Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR

Disusun :

Aulia Rizqi Nabella (2107017)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TA 2022/2023
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai
dengan usia empat minggu (Deasy, kk... 2020).

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu,
berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm,
lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm. frekuensi denyut jantung 120-
160 kali permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity
Respiration (APGAR)>7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia
pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai
dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk
dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik (Armini, 2017).

2. ETIOLOGI

1. His (Kontraksi otot rahim)


2. Kontraksi otot dinding perut.
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

3. MANIFESTASI KLINIS

1. Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a) Berat kurang dari 2500 gram
b) Panjang badan kurang dari 45 cm.
c) Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f) Kepala lebih besar dari badan (Saleha, 2012: 27).
g) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h) Otot hipotonik lemah.
i) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k) Kepala tidak mampu tegak.
l) Pernapasan 40 –50 kali / menit. m. Nadi 100 –140 kali / menit.

4. PATOFISIOLOGI
Adaptasi fisiologis

Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:

1) Sistem pernafasan
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernafasan pada neonatus
biasanya pernafasan diafragma dan ahnominal. Sedangkan respirasi setelah
beberapa saat kelahiran yaitu 30-60 x/menit.
2) Jantung dan sirkulasi darah
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat.
Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus botali tidak
berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi
karena pemotongan tali pusat
3) Saluran pencernaan
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24
jam pertama.
4) Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat
Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase)
yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
5) Metabolisme
Pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
6) Produksi panas
Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran "brown fat" (lemak coklat)
yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa.
7) Kelenjar endokrin
Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai
berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.lemak sehingga kadar gula
darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. Pada neonatus yang mengalami
hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non
Sheviring
8) Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar
daripada kalium .

9) Susunan saraf
Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32
Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin
amat sensitif terhadap cahaya
10) Imunologi
Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi

5. Pathways

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Sel Darah Putih 18000/mm.


2) Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis)
3) Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
4) Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
5) Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
6) Detrosik: Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
mg/dl.meningkat mg/dl pada hari ke 3.

7. KOMPLIKASI
1. Sebore

2. Ruam

3. Moniliasis

4. Ikterus fisiologi

5. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata

6. Kardiovaskular: penurunan tekanan darah secara berangsur

7. Pernafasan: Menurunnya konsumsi oksigen.

8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

8. PENATALAKSANAAN

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada
kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama
kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya
untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap
kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap
kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah
potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant
death syndrome (SIDS)

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk


membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi Asuhan bayi baru lahir
meliputi

1) Pencegahan Infeksi (PI)

2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai apakah
bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah
seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan:

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

c) Apakah tonus otot bayi baik bayi bergerak aktif

Jika ada jawaban "tidak" kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga


harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi
tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

3) Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan tidak ada
tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas
dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan
tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya. menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan
proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari. menemukan puting, dan
mulai menyusu, Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-
45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu
payudara (Kementerian Kesehatan RI. 2013). Jika bayi belum menemukan
puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu
dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika
bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep
mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada
ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam. kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan
RI, 2013).

6) Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata diberikan
untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika
profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian
salep atau tetes mata harus tepat jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K dosis tunggal

di paha kiri Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K
sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat
diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau
secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin
K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).

8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan


Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
vitamin Kl yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).

9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) Pemeriksaan BBL bertujuan untuk


mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas
kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena
risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, saat
kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada
umur 4- 7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

10) Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6
bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan
dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1) Pengkajian

a) Aktivitas

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma.saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat (REM) tidur schari rata-rata 20 jam.

b) Sirkulasi

Rata-rata nadi apical dpm, meningkat sampai 120 dpm pada jam setelah
kelahiran). Nadi perifer mungkin melemah,murmur jantung sering ada selama
periode transisi, TD berentang dari mmHg (sistolik)/40-45 mmHg (diastolik)
Tali pusat diklem dengan aman tanpa rembesan darah,menunjukan tanda-tanda
pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran mengerut dan menghitam pada hari ke 2
atau ke 3.

c) Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6- 10 popok basah
per 24 jam. Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.

d) Makanan atau cairan

Berat badan rata-rata gram. Penurunan berat badan di awal 5%- 10%c.
Neurosensori Lingkar kepala cm, fontanel anterior dan posterior lunak dan
datar, Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari. Mata
dan kelopak mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka
sering ada.

e) Pernapasan

Takipnea, pernapasan dangkal, ekspirasi sulit.

f) Seksualitas

Genitalia wanita: Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda


vagina/hymen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas berdarah
sedikit (pseudo menstruasi) mungkin ada.

Genitalia pria :Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).

2) ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS : Ketidak kuatan pertahan Risiko infeksi (D.0141)

DO : kulit memerah tubuh sekunder


Sianosis, Bunyi napas
menurun,Frekuensi napas
berubah

DS : Tidak ada riwayat Kurangnya lapisan lemak Risiko hipotermi


penyakit keturunan dari subkutan (D.0140)
keluarga

DO : Bayi berada didalam


incubator, Daya hisap
lemah, Bayi gerak hanya
saat tidak nyaman,
lapar,dan saat ada
rangsangan,selebihnya
tidur

DS : Spasme jalan nafas Bersihan jalan nafas

DO : tidak efektif (D.0001)

Gelisah,sianosis,Bunyi
napas menurun, Frekuensi
napas berubah,Pola napas
berubah

DS : Tidak rawat gabung Menyusui tidak efektif

Intake bayi tidak (D.0029)

adekuat,Bayi menghisap
tidak terus,Bayi menangis
saat disusui, Bayi rewel
dan menangis terus dalam
jam-jam pertama setelah
menyusui,Menolak untuk
menghisap

3) DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Risiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan pertahan tubuh


sekunder (D. 0141)

b. Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan


(D.0140)

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(D.0001)

d. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung (D.0029)


4) Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Risiko Infeksi Setelah PENCEGAHAN INFEKSI (1.14539) 1. Berisiko


Berhubungan Dilakukan Observasi Mengalami
Dengan Tindakan Peningkatan
1. Monitor Tanda Dan Gejala
Ketidakadekuatan Keperawatan Terserang
Infeksi Lokal
Pertahan Tubuh 3x24jam ,Dihara Organisme
Terapeutik
Sekunder (D. pkan : Patogenik
0141) 1. Cucl Tangan Sebelum Dan
1. Tingkat
Sesudah Kontak Dengan
infeksi
Pasien
Menurun
2. Batasi Jumlah Kunjungan
(L.13137
Pertahankan Teknik Aseptic
)
Kolaborasi

1. Kolaborasi Pemberian
Imunisasi. Jika
Perluinformasikan Penundaan
Pemberian Imunisasi Tidak
Berarti

Mengulang jadwal Imunisasi


kembali

2. Informasikan Penyedia
Layanan Pekan Imunisasi
Nasional Yang Menyediakan
Vaksin Gratis

2 Risiko Setelah Manajemen Hipotermi (1.14507) 1. Berisiko


Berhubungan Dilakukan Observasi Mengalami

Hipotermia Tindakan Kegagalan


1. Monitor Suhu Tubuh
Dengan Keperawatan 3x Termoregulasi
2. Identifikasi Penyebab
Kurangnya 24 Jam, Yang Dapat
Hipotermia (Mis, Terpapar
Subkutan Lapisan Diharapkan : Mengakibatkan
Suhu Lingkungan Rendah,
Lemak (D.0140) Suhu Tubuh
Pakaian Tipis, Kerusakam
Berada Dibawah
1. Kemampuan Hipotalamus, Penurunan Laju
Rentang Normal
Mengenali Metabolisme, Kekurangan
Perubahan Status 2. Mengidentifikasi
Lemak Subkutan)
Dan Mengelola
Kesehatan 3. Monitor Tanda Dan Gejala
Suhu Tubuh
Meningkat Akibat Hipotermia
Dibawah
2. Penggunaan (Hipotermia Ringan: Takipnea
Rentang
Fasilitas Disartria, Menggigil,
Normal.
Kesehatan Hipertensi, Diuresis;
Meningkat Hipotermia Sedang: Aritmia,
Kontrol Risiko Hipotensi, Apatis,

(L.14128) Koagulopati. Berat: Oliguria,


Refleks Refleks Menurun;
Hiptermia Menghilang, Edema
Paru, Asam- Basa Abnormal)
Terapeutik

1. Sediakan Lingkungan Yang


Hangat (Mis, Atur Suhu
Ruangan, Inkubator) Ganti
Pakaian Dan/Atau Linen Yang
Basah

2. Lakukan Pengahangatan Pasif


(Mis, Selimut, Menutup
Kepala, Pakaian Tebal)

3. Lakukan Penghangatan Aktif


(Mis, Kompres Hangat, Botol
Hangat, Selimut Hangat,
Perawatan Metode Kanguru)

4. Lakukan Penghangatan Aktif


Internal (Mis, Infus Cairan
Hangat, Oksigen Hangat,
Lavase Peritoneal Dengan
Cairan Hangat)

3 Bersihkan Jalan Setelah Pemantauan Respirasi (I. 01014) Mengumpulkan Dan


Nafas Tidak Dilakukan Menganalisis Data
Efektif Tindakan Untuk Memastikan
Observasi
Berhubungan Keperawatan Kepatenan Jalan Napas
1. Monitor Frekuensi, Irama,
dengan Spasme Dan Keefektifan
3x 24 Jam, Kedalaman Dan Upaya Napas
Jalan Nafas Pertukaran Gas
Diharapkan:
(D.0001) 2. Monitor Pola Napas (Seperti
Bradipnea, Takipnea,
1. Sianosis Hiperventilasi,
Menurun Kusmaul,Cheyne-Stokes, Biot,

2. Frekuensi Ataksik)

Nafas 3. Monitor Adanya Sumbatan

Membaik Jalan Napas Auskultasi Bunyi


3. Pola Nafas Napas
Membaik 4. Monitor Saturasi Oksigen
(Bersihan Jalan
Nafas
Terapeutik
(L. 01001)
1. Atur Interval Pemantauan

2. Respirasi Sesuai
KondisiPasienDokumentasikan
Hasil Pemantauan

Eduakasi

1. Jelaskan Tujuan Dan


Prosedur Pemantauan

2. Informasikan Hasil
Pemantauan,Jika Perlu

4 Menyusui Tidak Setelah Promosi ASI Ekslusif (1.03135) Meningkatkan


Efektif Dilakukan Observasi Kemampuan Ibu Dalam
Berhubungan Tindakan Memberikan ASI
1. Identifikasi Kebutuhan Laktasi
Dengan Tidak Keperawatan Secara Eksklusif (0-6
Bagi Ibu Pada Anteriatal,
Rawat Gabung Bulan)
3x 24 Jam, Intranatal, Dan Posttnatal
(D.0029)
Diharapkan: Terapeutik
1. Bayi 1. Fasilitasi Ibu Untuk Rawat
Rewel Gabung Atau Rooming In
Menurun
2. Gunakan Sendok Dan Cangkir
2. Intake Jika Bayi Belum Bisa
Bayi Menyusu
Membaik
3. Dukung Ibu Menyusui Dengan
3. Hisapan Mendampingi Ibu Selama
bayi Kegiatan Menyusui
Membaik Berlangsung
4. Suplai 4. Diskusikan Dengan Keluarga
Asi Tentang ASI Eksklusif
Adekuat
(status Edukasi
menyusui 1. Jelaskan Manfaat Menyusui
L.03029) Bagi Ibu Dan Bayi

2. Jelaskan Pentingnya Menyusui


Di Malam Hari Untuk
Mempertahankan Dan
Meningkatkan Produksi ASI

3. Jelaskan Tanda-Tanda Bayi


Cukup ASI (Mis, Berat Badan
Meningkat, BAK Lebih Dari
10 Kali/Hari, Warna Urine
Tidak Pekat)

4. Anjurkan Ibu Memberikan


Nutrisi Kepada Bayi Hanya
Dengan ASI

5. Anjurkan Ibu Menjaga


Produksi ASI Dengan
Memerah, Walaupun Kondisi
Ibu Atau Bayi Terpisah
Daftar Pustaka

Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. 2017, Asuhan Kebidanan

Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Penerbit ANDI,

Yogyakarta.

Deasy, dkk (2020).Ilmu kuliah Ilmu kesehatan Anak. Medan: Yayasan kita

menulis

Dewi, M. P., & Mahmudah, M. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang

Pentingnya Kolostrum Bagi Bayi Baru Lahir Di RB Rahayu

Tawangmangu Karanganyar. Maternal, 4004).


https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/view/140

Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu. Sikap Ibu

Dan Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari

Pada bayi baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta Timur. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1), 195-204.

https://ojs dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/

Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Walyani ES dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan

Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai