Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TINDAKAN KEPERAWATAN DASAR PENGISAPAN NASOFARING DAN


OROFARING ( SUCTION )

Oleh

NAMA : Agnes Lusia Nona Lila Sadipun

NIM : 225202000421

YAYASAN ST.LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE


AKADEMI KEPERAWATAN ST.ELISABETH
TAHUN AKADEMIK : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang
telah dikaruniakan, serta bantuan dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan yang berjudul “ PENGISAPAN OROFARING DAN NASOFARING /
SUCTION “
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini, penulis banyak menemukan kesulitan dan
rintangan, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikannya. Untuk itu,pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan :
1. Direktur Akademi Keperawatan St. Elisabeth Lela , Ibu Maria K. Ringgi Kuwa,
S,ST.M.Kes yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu
menjadi calon perawat ahli madya keperawatan yang profesional.
2. Ibu Emirensiana Watu , S.Kep,Ns.M.kes , selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta mengarahkan
penulis sehingga terselesainya laporan pendahuluan ini.
3. Ibu Emirensiana Watu, S.Kep,Ns.M.kes,selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan
Dasar 1 Kebutuhan Oksigenasi , yang telah memberikan banyak materi yang berguna
dalam meningkatkan pengetahuan penulis tentang kebutuhan Oksigenasi.
4. Teman-teman yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan masukkan-
masukkan terkait penyusunan laporan pendahuluan ini dan juga untuk kebersamaan
kita.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis menyampaikan terima
kasih dan semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Maumere, Juni 2021

Penulis
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………..1
II. TUJUAN
A.Tujuan Umum……………………………………………………………………………1
B.Tujuan Khusus……………………………………………………………………...……1
BAB II : TINJAUAN TEORI
I. Anatomi Fisiologi Nasofaring & Orofaring………………………………………………2
II. Konsep Dasar Tindakan Suction Nasofaring & Orofaring
A.Pengertian…………………………………………………………………………………2
B.Tujuan……………………………………………………………………………………..2
C. Indikasi……………………………………………………………………………………2
D. Kontraindikasi……………………………………………………………...……………..2
E.Hal yang perlu di perhatikan......................................................................................2
III. KONSEP TINDAKAN SUCTION NASOFARING & OROFARING
A.Persiapan Pasien…………………………………………………………………………..3
B. Persiapan Lingkungan……………………………………………………………………3
C. Persiapan Alat…………………………………………………………………………….4
D. Cara Kerja................................................................................................................4
BAB III : PENUTUP
I. Kesimpulan…………………………………………………………………...……………..5
II. Saran………………………………………………………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I

PENDAHULUAN

I .Latar belakang
Respirasi adalah pertukaran gas yaitu oksigen ( o2) yang di butuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida ( C0²) yang di hasilkan dari metabolisme tersebut di
keluarkan dari tubuh melalui paru .proses respirasi melewati dua tahap yaitu respirasi
eksternal dan respirasi internal.respirasi eksternal merupakan proses respirasi yang
berlangsung melalui organ pernapasan , sedangkan respirasi internal adalah proses respirasi
yang terjadi di dalam sel.fungsi dari pernapasan adalah memperthankna konsentrasi
oksigen,karbondioksida dan ion hidrogen dalam cairan tubuh. Jika fungsi terganngu maka
konsentrasi oksigen dan karbondioksida terganngu pula. Salah satu bentuk gannguan
pernapasan di antaranya adalah obstruksi saluran pernapasan yang bisa diakibatkan oleh
adanya penumpukan sekret atau cairan ataupun benda asing yang menghalangi saluran
pernapasan. Apabila benda tersebut tidak dapat di keluarkan maka akan berakibat sangat
fatal bagi kelangsungan hidup ( hidayat, 2005).
Obstruksi jalan napas adalah resiko yang di hadapi pasien tidak sadar karena epiglotis dan
lidah mungkin rileks, yang menyumbat atau pasien mungkin muntah atau sekresi nasofaring (
Tucker, 1999).agar jalan napas tetap terjaga , tindakan yang di lakukan adalah suctioning
( pengisapan lendir).
Suctioning atau pengisapan merupakan tindakan untuk memperthanakan jalan napas
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan
sekret pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri dengn memasukan selang
catheter suction ( Timby , 2009). Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel tubuh ( smeltzer dan Bare 2004).
Menurut WHO tahun 2014 , angka kajian pasien masuk ke ruangan ICU tertinggi di
jumpai di beberapa negara berkembang berkisar antara 21% _ 41,7%. Di amerika serikat ,
kejadian cedera kepala yang berujung ke ICU setiap tahunnya di perkirakan mencapai
500.000 kasus. Sementara itu , angka kejadian pasien yang mengalami gagal nafas dan
membutuhkan suction di ruangan ICU di indonesia belum ada angka pasti . namum menurut
SDKI tahun 2013, jumlah pasien di ICU pada tahun 2012 sebanyak 39% dari presentasi rawat
nginap. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 1,9% dari tahun 2012( Ragnarsson dan
kristjan,2006).
Berdasarkan penjelasan di atat maka penulis akan melakukan tindakan asuhan
keperawatan pengisapan nasofaring dan orofaring di rumah sakit kewapante agar tidak ada
angka kematian di wilayah tersebut.

II. Tujuan

A.Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan tindakan pengisapan nasofaring
dan orofaring atau suction.

B. Tujuan khusus

Mahasiswa di harapkan mampu memahami:


_ Anatomi dan fisiologi
_ menyiapkan alat alat
_ melaksanakan prosedur pengisapan atau suction.

BAB II

TINJAUAN TEORI
I.Anatomi fisiologi Nasofaring dan Orofaring

a .Orofaring adalah bagian tengah dan faring yang menghubungkan bagian superior nasofaring
ke rongga mulut bagian anterior dan ke hipofaring bagian inferior .

Orofaring meluas melalui garis imajiner pada bidang horisontal melalui pelatum durum melalui
tulang hypoid . seperti membuka ke dalam rongga mulut,di batasi oleh papila sirkumvalata ,pilar
tonsil anterior, dan pertemuan antara pelatum durum dan pelatum mole.batas posterior
orofaring adalah dinding faring posterior , yang terletak pada bagian anterior fasia prevertebral.
Batas internal yang meliputi fasae tonsil dan pilar , dan dinding faring Lateral . batas superior
berdekatan dengan batas inferior dari nasofaring.
b.Nasofaring adalah ruang sempit berukuran 1,5 inci yang terletak di belakang rongga hidung
yang fungsinya mengantarkan udara dari hidung ke tenggorokan . batas anterior nasofaring
rongga hidung melalui koana.batas posterior di bentuk oleh basi sphenoid , basi oksiput dan
vertebra servikal pertama. Pada bagian atas dan belakang torus tubaris terdapat cekungan yang
di sebut sebagai fossa rossenmillar ( kahathudwa , 2016). Inversi sensorik nasofaring berasal
dari nervus vagus cabang faringeal dan cabang laringeal superior kecuali otot stilofaringeus .
pendarahan nasofaring berasal dari Cabang arteri karotis eksterna yang meliputi arteri faringeal
asendon, arteri palantina asendon,dan arteri kanalis pterigoideus.

II . Konsep Dasar Tindakan pengisapan Nasofaring dan Orofaring ( Suction)

A. pengertian

Orofaring adalah bagian tengah dari faring yang menghubungkan bagian superior
nasofaring ke rongga mulut bagian anterior dan ke hipofaring bagian inferior. Nasofaring adalah
ruang sempit berukuran 1,5 inci yang terletak di belakang rongga hidung yang fungsinya
mengantarkan udara dari hidung ke ttenggorokan.
B. Tujuan

* mempertahankan kepatenan jalan napas

*. Membebaskan jalan napas dari sekret atau lendir yang menumpuk.

* mendapatkan sampel atau sekret untuk tujuan diagnosa.

C. Indikasi

*. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersikan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan.

*. Ada atau tidaknya sekret yang menyumbat jalan napas , dengn di tandai terdengar suara
pada jalan napas , hasil auskultasi yaitu di temukannya suara crakels atau ronchi kelelahan pada
pasien .nadi dan laju pada pernapsan meningkat , di temukan nya mucus pada alat bantu napas.

*. Klien yang kurang rensponsif atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral.

D . kontra indikasi .

*. Pasien dengan stridor.

* pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal .

*.post pneumonectomy.

E . hal hal yang perlu di perhatikan

_ sebelum suction pasien harus di beri oksigen yang adekuat sebab oksigen akan menurun
selama proses pengisapan

_ proses suction tidak boleh melebihi 10_15 detik.

_ bila hendak mengulangi suction harus di berikan pre oksigen kembali ventilasi dan begitu
seterusnya sampai jalan nafas bersih.

F. Pelaksanaan prosedur.

a. Persiapan pasien.

_ penjelasan terhadap tindakan yang akan di lakukan.

_ atur posisi klien :

Klien sadar : posisi semifowler kepala miring satu sisi ( oral suction) dan posisi
Fowler dengan leher ekstensi ( masak suction) . klien tidak sadar : baringkan klien dengn posisi
lateral menghadap pelaksanaan tindakan ( oral atau ( masak cuction).

b. Persiapan alat .

_ regulator vakum set

_ kateter penghiap steril sesuai ukuran


_ air steril atau normal salin

_ hanscoon steril

_ pelumas larut dalam air

_ selimut atau handuk

_ masker wajah

_ tong spatel.

C . persiapan lingkungan

_ penjelasan kepada kelurga

_ pasang skerem atau tabir

_ pencahayaan yang baik.

d. Cara kerja

1. siapkan peralatan di samping tempat tidur

Rasionalnya : Memungkinkan kelancaran dalam pelaksanaan prosedur tanpa gangguan

2.Cuci tangan dan pakai sarung tangan

Rasionalnya :mengurangi transmisi mikroorganisme

3. jelaskan pada klien bagaimana prosedur akan membantu membersikan jalan napas dan
menghilangkan beberapa masalah pernapasan

4.posisikan klien dengan tepat :

_ bila sadar dengan refleks gannguan berfungsi baringkan klien pada posisi semifowler
dengan kepala miring ke satu sisi untuk pengisapan oral

Rasionalnya : refleks gangguan mencegah aspirasi isi gastrointestinal. Posisi ke satu sisi
atau hiperektensi leher meningkatkan insersi perlahan kateter kedalam orofaring atau nasofaring
secara berurutan.

_ bila sadar baringkan klien pada posisi lateral menghadap pada perawat untuk pengisapan
oral

Rasionalnya : mencegah lidah klien menghadap jalan napas , meningkatkan drainase


sekret pulmonal, dan mencegah aspirasisi gastrointestinal.

5. tempatkan handuk pada bantal atau di bawah dagu klien

Rasionalnya : mencegah linen tempat tidur atau baju tidur basah akibat dari sekret. Handuk dapat
dibuang , mengurangi penyebaran bakteri.

6.pilih tekanan dan tipe unit pengisap yang tepat

Rasionalnya : menjamin tekanan negatif yang aman sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif yang
berlebihan dapat mencetuskan cedera muklosa.

7.tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang steril
Rasionalnya : di perlukan untuk melumasi kateter guna mengurangi friksi dan meningkatkan pasase
lembut.

8.gunakan sarung tangan steril pada tangan dominan anda dan sambungkan kateter ke mesin
penghisap

Rasionalnya : mempertahankan asepsis saat kateter dimasukkan kedalam mulut atau hidung klien.
Dan mempertahankan sterilisasi.

9.perkirakan jarak antara daun telinga klien dan ujung hidung dan letakan inu jari telunjuk dari
tangan yang telah menggunakan sarung tangan

Rasionalnya : jarak ini menjamin bahwa kateter penghisap akan tetap pada region faringeal. Insersi
kateter pada titik ini menempatkan kateter di trakea.

10.basahi ujung kateter dengn larutan .Pasang penghisap dengan ujungnya terletak ke dalam
larutan .

Rasionalnya : pembasahan ujung kateter mengurangi friksi dan memudahkan pemasangan.

11. Penghisap :

- Orofaring dengan perlahan masukan kateter ke dalam satu sisi mulut klien dan arahkan ke
orofaring. Jangan lakukan pengisapan pada saat pemasangan.

Rasionalnya : mengindaru turbinasi nasal oleh kateter dan masuk lebih mudah ke dalam nasofaring.

- Nasofaring dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung. Arahkan ke arah
medial sepanjang dasar rongga hidung.

Rasionalnya : resiko trauma pada mukosa oral dan nasal selama pemasangan kateter dikurangi.

12.sumbat port penghisap dengan Ibu jari anda. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda
menariknya dan keseluruhan proses prosedur tidak boloh dari 15 detik.

Rasionalnya : sumbatan pada port penghisap mengaktifkan tekanan penghisap.Penghisap dilakukan


secara intermiten saat kateter di tarik . Rotasi jalan sekret dari permukaan jalan napas dan
mencegah trauma dari tekanan penghisap pada satu area.

13. bilas kateter dengan larutan steril dengan meletakannya dalam larutan dan lakukan
penghisapan.

Rasionalnya : membuang sekret dari kateter melumasinya untuk penghisapan berikutnya.

14.buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang menggunakan sarung tangan
dan melepaskan sarung dan lepaskan sarung untuk membungkus kateter.

Rasionalnya : mengurangi penyebara bakteri dari kateter penghisap

15. Cuci tangan

Rasionalnya : agar tidak terkena infeksi

16.mencatat pada buku catatan

Rasionalnya : mendokumentasikan bahwa prosedur telah dilaksanakan.


BAB III

PENUTUP

I.Kesimpulan.

Pengisapan (suction) adalah tindakan yang dilakukan apabila klien tidak mampu mengeluarkan
sekresi dari saluran pernafasan dengan batuk. Suction bertujuan untuk mempertahankan jalan
napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan Secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.

II .Saran.

Saran yang dapat di simpulkan dalam laporan ini sebagai berikut:

1. Sebagai seorang mahasiswa dapat memahami dengan benar prosedur pelaksanaan


pengaturan posisi pasien kepada kliennya.
2. Sebagai seorang mahasiswa dapat melakukan prosedur pelaksanaan pengaturan posisi
pasien kepada kliennya dalam praktik keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Berty,Irwan kitong 2013, pengaruh tindakan pengisapan orofaring dan nasofaring ruang ICU
RSUP prof. Dr.R.D.kandon Manado.

Brunner dan suddartha. 2001.

Arimma,aria,c,2006 paralisis saraf kramial Multipel pada karsinoma Nasofaring.

Anda mungkin juga menyukai