Keperawatan
Neonatal
Oleh :
Dian eka sari
Dina kholidiyah
Kasus pada Neonatal
1. Prematuritas
2. BBLR
3. RDS
4. Asphixia
5. Hiperbilirubin
1. Prematuritas
Prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan,
sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang
2500 gram (Surasmi, dkk, 2003).
Patofisiologi prematuritas
• Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas
pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan
kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan
karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas
• Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan
mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme
lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori
yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan
• Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan
hipoglikemia
• Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan
hidup karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan
fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua
• Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada
otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan
lemak coklat sebagai sumber kalori
Asuhan keperawatan prematuritas
1. Pengkajian
• Pengkajian umum : pemeriksaan fisik
• Pengkajian saat proses kelahiran : umur kehamilan, ketuban, apgar scor
• Kardiovaskuler : Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-
160/menit pada bagian apikal dengan ritme yang teratur
• Gastrointestinal : Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen,
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek
menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada anus dan
ketidaknormalan kongenital lain
• Integument : kulit berwarna merah muda atau merah, sianosis, sedikit
vernix caseosa dengan rambut lanugo di sekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap,, kuku pendek belum melewati ujung
jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali
•Muskuluskeletal : gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
•Neurologis : suhu tubuh tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar,
kejang dan mata berputar-putar yang bersifat sementara tapi bisa
mengindikasikan adanya kelainanneurologis.
•Pernafasan : RR rata-rata antara 40-60 kali/menit dan diselingi dengan
periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal melebar (nasal
melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal,
substernal), terdengar suara gemerisik saat bernapas.
Diagnosa keperawatan
Airway Management
1)Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
2)Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantuan.
3)Lakukan suction bila perlu.
4)Auskulatasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
5)Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapy
1)Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
2)Pertahankan jalan nafas yang paten.
3)Atur peralatan oksigenasi.
4)Monitor aliran oksigen.
5)Pertahankan posisi pasien.
6)Observasi adanya tanda-tanda distres respirasi seperti retraksi, takipneu, apneu, sianosis.
Vital Sign Monitoring
1)Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
2) Monitor frekuensi dan kualitas nadi.
3) Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
4)Monitor suara paru.
5)Monitor pola pernapasan abnormal.
6)Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
7)Monitor adanya sianosis perifer.
8)Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
prematuritas.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam bayi dapat diberikan minum
ASI dengan efektif.
Kriteria Hasil:
1) Tetap mempertahankan laktasi.
2) Perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam batas normal.
3) Kemampuan penyedia perawatan dalam melakukan penghangatkan, pencairan, dan
penyimpanan ASI secara aman.
4) Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari.
5) Tidak ada respon alergi sistemik pada bayi.
6)Status respirasi seperti jalan napas, pertukaran gas, dan ventilasi napas bayi adekuat.
7)Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6˚C-37,2˚C
Pernafasan : 30-40 kali/menit
INTERVENSI
• Bottle Feeding
1)Posisikan bayi semi fowler.
2)Letakkan pentil dot di atas lidah bayi.
3)Monitor atau eveluasi reflek menelan sebelum memberikan susu.
4)Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan susu formula
yang kental atau dalam bentuk bubuk.
5)Pantau berat badan bayi setiap hari.
6)Bersihkan mulut bayi setelah bayi diberikan susu.
• Lactation Suppression
1)Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahanan
keberhasilan proses pemberian ASI.
2)Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI (secara
manual atau elektrik), cara mengumpulkan dan menyimpan ASI.
2. BBLR
• Berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir
yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat Bayi badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Patofisiologi
1) Faktor ibu Bayi lahir dengan
2) Faktor janin berat badan <
3) Faktor lingkungan 2500
• Monitor Respirasi :
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya bernapas
- Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu pernapasan
- Monitor adanya cuping hidung
- Monitor pada pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul, cheyne
stokes, apnea
- Monitor adanya penggunaan otot diafragma
- Auskultasi suara napas, catat area penurunan dan ketidakadanya ventilasi dan bunyi napas.
2. Hipotermi b.d terpapar lingkungan dingin.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan hipotermi teratasi.
Kriteria hasil:
Termoregulasi Neonatus :
-Suhu axila 36-37˚ C
-RR : 30-60 X/menit
-Warna kulit merah muda
-Tidak ada distress respirasi
-Tidak menggigil
-Bayi tidak gelisah
-Bayi tidak letargi
INTERVENSI
- Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke tempat yang hangat (di
dalam incubator atau di bawah lampu sorot)
- Bila basah segera ganti pakaian bayi dengan yang hangat dan kering, beri
selimut
- Monitor suhu bayi
- Monitor gejala hipotermi : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit.
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake/output
3. Resiko infeksi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan bayi
terhindar dari tanda dan gejala infeksi.
Kriteria Hasil:
•Status Imun :
-RR : 30-60X/menit
-Irama napas teratur
-Suhu 36-370 C
-Integritas kulit baik
-Integritas nukosa baik
-Leukosit dalam batas normal
Intervensi
1. Mengontrol Infeksi :
- Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain
- Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular
- Batasi pengunjung
- Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan
- Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Beri antibiotik bila perlu.
2. Mencegah Infeksi
•Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
•Batasi pengunjung
•Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
•Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
•Bila perlu pertahankan teknik isolasi
•Beri perawatan kulit pada area eritema
•Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan
drainase
•Dorong masukan nutrisi yang cukup
5. Hiperbilirubin
• Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam
darah ( Wong, hal 432). Peningkatan kadar serum bilirubin
disebabkan oleh deposisi pigmen bilirubin yang terjadi waktu
pemecahan sel darah merah. Phototerapi merupakan terapi untuk
hiperbilirubin. Tranfusi tukar dilakukan pada keadaan masa gestasi
yang kurang daan keadaan bayi secara umum.
Patofisiologi Hiperbilirubin
• Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal
ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia.
• Terjadi gangguan pemecahan bilirubin plasma
• Peningkatan bilirubin
• Suplai bilirubin melebihi tampungan hepar
• Ikterus pada bayi
Askep hiperbilirubin
1. Pengkajian
1)dentitas pasien dan keluarga
2)Riwayat Keperawatan
a.Riwayat Kehamilan Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat
yang meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat
proses konjungasi sebelum ibu partus.
b.Riwayat Persalinan Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau Data Obyektifkter.
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
c.Riwayat Post natal Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi
tampak kuning.
d.Riwayat Kesehatan Keluarga Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak
Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati ( hepatitis ).
e.Riwayat Pikososial Kurangnya kasih saying karena perpisahan, perubahan peran
orang tua.
f.Pengetahuan Keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu ⇒ bayi
yang ikterus.
g. Kebutuhan Sehari – hari
1) Nutrisi
•Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah ) sehingga BB bayi
mengalami penurunan
2) Eliminasi
•Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja berwarna
pucat
3) Istirahat
•Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun
4) Aktifitas
•Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik.
5) Personal hygiene
•Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu
i. Pemeriksaan fisik
•Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ). Reflek hisap
pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang / tremor ). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome,
sclera mara kuning ( kadang – kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan
feses.
Diagnosa Keperawatan