Anda di halaman 1dari 63

Asuhan

Keperawatan
Neonatal
Oleh :
Dian eka sari
Dina kholidiyah
Kasus pada Neonatal
1. Prematuritas
2. BBLR
3. RDS
4. Asphixia
5. Hiperbilirubin
1. Prematuritas
Prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan,
sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang
2500 gram (Surasmi, dkk, 2003).
Patofisiologi prematuritas
• Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas
pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan
kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan
karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas
• Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan
mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme
lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori
yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan
• Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan
hipoglikemia
• Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan
hidup karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan
fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua
• Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada
otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan
lemak coklat sebagai sumber kalori
Asuhan keperawatan prematuritas
1. Pengkajian
• Pengkajian umum : pemeriksaan fisik
• Pengkajian saat proses kelahiran : umur kehamilan, ketuban, apgar scor
• Kardiovaskuler : Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-
160/menit pada bagian apikal dengan ritme yang teratur
• Gastrointestinal : Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen,
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek
menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada anus dan
ketidaknormalan kongenital lain
• Integument : kulit berwarna merah muda atau merah, sianosis, sedikit
vernix caseosa dengan rambut lanugo di sekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap,, kuku pendek belum melewati ujung
jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali
•Muskuluskeletal : gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
•Neurologis : suhu tubuh tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar,
kejang dan mata berputar-putar yang bersifat sementara tapi bisa
mengindikasikan adanya kelainanneurologis.
•Pernafasan : RR rata-rata antara 40-60 kali/menit dan diselingi dengan
periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal melebar (nasal
melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal,
substernal), terdengar suara gemerisik saat bernapas.
Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas


otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakadekuatan pemberian ASI berhubungan dengan
prematuritas.
Masalah Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam jalan nafas dalam
kondisi bebas atau paten dan pola nafas mejadi efektif.
Kriteria Hasil :
1) Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, bayi mampu
bernapas dengan mudah.
2)Irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam batas normal (30-40
kali/menit pada bayi), tidak ada suara nafas abnormal.
3)Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6˚C-37,2˚
Pernafasan:30-40 kali/menit
INTERVENSI

Airway Management
1)Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
2)Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantuan.
3)Lakukan suction bila perlu.
4)Auskulatasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan.
5)Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapy
1)Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
2)Pertahankan jalan nafas yang paten.
3)Atur peralatan oksigenasi.
4)Monitor aliran oksigen.
5)Pertahankan posisi pasien.
6)Observasi adanya tanda-tanda distres respirasi seperti retraksi, takipneu, apneu, sianosis.
Vital Sign Monitoring
1)Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
2) Monitor frekuensi dan kualitas nadi.
3) Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
4)Monitor suara paru.
5)Monitor pola pernapasan abnormal.
6)Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
7)Monitor adanya sianosis perifer.
8)Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
prematuritas.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam bayi dapat diberikan minum
ASI dengan efektif.
Kriteria Hasil:
1) Tetap mempertahankan laktasi.
2) Perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam batas normal.
3) Kemampuan penyedia perawatan dalam melakukan penghangatkan, pencairan, dan
penyimpanan ASI secara aman.
4) Berat badan bayi bertambah 20-30 gram/hari.
5) Tidak ada respon alergi sistemik pada bayi.
6)Status respirasi seperti jalan napas, pertukaran gas, dan ventilasi napas bayi adekuat.
7)Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.
Nadi : 120-130 kali/menit
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6˚C-37,2˚C
Pernafasan : 30-40 kali/menit
INTERVENSI

• Bottle Feeding
1)Posisikan bayi semi fowler.
2)Letakkan pentil dot di atas lidah bayi.
3)Monitor atau eveluasi reflek menelan sebelum memberikan susu.
4)Tentukan sumber air yang digunakan untuk mengencerkan susu formula
yang kental atau dalam bentuk bubuk.
5)Pantau berat badan bayi setiap hari.
6)Bersihkan mulut bayi setelah bayi diberikan susu.

• Lactation Suppression
1)Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahanan
keberhasilan proses pemberian ASI.
2)Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI (secara
manual atau elektrik), cara mengumpulkan dan menyimpan ASI.
2. BBLR
• Berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir
yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat Bayi badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Patofisiologi
1) Faktor ibu Bayi lahir dengan
2) Faktor janin berat badan <
3) Faktor lingkungan 2500

Masalah yang muncul:


1.Suhu
2.Gangguan pencernaan
3.Masalah pernafasan
4.Ginjal Alat tubuh yang belum
5.Gangguan imunologik berfungsi dengan baik
6.Perdarahan intraventrikuler
Masalah yang bisa timbul:
1) Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh
penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih
luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas
yang berkurang
2) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit
berat pada BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernapasan yang masih lemah
3) Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi
abdomen akibat dari motilitas usus kurang, volume lambung
kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
4) Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis,
produksi urine berkurang.
5) Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi
prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
6) Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena
bayi prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom
pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan
hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke
otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak
adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga
mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.
Askep BBLR
1. PENGKAJIAN
1) Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari
rata-rata 20 jam.
2) Pernafasan
- Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah
kelahiran cesaria atau persentasi bokong.
- Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan
sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret
yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan
cuping hidung.
3) Makanan/ cairan
•Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan
kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan
dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena
refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120-150ml/kg BB/ hari.
4) Berat badan
•Kurang dari 2500 gram
5) Suhu
•BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
6) Integumen
•Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering.
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
Rencana keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas
Tujuan :
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway patency.
3. Vital sign Status
Kriteria Hasil :
-Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
-Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
-Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan).
Intervensi
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
• Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
• Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
• Airway Suction
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
- Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
- Monitor status oksigen pasien
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan sucsion
- Hentikan sucsion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
• Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status oksigen
3. RDS
• Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan
dimana bayi mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan
kurang atau tidak adanya surfaktan dalam paru-paru (Nelson, 2000)
Patofisiologi RDS
• Tidak adanya surfaktan berperan dalam kegagalan
mengembangkan kapasitas residu fungsional
(Functional Residual Capasity) dan kecenderungan
paru-paru terkena atelektasis serta mempunyai
korelasi dengan tegangan permukaan alveolar yang
tinggi. Sintesis surfaktan sebagian bergantung pada
pH, suhu dan perfusi normal. Sintesis dapat ditekan
juga dalam keadaan asfiksia, hipoksemia, hipotensi
maupun jejas akibat kadar oksigen yang turun pada
alveolar.
Lanjutan

• Definisi sintesis atau pelepasan surfaktan bersama dengan unit


saluran pernafasana dan dinding dada yang lemah, menghasilkan
atelektasis, mengakibatkan adanya perfusi pada alveolus tetapi
tidak ada ventilasi dan menyebabjan hipoksia.
Askep RDS
1. Pengkajian
1) Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
2) Riwayat kesehatan :
a. Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting
, RR, cuping hidung
b. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses
persalinan
3) Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign
-Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi normal. Refraksi
strenum dan interkosta, nafas cuping hidung, cyanosis pada
udara kamar, grunting, respirasi cepat atau lambat
-Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi lemah/cepat, akral
dingin/hangat, cyanosis perifer
-Sistem gastrointestinal : muntah, kembung, peristaltik
menurun/meningkat
-Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
Diagnosa keperawatan

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas


neurologis (defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan
alveolar)
2) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan
yang dingin
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler-alveolar
Rencana tindakan
1. pola nafas tidak efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x 24 jam,
pertukaran gas pasien menjadi efektif, dengan kriteria :
Status Respirasi : Ventilasi :
-Pasien menunjukkan peningkatan ventilasai dan oksigenasi
adequat berdasarkan nilai AGD sesuai parameter normel pasien
-Menunjukkan fungsi paru yang normal dan bebas dari tanda-
tanda distres pernafasan
Intervensi
• Monitor Respirasi :
- Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk bernafas.
- Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot bantu dan
retraksi dinding dada.
- Monitor suara nafas, saturasi oksigen, sianosis
- Monitor kelemahan otot diafragma
- Catat onset, karakteristik dan durasi batuk
- Catat hasil foto rontgen
• Terapi Oksigen :
- Kelola humidifikasi oksigen sesuai peralatan
- Siapkan peralatan oksigenasi
- Kelola O2 sesuai indikasi
- Monitor terapi O2 dan observasi tanda keracunan O2
• Manajemen Jalan Nafas :
- Bersihkan saluran nafas dan pastikan airway paten
- Monitor perilaku dan status mental pasien, kelemahan ,
agitasi dan konfusi
- Posisikan klien dgn elevasi tempat tidur
- Bila klien mengalami unilateral penyakit paru, berikan posisi
semi fowlers dengan posisi lateral 10-15 derajat / sesuai
toleransi
- Monitor efek sedasi dan analgetik pada pola nafas klien
• Manajemen Asam Basa :
- Kelola pemeriksaan laboratorium
- Monitor nilai AGD dan saturasi oksigen dalam batas normal
- Kolaborasi
2. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas (defisiensi surfaktan dan
ketidak-stabilan alveolar).
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola
nafas efektif.
kriteria hasil:
Status Respirasi : Ventilasi :
-Pernapasan pasien 30-60X/menit.
-Pengembangan dada simetris.
-Irama pernapasan teratur
-Tidak ada retraksi dada saat bernapas
-Inspirasi dalam tidak ditemukan
-Saat bernapas tidak memakai otot napas tambahan
-Bernapas mudah
-Tidak ada suara napas tambahan
Intervensi
• Manajemen Jalan Nafas :
- Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ektensi jika memungkinkan.
- Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
- Auskultasi suara nafas
- Monitor respirasi dan status oksigen
• Monitor Respirasi :
- Monitoring kecepatan, irama, kedalaman dan upaya nafas.
- Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu
pernafasan
- Monitor adanya cuping hidung
- Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi, respirasi
kusmaul, apnea
- Monitor adanya lelemahan otot diafragma
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan ketidak adanya ventilasi
dan bunyi nafas
3. Hipotermia b.d berada di lingkungan yang dingin
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
hipotermia teratasi.
Kriteria Hasil :
Termoregulasi Neonatus :
-Suhu axila 36-37˚C
-RR : 30-60 X/menit
-Warna kulit merah muda
-Tidak ada distress respirasi
-Tidak menggigil
-Bayi tidak gelisah
-Bayi tidak letargi
• Pengobatan Hipotermi :
- Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke dalam
lingkungan / tempat yang hangat (didalam inkubator
atau lampu sorot)
- Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah dengan
pakaian yang hangat dan kering, berikan selimut.
- Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis,
perubahan warna kulit
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output
4. Asfiksia
• Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).
Patofisiologi Asfiksia
• Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama
kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk
respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan
cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli
secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan
mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat
secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup
bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam
aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang
sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan
mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam
arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap
tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan
dipertahankan.
Faktor
Hipoksia Bayi lahir dg
penyebab
pada janin asfiksia
asfiksia

Kemungkinan yang terjadi:


Pada awalnya akan terjadi konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit
sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan
meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard
dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ
vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy
(HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan
kematian bayi baru lahir.
Askep Asfiksia
1. Pengkajian
•Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
•Riwayat kesehatan :
•Pemeriksaan fisik:
- Keadaan umum tampak lemah
- Kepala : bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup.
- Mata : sklera tak ikterik, konjungtifa tak anemis
- Hidung : bentuk simetris, ada cuping hidung, nampak megap-megap, belum napas
- Telinga : bentuk simetris, tak ada kotoran
- Mulut : bibir sianosis, membran mukosa tak kering
- Leher : tak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Dada : bentuk simetris, ada retraksi dada
- Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik)
- Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit
- Paru-paru : masih terdengar suara nafas tambahan ( ronkhi basah +)
- Abdomen : meteorismus + tali pusat berwarna putih dan masih basah
- Kulit : warna kulit sianosi
- Extremitas : tak ada tonus otot, tonus otot sedikit/lemah
- Refleks : tak ada reflek moro
Diagnose keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2) Hipotermi berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin
3) Resiko infeksi berhubungan dengan presedur invasif.
Rencana Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d hipoventilasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas efektif
diharapkan pola napas bayi efektif.
Kriteria hasil:
1. Pernapasan pasien 30-60X/menit.
2. Pengembangan dada simetris.
3. Irama pernapasan teratur
4. Tidak ada retraksi dada saat bernapas
5. Inspirasi dalam tidak ditemukan
6. Saat bernapas tidak memakai otot napas tambahan
7. Bernapas mudah tidak ada suara napas tambahan
INTERVENSI
• Manajemen Jalan Napas :
- Buka jalan napas
- Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
- Identifikasi bayi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
- Keluarkan sekret dengan suctin
- Monitor respirasi dan ststus oksigen bila memungkinkan

• Monitor Respirasi :
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya bernapas
- Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu pernapasan
- Monitor adanya cuping hidung
- Monitor pada pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul, cheyne
stokes, apnea
- Monitor adanya penggunaan otot diafragma
- Auskultasi suara napas, catat area penurunan dan ketidakadanya ventilasi dan bunyi napas.
2. Hipotermi b.d terpapar lingkungan dingin.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan hipotermi teratasi.
Kriteria hasil:
Termoregulasi Neonatus :
-Suhu axila 36-37˚ C
-RR : 30-60 X/menit
-Warna kulit merah muda
-Tidak ada distress respirasi
-Tidak menggigil
-Bayi tidak gelisah
-Bayi tidak letargi
INTERVENSI
- Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke tempat yang hangat (di
dalam incubator atau di bawah lampu sorot)
- Bila basah segera ganti pakaian bayi dengan yang hangat dan kering, beri
selimut
- Monitor suhu bayi
- Monitor gejala hipotermi : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit.
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake/output
3. Resiko infeksi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan bayi
terhindar dari tanda dan gejala infeksi.
Kriteria Hasil:
•Status Imun :
-RR : 30-60X/menit
-Irama napas teratur
-Suhu 36-370 C
-Integritas kulit baik
-Integritas nukosa baik
-Leukosit dalam batas normal
Intervensi
1. Mengontrol Infeksi :
- Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain
- Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-penyakit menular
- Batasi pengunjung
- Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
berkunjung
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan
- Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Beri antibiotik bila perlu.
2. Mencegah Infeksi
•Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
•Batasi pengunjung
•Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
•Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
•Bila perlu pertahankan teknik isolasi
•Beri perawatan kulit pada area eritema
•Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan
drainase
•Dorong masukan nutrisi yang cukup
5. Hiperbilirubin
• Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam
darah ( Wong, hal 432). Peningkatan kadar serum bilirubin
disebabkan oleh deposisi pigmen bilirubin yang terjadi waktu
pemecahan sel darah merah. Phototerapi merupakan terapi untuk
hiperbilirubin. Tranfusi tukar dilakukan pada keadaan masa gestasi
yang kurang daan keadaan bayi secara umum.
Patofisiologi Hiperbilirubin
• Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal
ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia.
• Terjadi gangguan pemecahan bilirubin plasma
• Peningkatan bilirubin
• Suplai bilirubin melebihi tampungan hepar
• Ikterus pada bayi
Askep hiperbilirubin
1. Pengkajian
1)dentitas pasien dan keluarga
2)Riwayat Keperawatan
a.Riwayat Kehamilan Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat
yang meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat
proses konjungasi sebelum ibu partus.
b.Riwayat Persalinan Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan atau Data Obyektifkter.
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoxin dan aspixin.
c.Riwayat Post natal Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat kulit bayi
tampak kuning.
d.Riwayat Kesehatan Keluarga Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak
Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati ( hepatitis ).
e.Riwayat Pikososial Kurangnya kasih saying karena perpisahan, perubahan peran
orang tua.
f.Pengetahuan Keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu ⇒ bayi
yang ikterus.
g. Kebutuhan Sehari – hari
1) Nutrisi
•Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah ) sehingga BB bayi
mengalami penurunan
2) Eliminasi
•Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja berwarna
pucat
3) Istirahat
•Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun
4) Aktifitas
•Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik.
5) Personal hygiene
•Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu

i. Pemeriksaan fisik
•Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama suhu tubuh ( hipo / hipertemi ). Reflek hisap
pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang / tremor ). Hidrasi bayi
mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome,
sclera mara kuning ( kadang – kadang terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan
feses.
Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan


jounndice
2) Resiko terjadi Injuri berhubungan dengan phototerapi
3) Gangguan Temperatur tubuh berhubungan dengan
phototerapy
Rencana Keperawatan
1. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan jounndice
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan integritas kulit teratasi.
kriteria Hasil:
-Kadar bilirubin dalam batas normal
-Kulit tidak berwarna kuning
-Daya isap bayi meningkat
-Pola BAB dan BAK normal
INTERVENSI

- Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4 – 8 jam


- Monitor kadaan bilirubin direks dan indireks, laporkan pada Data
Obyektifkter jika ada kelainan
- Ubah posisi miring atau tengkurap. Perubahan posisi setiap 2 jam
berbarengan dengan perubahan posisi, lakukan massage dan monitor
keadaan kulit.
- Jaga kebersihan dan kelembaban kulit
- Pemeriksaan lab ( Bilirubin)
2. Resiko terjadi Injuri berhubungan dengan phototerapi
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan sellama 1x24 jam diharapkan resiko
injury teratasi.
Kriteria Hasil:
-Adanya kontak mata waktu mata dibuka
-Adanya respon ketika diajak bicara
-Bayi bebas dari komplikasi
Intervensi
- Letakkan bayi + 18 inchi dari sumber cahaya
- Tutup mata dengan kain yang dapat menyerap cahaya dan dapat
memproteksi mata dari sumber cahaya.
- Matikan lampu dan buka penutup mata bayi setiap 8 jam lakukan inspeksi
warna sclera
- Pada waktu menutup mata bayi yakinkan bahwa penutup tidak menutupi
hidung
- buka penutup mata waktu memberi makan bayi
- Ajak bicara bayi selama perawatan.
3. Gangguan Temperatur tubuh berhubungan dengan phototerapi.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Suhu
tubuh bayi kembali normal dan stabil dalam waktu.
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 36ᵒC - 37ᵒC
- Membran mukosa lembab
Intervensi

- Pertahankan suhu lingkungan yang netral Generated.


- Pertahankan suhu tubuh 36,50C - 370C jika demam lakukan
kompres/axilia untuk mencegah cold/heat stress
- Cek tanda Vital setiap 2 – 4 jam sesuai yang dibutuhkan
- Kolaborasi pemberian antipiretik jika demam
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai