DISUSUN OLEH :
NAMA NIM
VERONIKA Y.G. AZI PO539329118395
WASTY M. ABAUS PO539329118397
YEREMIA Y. BANANI PO539329118398
YOHANES F. R. KENJAM PO539329118399
DELVIANA E. NAISALI PO530320116343
VERIDIANA K. NDEWA PO530320118449
VERONIKA Y.L.LENGARY PO530320118450
VIRGIN G. ASAMOY PO530320118451
WELMINTJE C.G.L. ROHI PO530320118452
YOHANA DESI ROI PO530320118453
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengaan judul “ TEKNIK-TEKNIK
PEMBEBASAN JALAN NAFAS” dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi kami penulis sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagai sebagaimana
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
berikut adalah penting agar hasil akhir menjadi baik, yaitu : (1) anamnesa dan pemeriksaan
fisik, terutama yang berhubungan dengan penyulit dalam sistem pernapasan, (2) penggunaan
ventilasi supraglotik ( seperti face mask, Laryngeal Mask Airway/LMA), (3) tehnik intubasi
dan ekstubasi yang benar, (4) rencana alternatif bila keadaan gawat darurat terjadi.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara
efektif dan efisien dan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) perlu dilakukan..
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Memahami Tentang Teknik-Teknik Pembebasan Jalan Nafas
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa menjelaskan pengertian Pembebasan Jalan Nafas
2) Mahasiswa menjelaskan Indikasi dan kontraindiKASI SERTA EFEK
SAMPING Pembebasan Jalan Nafas
3) Mahasiswa menjelaskan TEKNIK Pembebasan Jalan Nafas dengan alat
( SERTAKAN DENGAN GAMBAR)
4) Mahasiswa menjelaskan TEKNIK Pembebasan Jalan Nafas tanpa
alat( SERTAKAN DENGAN GAMBAR)
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang
menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Kedua
bagian ini di pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi kemudian bergabung di
bagian posterior dalam faring (gambar 1). Faring berbentuk U dengan struktur
fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak menuju kartilago krikoid pada jalan
masuk ke esofagus. Bagian depannya terbuka ke dalam rongga hidung, mulut, laring,
nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars laryngeal). Nasofaring dipisahkan dari
orofaring oleh garis imaginasi mengarah ke posterior. Pada dasar lidah, secara fungsional
epiglotis memisahkan orofaring dari laringofaring (atau hipofaring). Epiglotis mencegah
terjadinya aspirasi dengan menutup glotis- gerbang laring- pada saat menelan. Laring
adalah suatu rangka kartilago yang diikat oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9
kartilago (gambar 2) : tiroid, krikoid, epiglotis, dan (sepasang) aritenoid, kornikulata dan
kuneiforme
B. Pengertian Airway Management
Airway management ialah memastikan jalan napas terbuka. Tindakan paling
penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkan saluran pernapasan
dengan tujuan untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigenasi jaringan (American Society of Anesthesiologists, 2013).
a. Obstruksitotal
Keadaan dimana jalan nafas menuju paru-paru tersumbat total, sehingga tidak ada
udara yang masuk ke paru-paru. Terjadi perubahan yang akut berupa hipoksemia
yang menyebabkan terjadinya kegagalan pernafasan secara cepat. Sementara
kegagalan pernafasan sendiri menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi
kardiovaskuler dan menyebabkan pula terjadinya kegagalan SSP dimana penderita
kehilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan kelemahan motorik bahkan
mungkin pula terdapat renjatan (seizure). Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 –10
menit dapat mengakibatkan asfiksia (kombinasi antara hipoksemia dan
hipercarbi), henti nafas dan hentijantung.
b. Obstruksiparsial
Sumbatan pada sebagian jalan nafas sehingga dalam keadaan ini udara masih
dapat masuk ke paru-paru walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit. Bila tidak
dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak. Hal yang perlu diwaspadai pada
obstruksi parsial adalah Fenomena Check Valve yaitu udara dapat masuk, tetapi
tdk keluar.
LOOK:
Look untuk melihat apakah pasien agitasi/gelisah, mengalami penurunan kesadaran, atau
sianosis. Lihat juga apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Kaji
adanya deformitas maksilofasial, trauma leher trakea, dan debris jalan nafas seperti darah,
muntahan, dan gigi yang tanggal.
Kesadaran; “the talking patient” : pasien yang bisa bicara berarti airway bebas,
namun tetap perlu evaluasi berkala. Penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia
Agitasi memberi kesan adanyahipoksia
Nafas cuping hidung
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi
dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitarmulut
Adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang merupakan bukti
adanya gangguanairway.
LISTEN:
Dengarkan suara nafas abnormal, seperti:
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggifaring
Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridorekspirasi)
Hoarseness, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggifaring
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan
napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagalnapas
FEEL:
1. Pengelolaan Jalan Nafas dengan Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
Teknik Mengeluarkan Benda Asing Pada Pasien Dewasa Sadar
a. Manuver
Heimlich/Abdominal Thrust (hentakan pada perut), langkah – langkah sebagai
berikut:
1) Langkah1
Memastikan pasien/korban tersedak, tanyakan” apakah anda tersedak?”
Jikapasien/korbanmengiyakandenganbersuaradanmasihdapatbernafas
serta dapat batuk, mintalah pasien/korban batuk sekeras mungkin agar
benda asing dapat keluar dari jalan napas
Bila jalan napas pasien/korban tersumbat, dia tidak dapatberbicara,
bernapas, maupun batuk dan wajah pasien/korban kebiruan. Penolong harus
segera melakukan langkah berikutnya.
2) Langkah2
Bila pasien/korban berdiri penolong berdiri di belakang pasien/korban, bila
pasien/korban duduk penolong berlutut dan berada di belakang
pasien/korban.
Letakkan satu kaki di antara kedua tungkai pasien/korban
3) Langkah3
Lingkarkan lengan anda pada perut pasien/korban dan caripusar
Letakkan 2 jari di ataspusar
Kepalkan tangan yang lain
Tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas dua
jaritadi
Minta pasien/korban membungkuk dan genggam kepalan tangan anda
dengan tangan yanglain
Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5 kali)
Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5 kali hentakan
Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau pasien/korban
tidaksadar.
b. Chest Thrust (Hentakka Dada)
Langkahnya sama dengan Manuver Heimlich bedanya pada peletakan sisi
ibu jari kepalan tangan pada pertengahan tulang dada pasien/korban dan hentakan
dilakukan hanya ke arah dalam serta posisi kepala pasien/korban menyandar di
bahu penolong.
Teknik Pertolongan Sumbatan Benda Asing Pada Pasien Dewasa Tidak Sadar
a. Langkah 1
Posisikan pasien/korban terlentang di alas yang datar dan keras.
b. Langkah 2
1) Buka jalan napas pasien/korban dengan head tilt-chinlift
2) Periksa mulut pasien/korban untuk melihat bilamana tampak bendaasing.
3) Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan
teknik Cross Fingeryaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Kegagalan membuka nafas
dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di
daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
·
Gambar 4. Cross Finger
4) Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari (fingersweep).
c. Langkah 3
Evaluasi pernapasan pasien/korban dengan melihat, mendengar danmerasakan
Bila tidak ada napas, lakukan ventilasi
Bila jalan napas tersumbat, reposisi kepala dan lakukan ventilasiulang
d. Langkah 4
Bila jalan napas tetap tersumbat, lakukan 30 kompresi dada (posisi tangan
untuk kompresi dada sama dengan RJP dewasa)
e. Langkah 5
Ulangi langkah 2-4 sampai ventilasi berhasil (ventilasi berhasil bila terjadi
pengembangan dinding dada)
f. Langkah 6
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi ketika jalan napas bebas
Jika nadi tidak teraba, perlakukan sebagai henti jantung, lanjutkan RJP 30:2
Jika nadi teraba, periksapernapasan
Jika tidak ada napas, lakukan bantuan napas 10-12x/menit (satu tiupan tiap 5-6
detik) dengan hitungan satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, tiup. Ulangi
sampai 12 kali.
Jika nadi dan napas ada, letakkan pasien/korban pada posisirecovery
Evaluasi nadi, tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan tiap beberapa menit
c. Lalu, balikkan bayi sehingga bayi berada pada posisi menelungkup dan lakukan
tepukan di punggung (back blow) dengan menggunakan pangkal telapak tangan
sebanyak limakali.
Gambar 7. Tepukan Punggung (back blow) Pada Anak dibawah 1 tahun
Dalam melakukan teknik membebaskan jalan nafas agar selalu diingat untuk
melakukan proteksi Cervical-spine terutama pada pasien trauma/multipel trauma.
Gambar 8: Teknik HeadTilt-ChinLift Gambar 8: Teknik JawThrust
b. Nasopharyngeal Airway(NPA)
Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak antara lubang hidung
ke lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari oral airway. Disebabkan
adanya resiko epistaksis, nasal airway tidak boleh digunakan pada pasien yang diberi
antikoagulan atau anak dengan adenoid. Juga, nasal airway jangan digunakan pada
pasien dengan fraktur basis cranii. Setiap pipa yang dimasukkan melalui hidung
(nasal airway, pipa nasogastrik, pipa nasotrakheal) harus dilubrikasi. Nasal
airway lebih ditoleransi daripada oral airway pada pasien dengan anestesiringan.
4. Pengelolaan Jalan Nafas Dengan AlatLanjutan
a. Face Mask Design danTeknik
Penggunaan face mask dapat memfasilitasi pengaliran oksigen dari sistem
breathing ke pasien dengan pemasangan face mask dengan rapat (gambar 15).
Lingkaran dari face mask disesuaikan dengan bentuk muka pasien. Face mask yang
transparan dapat mengobservasi uap gas ekspirasi dan muntahan.
Ventilasi yang efektif memerlukan jalan nafas yang bebas dan face mask yang
rapat/tidak bocor. Teknik pemasangan face mask yang tidak tepat dapat menyebabkan
reservoir bag kempis walaupun klepnya ditutup, hal ini menunjukkan adanya
kebocoran sekeliling face mask. Sebaliknya, tekanan sirkuit breathing yang tinggi
dengan pergerakan dada dan suara pernafasan yang minimal menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.
Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw thrust
yang adekuat dan face mask yang rapat. Karena itu diperlukan seorang asisten untuk
memompa bag (gambar 16).
Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran airway. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi
jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur larings atau trakea. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal
karena kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat
dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus
diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
d. Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakang bila biomekanik trauma
mendukung.
Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat imobilisasi ini
harus dibuka untuk sementara, maka kepala harus dipakai sampai kemungkinan fraktur servikal dapat
disingkirkan.
3. Bila ada gangguan jalan nafas, maka dilakukan penanganan sesuai BHD
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengelolaan jalan nafas atau airway management adalah prosedur medis yang
dilakukan untuk mencegah obstruksi jalan napas untuk memastikan jalur nafas
terbuka antara paru-paru pasien dan udara luar. Hal ini dilakukan dengan membuka
jalan nafas atau mencegah obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh lidah, saluran
udara itu sendiri, benda asing, atau bahan dari tubuh sendiri, seperti darah dan cairan
lambung yangteraspirasi.
Obstruksi jalan nafas terbagi menjadi 2 yaitu obstruksi total dan parsial. Ada dua
gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju
nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Hilangnya
tonus otot jalan nafas bagian atas (misalnya kelemahan dari otot genioglosus) pada
pasien yang dianestesi menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh kebelakang kearah
dinding posterior faring. Pemasangan oral airway kadang-kadang difasilitasi dengan
penekanan refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan menekan lidah dengan
spatellidah.
Untuk menghilangkan sumbatan pada jalan nafas agar jalan nafas dapat terbuka
sehingga udara dapat masuk ke paru-paru dilakukan tatalaksana jalan nafas yang
terdiri dari pengeluaran benda asing/sumbatan dari saluran pernafasan menggunakan
teknik heimlich manuver dan abdominal thrust pada pasien sadar dan cross finger
dan finger sweep pada pasien tidak sadar; pengelolaan jalan nafas dengan teknik
manual yaitu head-tilt chin lift untuk pasien non trauma servikal dan jaw thrust
untuk pasien yang mengalami trauma servikal; pengelolaan jalan nafas dengan
bantuan alat sederhana yaitu Oropharyngeal airway (OPA) dan Nasopharyngeal
Airway; pengelolaan jalan nafas dengan alat lanjutan yaitu bag valve mask,
Laryngeal Mask Airway (LMA), combitube, intubasi dengan ETT. Lalu jika
prosedur invasif tersebut tidak berhasil, maka akan dilakukan tindakan pembedahan
untuk membuka jalan nafas, yaitu dengan krikotiroidektomi dan trakeostomi.
Manajemen jalan napas bedah sering dilakukan sebagai upaya terakhir dalam kasus
di mana Orotracheal dan intubasi nasotrakeal tidak mungkin atau kontraindikasi.
B. SARAN
Manajemen jalan nafas atau airway management merupakan tatalaksana pasien
yang sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan dengan tepat sehingga
penatalaksanaan pada pasien yang mengalami gangguan pada jalan nafas dapat teratasi.
Diperlukan keterampilan dari pemberi pertolongan dan pemberi pelayanan primer
terutama di ruang gawat darurat dan ruang intensif. Pelatihan mengenai tatalaksana jalan
nafas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan dalam penanganan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Prasenohadi. 2010. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. Jakarta: FK UI.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi 2nd ed. Jakarta: F
26