KEPERAWATAN KRITIS
Disusun oleh :
Kelompok 1
A'ang Fajar Rizki NIM 0119056B
Agus Suwandito NIM 0119057B
Anita Silvianah NIM 0119058B
Athirotul NIM 0119060B
Wardah
Cholik Junaidi NIM 0119061B
1
LEMBAR PERNYATAAN
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan
Kritis pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan
dari Ibu Dr.Linda Presti F S.Kep.Ners., M.Kes selaku fasilitator dalam materi yang dibahas
pada makalah ini. Dan tidak lupa anggota kelompok yang ikut serta dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ............................... 1
LEMBAR PERNYATAAN ............................... 2
KATA PENGANTAR ............................... 3
DAFTAR ISI ............................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................... 5
B. Rumusan Masalah ............................... 5
C. Tujuan ............................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Ventilasi Mekanik Dan Ventilator ............................... 6
B. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik ............................... 6
C. Tujuan Ventilasi Mekanik ............................... 7
D. Indikasi Penggunaan Ventilator ............................... 7
E. Kriteria Pemasangan Ventilator ............................... 9
F. Klasifikasi ............................... 10
G. Mode Operasional ............................... 11
H. Penyapihan Ventilator ............................... 14
I. Komplikasi ............................... 15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................... 17
B. Diagnosa Keperawatan ............................... 20
C. Intervensi Keperawatan ............................... 20
D. Implementasi Keperawatan ............................... 24
E. Evaluasi Keperawatan ............................... 24
BAB IV PENUTUPAN
A. Simpulan ............................... 25
B. Saran ............................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan pada sistem respirasi menjadi hal yang utama dan penting
penanganannya. Saat otak dan tubuh tidak mendapatkan cukup okseigen, dapat
berdampak pada suatu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas hingga
hilangnya nyawa. Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan
kembali ke keadaan normal.
Dengan dibutuhkan ventilator bagi pasien di ruang ICU, maka perawat sebagai
tenaga profesional diharapakan tidak hanya dalam pengoperasiannya, namun juga
memberikan asuhan keperawatan kritis yang komprehensif bagi pasien dengan
ventilator.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI VENTILASI MEKANIK DAN VENTILATOR
Menurut Kamayani (2016), berdasarkan Urden, Stacy, Lough (2010), tujuan ventilasi
mekanik yaitu :
a. Tujuan fisiologis
Menurut Kamayani (2016) yang mengutip dari Chulay & Burns (2006)
Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk
memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk
memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi
kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara
klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima
yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan
indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah
ini diindikasikan menggunakan ventilator mekanis.
a. Gagal Napas
1) Penyebab sentral:
2) Penyebab perifer:
a) Kelainan Neuromuskuler:
c) Tetanus
d) Trauma servikal.
h) Asma broncheal.
i) Kelainan di paru.
m) Kelainan jantung.
b. Insufisiensi Jantung
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
d. Tindakan operasi
1) Neuromuscular Disease
4) Musculosceletal disease
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg
F. KLASIFIKASI
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru
pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio => I
(Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2
G. MODE OPERASIONAL
Mode operasional ventilator terdiri dari 2 mode yaitu mode kontrol dan mode alarm.
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT yang
telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan. Kesulitannya
buruknya faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi apnea model
ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Kamayani,2016)
Model ACV (Assist Control Ventilation)
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode yang
dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk
inspirasi maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control mode)
dan mempreset kepada volume tidal. Secara klinis banyak digunakan pada
sindroma Guillain Barre, postcardiac, edema pulmonari, Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) (Kamayani, 2016).
PEEP (Positive End-Expiratory pressure)
Mode yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan
tujuan untuk mencegah Atelektasis. Sewaktu akhir expiratory, airway pressure
tidak kembali ke titik nol. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan
yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. PEEP biasanya digunakan
bersamaan dengan mode lain seperti SIMV, ACV atau PS. Indikasi pada klien
yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia
difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan
penurunan curah jantung.
Mode IMV (Intermitten Mandatory Ventilation) dan SIMV (Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation)
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam
penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas
spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh
ventilador. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekuensi yang
di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi
sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada
ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga
pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan. SIMV dapat digunakan untuk ventilasi
dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma
minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi
klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas
kurang adekuat
Mode ASB / PSV : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Ventilation)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak
diberikan.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Ventilator ini berkemampuan
untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapihan ventilator.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
b. Alarm mode (mode alarm)
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan
adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk
meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996).
o Pengaturan ventilator
PaCO2 normal
o Selang Endotrakeal
o Jalan nafas
o Obat-obatan
o Pada paru
Keracunan oksigen
Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat
dari hiperventilasi.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.
Perdarahan lambung.
BAB III
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian Primer
Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru-paru tidak
terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda
asing dan akibat penurunan kesadaran. Pada survei primer, hal yang perlu dikaji
adalah:
a) Dangers
Bagaimana mengatasinya
b) Respons
d) Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas,
keteraturan nafas atau tidak
e) Circulation (Pendarahan)
a) Disability
b) Eksposure
a. Raut Muka
c. Mata
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar costae, nyeri
tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi,
suara nafas
e. Pemeriksaan perut
g. Pemeriksaan pelvis/genetalia
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator berfungsi dengan tepat
dan bahwa pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski perawat tidak benar- benar
bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan pada ventilator atau pengukuran
parameter ventilator (biasanya ini merupakan tanggung jawab dari ahli terapi
pernapasan). Perawat bertanggung jawab terhadap pasien dan karenanya harus
mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi status pasien secara keseluruhan.
perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Jenis ventilator
Alarm
PEEP
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan
napas, spasme jalan napas, dan disfungsi neuromuskuler.
4. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah dilakukan keperawatan selama ... x.. jam maka pertukaran gas meningkat
dengan kriteria hasil :
Dispnea meningkat (1)
(Observasi)
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, upaya napas, pola napas dan adanya
sumbatan jalan napas
2. Auskultasi bunyi napas
3. Monitor saturasi oksigen, dan nilai AGD
(Teraupeutik)
4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
5. Dokumentasikan hasil pemantauan
(Edukasi)
6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
7. Informasikan hasil pemantaua
Setelah dilakukan keperawatan selama ... x.. jam maka pola napas membaik dengan
kriteria hasil :
Dispnea menurun (5)
Diagnosa 3 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan napas, spasme jalan napas, dan disfungsi neuromuskuler.
Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama ... x.. jam maka bersihan jalan napas
meningkat dengan kriteria hasil :
Produksi sputum meningkat (1)
Mengi dan Wheezing meningkat (1)
Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama ... x.. jam maka ventilasi spontan meningkat
dengan kriteria hasil :
(Observasi)
Tujuan :
Setelah dilakukan keperawatan selama ... x.. jam maka penyapihan ventilator
meningkat dengan kriteria hasil :
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
Jalang, Roland Epinafus . 2017. Laporan Pendahuluan Ventilator. Program Profesi Ners
STIKES Citra Husada Mandiri Kupang. Diposting oleh Mariia Nohos.
Website : https://www.academia.edu/33244351/AA_LP_Ventilator . Diakses
pada 17 September 2020 pukul 12.13 WIB.
Kamayani, Made Oka A. 2016. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Udayana. Website :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/9bd02509924860fdf23626
d0f09a6c 6e.pdf . Diakses pada 16 September 2020 pukul 21.19 WIB.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.