeksi wajah : simetris, dahi mengkerut
Inspeksi rambut : kering, mudah putus, menipis dan hyperemia
Inspeksi mata : sklera berwarna biru, atau putih seperti mutiara,
konjungtiva pucat.
Inspeksi hidung : terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi hidung : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Inspeksi telinga : bersih, pendengaran normal
Palpasi telinga : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
Inspeksi bibir dan mulut : mukosa bibir pucat, inflamasi bibir, faringitis,
ulkus mulut.
Inspeksi lidah : terdapat bercak-bercak putih atau ulkus pada lidah.
Inspeksi leher : tidak terdapat pembesaran tiroid
b) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : ada nyeri tekan, denyutan jantung teraba cepat, badan demam
teraba panas
Perkusi : jantung dulnes, paru sonor
Auskultasi : ronchi, wheezing
c) Abdomen
Inspeksi : flat/ datar
Auskultasi : terdapat peningkatan bisisng usus
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : thympani
d) Intergumen
Inspeksi : turgor kulit buruk, kering, dan agak kisut
e) Ekstremitas
Inspeksi : tidak terdapat udem pada ekstremitas, keletihan dan kelemahan

g. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kilen dengan leukopenia
adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia.
 Imaging Studies
Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai radiografi
(misalnya, gambar dada) .
 Temuan Histologi
Pada smear darah tepi menunjukan penurunan yang ditandai atau tidak
adanya neutrofil. Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid
hypoplasia atau tidak adanya myeloid precursor. Dalam banyak kasus,
sumsum tulang seluler dengan pematangan promyelocyte di sumsum tulang
belakang.
 Pemeriksaan fungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow
h. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai berikut:
1. Transfuse darag
2. Kortikosteroid
3. Sitostatika
4. Prednisone
5. Infeksi sekunder dihindarkan
6. Imunoterapi

i. Pola Gordon
1) Pola presepsi dan tata laksana kesehatan : perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolism : klien dengan leukopenia mengalami
inflamasi pada mulut, ulkus mulut, muntah, diare, dan anoreksia sehingga
klien akan mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : klien dengan leukopenia akan mengalami diare.
4) Pola aktivitas : klien akan mengalami keletihan, kelemahan, dan toleransi
terhadap latihan rendah.
5) Pola istirahat dan tidur : klien akan mengalami gangguan istirahat dan
tidur karena nyeri daaannn demam yang tinggi.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori : klien dan keluarga pada umumnya
tidak mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola kosnep diri : bagaiman persepsi orang tua dan atau anak tehadap
pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan
8) Pola hubungan peran : peran orang tua sangat dibutuhkan dalamerawat
dan mengobati anak dengan leukopenia.
9) Pola seksual-eksualitas : apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak
yang berhubungan dengan reproduksi social. Pada klien yang menderita
leukopenia biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10) Pola mekanisme koping : keluaraga perlu memberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi klien.
11) Pola nilai dan kepercayaan : bagaimana sistem kepercayaan yang dianut
klien dan orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Klasifikasi data

Data subjektif Data objektif


 Klien mengeluh sesak nafas  Ronchi, wheezing, produksi
sputum
 Klien mengeluh adanya nyeri  Klien terlihat meringis menahan
sakit
 Klien mengatakan kulit teraba  Kenaikan suhu tubuh diatas
panas/hangat
rentang normal lebih dari 7C.
 Klien mengatakan BAB lebih kulit kemerahan
dari 3x/hari, klien mengeluh  Bising usus hiperaktif.
nyeri perut.
 Bising usus berlebih,
 Klien mengatakan tidak nafsu konjungtiva pucat, faringitis,
makan, mual dan muntah. ulkus pada mulut.

 Klien mengeluh kelelahan,  Klien terlihat tidak bertenaga.


klien mengatakan tidak
nyaman saat beraktivitas.

k. Analisa data

Data fokus Etiologi Problem


DS :
 Klien mengeluh gangguan metabolisme
kelelahan sel Intoleransi aktivitas .
 Klien mengatakan
tidak nyaman saat
beraktivitas sel kekuranagan
DO : makanan
 Klien terlihat tidak
bertenaga kekurangan energi

kelemahan
DS :
 Klien mengatakan
tidak nafsu makan, Ketidakseimbangan
Intoleransi nutrisi kurang dari
mual dan muntah
aktifitas kebutuhan tubuh.
DO :
 Bising usus
berlebih,
konjungtiva pucat,
faringitis, ulkus
pada mulut Produksi leukosit di
sumsum tulang
menurun
DS :
 Klien mengeluh
echimosis, perdarahan
nyeri
gusi, epistaksis, serta
 Klien mengeluh
peradangan mukosa
sesak napas
oral
 Klien mengatakan
Resiko infeksi
kulit teraba panas
atau hangat anoreksia
 Klien mengatakan
BAB lebih dari
3x/hari, klien
mengeluh nyeri
perut Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
DO :
 Klien terlihat
meringis menahan
sakit Produksi leukosit di
 Ronchi, wheezing, sumsum tulang
produksi skutum menurun
 Kenaikan suhu
tubuh diatas
rentang normal Sistem pertahana tubuh
lebih dari 37 menurun
Derajat Celcius.
Kulit kemerahan
Tubuh rentan terhadap
 Klien terlihat tidak
penyakit
bertenaga

Resiko infeksi

2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
c. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan status imunologi.

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakuakan 1. Bantu klien
berhubungan tindakan diharapakan untuk
dengan kelemahan klien mampu : mengidentifikasi
 melakukan aktivitas yang
aktivitas hari-hari mampu
secara mandiri dilakukan.
 TTV dalam batas 2. Bantu untuk
normal memilih
 Mampu aktivitas yang
berpindah tanpa sesuai dengan
bantuan alat kemampuan
seperti kursi rida fisik.
atau tongkat 3. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai.
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan 1. kaji pola nutrisi, 1. Mengetahui
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari intake dan status nutrisi
kebutuhan tubuh kebutuhan teratasi output klien pasien
berhubungan dengan kriteria hasil : serta catat berguna
dengan anoreksia  intake nutrisi perubahan yang untuk
klien meningkat terjadi pemberian
 menghabiskan 2. timbang berat tindakan
porsi makan yang badanya klien yang efektif
disediakan sesuai secara periodik 2. Mengetahui
diet yang 3. lakukan perubahan
dianjurkan pemriksaan fisik berat badan
 berat badan abdomen pasien
meningkat (palpasi, 3. Untuk
perkusi, dan membantu
auskultasi) dalam
4. berikan porsi menentuka
kecil tapi sering m diet yang
5. kolaborasi sesuai dan
dengan tim obat-obatan
kesehatan lain yang
dalam penentuan diindikasika
diet dan n.
kebutuhan
medikasi klien.
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda 1. Memantau
berhubungan tindakan diharapakan dan gejala keadaan
dengan penurunan resiko infeksi teratasi infeksi klien apakah
status imunologi dengan kriteria hasil : 2. Pantau TTV telah terjadi
 WBC berada secara berkala penyebaran
dalam batas 3. Pantau jika ada infeksi
normal (5000 – tanda-tanda menjadi
10.000/mm) sepsis pada klien penyakit
 Integritas kulit 4. Kolaborasikan lain
dan mukosa dalam 2. Adanya
membaik pemberian takikardi,
 Suhu tubuh dalam antibiotik dan takipnea,
batas normal (36- antiinflamasi demam,
37 Derajat sesuai indikasi. nadi cepat
Celcius) dan lemah
dapat
menunjukan
terjadi
sindroma
radang
sistemik
3. Sepsis
menunjukan
adanya
sindroma
radang
sistemik
dengan
tanda
demam,
menggigil,
takipnea,
takikardia,
hipotensi,
nadi cepat
dan lemah,
serta
gangguan
mental.
4. Pemberian
antibiotik
untuk
mencegah
infeksi
lanjut, anti
inflamasi
untuk
mencegah
inflamasi
lebih lanjut.

4. Implementasi
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan spesifik. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah tindakan masih sesuia dengan kondisi saat
ini. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membantu klien mendapatkan tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikassi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
meakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil, evaluasi yang dilakukan dengan SOAP.
S : Respon subjektif pasien terhadapa tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
O : Respon objektif pasien terhadapa tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang antara data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apa
masih muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang
ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjud berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari normal.
Jumlah leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit lebih rendah
dari 2000/mm3 merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda kelainan sumsum
tulang. Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi bila sumsum tulang
memproduksi sangat sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak terlindung terhadap
banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi jaringan. Akibatnya
timbulah ulkus pada organ-organ yang terinvasi. Ketika memasuki masa akut dan tidak
segera diobati, leukopenia akan mengakibatkan kematian. Tetapi asalkan tersedia waktu
yang cukup. Transfusi dengan cepat diberikan beserta terapi antibiotik, infeksi dapat
ditanggulangi.

B. SARAN
Leukopenia merupakan penyakit imun yang efloresensinya terlihat pada seluruh tubuh.
Hal ini menjadikan begitu luas cakupan pembelajaran penyakit leukopenia, yaitu dari segi
hematologi dan dari segi imunitas serta pertahanan hemostatis tubuh. Oleh karenya,
penting bagi mahasiswa untuk mengetahu secara mendetail konsep penyakit leukopenia,
untuk nantinya digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam melakukan asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Perlu untuk diketahui dan
ditanamkan mengenai patofisiologi penyakit, karena perjalanan penyakit leukopenia
berawal dari tidak hemostatisnya sistem imun dan hemotologi tubuh sehingga dampaknya
pada sistem pertahanan tubuh dan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Moyet & Lynda juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC.

NANDA internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC.

Suddart & Brunner . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
"Definition of BLOOD". Archived from the original on 23 March 2017. Retrieved 4
March 2017.

The Franklin Institute Inc. "Blood - The Human Heart". Archived from the original on 5
March 2009. Retrieved 19 March 2009.

Waugh A, Grant A (2007). "2". Anatomy and Physiology in Health and Illness (Tenth
ed.). Churchill Livingstone Elsevier. p. 22. ISBN 978-0 443-10102-1.

Anda mungkin juga menyukai