PENATAKSANAAN VENTILATOR
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
PARDIYANSA (201801124)
RAHMA (201801126)
SEPTIANA(201801134)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat-Nyalah sehingga asuhan keperawatan tentang penataklasanaan ventilator ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Asuhan keperawatan ini untuk
memenuhi tugas perkuliahan dan membantu para mahasiswa khususnya program studi ilmu
kesehatan.
Dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini kami telah berusaha untuk mencapai
hasil yang masksimul, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang kami miliki, kami harap dengan membaca makalah ini dapat menambah
wawasan kita, khususunya bagi penulis. Memang makalah ini jauh dari sempurna, maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Konsep Dasar Ventilator................................................................................
B. Asuhan Keperawatan Ventilator....................................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kamayani (2016) ventilasi mekanik adalah proses penggunaan
suatuperalatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara
atmosferdan alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru.
Sedangkanventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapatmempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang
lama.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah
positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi
tekanan dalam rongga thorax paling positif. Ventilasi mekanis yang melewati jalan
nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh untuk pelembaban dan
penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut
humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier
dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu
tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu
rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental
sehingga sulit dilakukan penghisapan.
Permasalahan pada sistem respirasi menjadi hal yang utama dan penting
penanganannya. Saat otak dan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen, dapat
berdampak pada suatu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas
hingga hilangnya nyawa. Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang
dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan
fungsi normalpertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke
keadaan normal. Dengan dibutuhkan ventilator bagi pasien di ruang ICU, maka
perawat sebagai tenaga profesional diharapkan tidak hanya dalam pengoperasiannya,
namun juga memberikan asuhan keperawatan kritis yang komprehensif bagi pasien
dengan ventilator.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mengenai ventilator mekanik?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kritis pasien dengan ventilator mekanik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai ventilator mekanik.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kritis pasien dengan ventilator
mekanik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.
(Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi, (Carpenito, Lynda Juall
2000).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah
suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan
cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau
ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau
negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic
pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan
Purnawan, 2010).
2. Etiologi
a. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular
yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks.
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari,
penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan
depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat
terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat
mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yang mendasar
e. Penyakit akut paru.
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
3. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
a. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan
b. Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat, dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan
anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan
hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi
bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood.
Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase
inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara
fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral
amiotrofik, dan miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori
sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak
membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering
untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit
neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di
lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung,
body wrap, dan chest cuirass.
Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif
yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama
epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang
selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat
portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik
tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan
ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan
dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan
dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi.
Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat
penggunaannya di rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat
tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
1) Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain,
siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara
atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau
kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian
dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu
ventilasi. Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus
dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan.
Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.
2) Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi
setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur
oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Sebagian besar
ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang menentukan frekuensi
pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang digunakn untuk orang
dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
3) Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-
positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini,
volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan.
Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator
mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya,
volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan,
sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat meski tekanan
jalan nafas beragam.
5. Indikasi
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah
ini diindikasikan menggunakan ventilator mekanis.
Indikasi utama pemasangan ventilator adalah adanya gagal napas atau
keadaan klinis yang mengarah ke gagal napas (gawat nafas yang tidak segera
teratasi). Kondisi yang mengarah ke gagal napas adalah termasuk hipoksemia
yang refrakter, hiperkapnia akut atau kombinasi keduanya. Indikasi lainnya adalah
pneumonia berat yang tetap hipoksemia walaupun sudah diberikan oksigen
dengan tekanan tinggi atau eksaserbasi PPOK dimana PaCO2nya meningkat
mendadak dan menimbulkan asidosis. Keputusan untuk memasang ventilator
harus dipertimbangkan secara matang. Sebanyak 75 % pasien yang
dipasang ventilator umumnya memerlukan alat tersebut lebih dari 48 jam.
Bila seorang terpasang ventilator lebih dari 48 jam maka kemungkinan dia tetap
hidup keluar dari rumah sakit (bukan saja lepas dari ventilator) jadi lebih kecil.
Secara umum bantuan napas mekanik (ventilator) dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu invasive Positive Pressure Ventilator (IPPV), dimana pasien sebelum
dihubungkan dengan ventilator diintubasi terlebih dahulu dan Non Invasive
Positive Pressure Ventilator (NIPPV), dimana pasien sebelum dihubungkan
dengan ventilator tidak perlu diintubasi. Keuntungan alat ini adalah efek samping
akibat tindakan intubasi dapat dihindari, ukuran alatnya relatif kecil, portabel,
pasien saat alat terpasan bisa bicara, makan, batuk, dan bisa diputus untuk
istirahat.
a. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia
yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator
mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator
mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan
disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat
berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
Penyebab Gagal Napas :
1) Penyebab sentral :
a) Trauma kepala : Contusio cerebri
b) Radang otak : Encepalitis.
c) Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
d) Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
2) Penyebab perifer :
a) Kelainan Neuromuskuler:
b) Guillian Bare syndrom
c) Tetanus
d) Trauma servikal.
e) Obat pelemas otot.
f) Kelainan jalan napas.
g) Obstruksi jalan napas.
h) Asma broncheal.
i) Kelainan di paru.
j) Edema paru, atelektasis, ARDS
k) Kelainan tulang iga / thorak.
l) Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
m) Kelainan jantung.
n) Kegagalan jantung kiri.
b. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat
peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps.
Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga
beban kerja jantung juga berkurang.
c. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
d. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
e. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
2) Central Nervous System disease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
f. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal napas / Respiratory failure akut maupun kronik
2) Penyakit paru-gangguan difusi
3) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch
6. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator
mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi
bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Komplikasi pada jalan nafas
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat
meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan
selang kontinu secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik
terjadi, jalan nafas harus diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA
meningkat.
Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua
tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi
adalah komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset
masih mengembang dapat menimbulkan kerusakan pita suara.
Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi
intubasi meliputi:
1) Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
2) Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang,
meningkatkan laju mortalitas.
3) Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu
kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
b. Pemeriksaan rontgen dada. Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses
penyakit yang tidak diketahui
c. Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
d. EKG. Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan.
Disritmia.
9. Gambaran dan Pengesetan Volume Ventilator
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator
mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam
harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan
paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah
arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
a. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).
b. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk
mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini dapat diatur
tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas
darah arteri.
c. Catat tekanan inspiratori puncak.
d. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi
sesuai dengan program medik dokter.
e. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya sehingga
pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg
dorongan inspirasi negatif).
f. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan PO2,
setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
g. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan gas
darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
h. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking” ventilator karena
alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada
oksigen 100% dengan bag resusitasi.
Pengkajian Peralatan :
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator berfungsi dengan
tepat dan bahwa pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski perawat tidak
benar-benar bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan pada ventilator
atau pengukuran parameter ventilator (biasanya ini merupakan tanggung jawab dari
ahli terapi pernapasan). Perawat bertanggung jawab terhadap pasien dan karenanya
harus mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi status pasien secara
keseluruhan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
c. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada trakea
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan utama.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah
disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi
terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan
secara independent, dependent, dan interdependent. Tindakan independent yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan
dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain.
Tindakan interdependent ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan
ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan
pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat
digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat.
Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur
kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam
menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu asuhan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal,
dan tanda-tanda vital adekuat.
b. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
c. Bebas dari cedera atau infeksi seperti yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan
jumlah sel darah putih.
d. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
e. Berkomunikasi secara efektif melalui pesantertulis, gerak tubuh, alat
komunikasi lainnya.
f. Dapat mengatasi masalah secara efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu proses penggunaan peralatan untuk membantu
sesorang bernapas yang sudah tidak dapat bernapas secara mandiri atau spontan.
Alatnya dinamakan ventilator. Dalam mengindikasikan penggunaan ventilator
maupun saat penyapihan ventilator ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
yaitu mengenai kondisi sistem respirasi keseluruhan dari pasien. Dalam asuhan
keperawatan kritis pasien dengan ventilator mekanik melalui beberapa tahapan yaitu
pengkajian (primer, sekunder, dan peralatan), diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul diantaranya gangguan pertukaran gas, pola napas
tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan ventilasi pontan,
gangguan penyapihan ventilator, gangguan komunikasi verbal, dan ansietas.
B. Saran
Bagi masyarakat, menjaga kesehatan tubuh selalu penting, salah satunya
kesehatan pada sistem respirasi. Apabila terjadi permasalahan dan menyebabkan
alveolus kolaps, maka penggunaan ventilator tidak dapat dihindari. Bagi perawat
hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan,
sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan risusitasi ABC
(Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses http://health and news darul
muttaqin .com/2017/14/ventilasi-mekanik.html (14 Februari 2017. 16.20)