DISUSUN OLEH :
NAMA :
NIM :
1
rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama
24-72 jam pertama kehidupan bayi. Selama beberapa minggu, neonatus
mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterine ke extrauterine dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang
matur (matang usia kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan yang
sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk mencapai masa transisi ini
berjalan relatif mudah.
c. Neonatus menurut bedat badan lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
Neonatus cukup/kurang/lebih bulan
Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan
2
maka letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut
dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian pada awal bayi
baru lahir antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada
sianosis?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,
bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tadak
ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahir normal/fisiologis (Rukhiyah dan
Yulianti, 2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat
seperti tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat
berkemih selama 24 jam, tinja lembek, berwarna hijau tua, tidak ada lendir
atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak terdapat
tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa
tenang, menangis terus menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik
m. Reflek graps atau megenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, meconium keluar dalam 24 jam pertama, meconium
berwarna kecoklatan (Ernawati, 2018)
b. Sistem Kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia
selama minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari
pemecahan hemoglobin tambahan. Sirkulasi perifer pada BBL agak
lambat sehingga terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan
4
sirkumoral BBL. Frekuensi nadi cenderung tidak stabil, dan mengikuti
pola yang serupa dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160
x/ menit.
Karakteristik kardiovaskuler pada BBL (Bayi Baru Lahir)
c. Sistem Termoregulasi
Karakteristik Bayi Baru Lahir yang dapat menyebabkan hilangnya
panas antara lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan
permukaan, sedikit lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup
bulan yang sehat akan mempertahankan posisi fleksi.
Bayi Baru Lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:
5
Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan
benda– benda padat yang lebih dingin dari kulit mereka
(timbangan berat badan, tangan dingin, stetoskop).
Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi
(pintu/ jendela terbuka, AC)
Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan
langsung dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang
dingin hilang ke luar dinding & jendela).
d. Sistem Neurologis
Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus
dilakukan, karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek
protektif seperti blink, gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji
reflek primitif BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck,
stepping, and palmar/plantar grasp. perbedaan antara Caput
succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:
Tabel Perbedaan Caput succedanum dan Cephalhematom
e. Sistem Hematologic
Volume darah rata–rata pada Bayi Baru Lahir 80–85ml/Kg.
Eritrosit/sel darah merah (SDM) lebih banyak dan lebih banyak
mengandung hemoglobin dan hematokrit dibandingkan dengan
dewasa, sedangkan leukosit/sel darah putih (SDP) 9000–
6
30.000/mm3. Bayi Baru Lahir memiliki risiko defisiensi pembekuan
darah. Hal ini terjadi karena:
f. Sistem Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir harus mulai makan, mencerna, dan
mengabsorpsi makanan setelah lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat
lahir tapi bertambah sekitar 90 ml pada hari pertama kehidupan. Udara
masuk ke saluran gastrointestinal setelah lahir dan bising usus
terdengar pada jam pertama. Enzim mengkatalis protein dan
karbohidrat sederhana. Enzim pankreatik lipase sedikit diproduksi,
lemak susu dalam ASI mudah dicerna dibanding dengan susu formula.
BBL yang aterm (matang usia kehamilannya) memiliki kadar glukosa
stabil 50–60mg/dl (jika dibawah 40mg/dl hipoglikemi).
g. Sistem Imunitas
Bayi Baru Lahir kurang efektif melawan infeksi karena SDP
berespon lambat dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat
imunitas pasif dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian
dilanjutkan dengan pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus
(imunitas pasif temporer terhadap toksin bakteri dan virus). IgM
diproduksi BBL untuk mencegah penyerangan bakteri gram negative.
IgA diproduksi BBL setelah usia 6–12 minggu setelah lahir (bisa
didapat pada kolostrum dan ASI).
7
h. Sistem Urinarium
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang.
Intake/ asupan 2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2–6 X/ hari. BBL
mudah kehilangan bikarbonat sampai di bawah dewasa (meningkat
risiko asidosis).
i. Sistem Endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari
pada sistem yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan
dengan kondisi hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti
terdapat menstruasi pada BBL perempuan), breast engorgement
(seperti terdapat pembesaran pada payudara). Kondisi tersebut
adalah normal pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan DM
8
pembukaan (kecuali mucus vagina atau pseudomentruasi)
l. Bayi yang tidak dapat tenang atau terus menangis dengan suara tinggi
m. Latergi, kesulitan untuk membangunkan bayi
n. Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
o. Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning,
coklat atau persik
p. Bayi menjadi lesu, tidak mau makan
q. Tidak ada BAB dalam 3 hari, tidak ada BAK dalam 24 jam. Tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
r. Menggigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menaNgis terus menerus.
A. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan
penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru
lahir, adalah sebagai berikut :
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi.
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
9
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
Upaya yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya infeksi pada bayi
baru lahir diantaranya adalah :
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang
berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah
bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat
dengan
air bersih yang mengalir dengan sabun, segera di keringkan dengan
kain kasa kering dan di bungkus dengan kasa tipis yang steril dan
kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu
dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal. Tanda tanda infeksi tali pusat yang harus di
waspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan,
ada pus / nanah dan berbau busuk.
Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali
pusat di temukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan,
tampak merah atau bau busuk.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah
terjadinya
infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu
dan
bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisasimikroorganisme
yang
10
ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme
ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi
bayi
yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
c. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih
dahulu, membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan
kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah di bersihkan
dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan
salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum
(tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan
obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan
dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan
kembali.
d. Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG
harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis
pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir
atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio
secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisai
Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun
pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah resiko
tinggi, pemberian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera
setelah lahir
B. Melakukan penilaian dan inisiasi pernapasan spontan
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Segera
setelah bayi lahir, maka perlu dilakukan upaya inisiasi pernafasan
spontan ( 0-30 detik ) secara cepat dan tepat, dengan langkah-langkah
:
11
a) Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat dan
tepat, bayi diletakkan diatas perut ibu yang dilapisi dengan
handuk.
Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum ?
Apakah bayi bernafas spontan ?
Apakah kulit bayi berwarna kemerahan ?
Apakah tonus/ kekuatan otot bayi cukup ?
Apakah kehamilan ini cukup bulan ?
Bila kelima pertanyaan diatas jawabannya “ ya “, maka bayi
dapat
diberikan kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan
emosional, kemudian dilakukan asuhan Bayi Baru Lahir Normal,
b) Evaluasi data yang terkumpul , buat diagnosa & tentukan
rencana
untuk asuhan bayi baru lahir.
c) Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan refleks pada
tubuh bayi baru lahir. Salah satu teknik dalam melakukan
rangsangan adalah dengan mengeringkan bayi. Cara ini dapat
merangsang pernafasan spontan pada bayi yang sehat.
Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati.
Rangsangan taktil yang dapat dilakukan, adalah :
Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas ) 1 atau 2 kali.
Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (1
atau 2 kali).
C. Membebaskan Jalan Nafas
12
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang
keras dan hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu
sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak
menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
e) Alat penghisap lendir mulut atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus
sudah ditempat.
f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama
(Apgar Score).
h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung
atau mulut harus diperhatikan.
NO TANDA NILAI
0 1 2
13
otot fleksi
a. Jika skor APGAR 7-10 : bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
b. Jika skor APGAR 4-6 : Asfiksia neonatorum sedang, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c. Jika skor APGAR 0-3 : asfiksia neonatorum berat, pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
D. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas dapat secaravaporasi, konduksi,
konveksi, dan radiasi. Ada beberapa cara mencegah kehilangan
panas, meliputi:
a) Keringkan bayi dengan seksama
14
a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil,
ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali
pusat.
b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya.
c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem
plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan
simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua
dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam
larutan
klonin 0,5%.
h) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
F. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh
bayi
merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat
sampai
suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.
15
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya
secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan
panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi
dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan
mengalamihipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif
hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.
Pencegahan terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
G. Pencegahan perdarahan
Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup
bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi
beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
16
Resiko infeksi tali pusat bayi baru lahir (BBL) ditandai dengan kulit
kemerahan dan lembab. Penyebab infeksi tali pusat terbuka adanya paparan
bakteri, sistem kekebalan tubuh yang jauh lebih rendah dari pada bayi normal
(Setyo, 2015).
Bayi yang baru lahir dua menit akan segera dipotong tali pusatnya dua
sampai tiga senti meter dari pusat umbilicus. Apabila perawatan tali pusat
tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka tali pusat bisa menjadi jalan
masuk bakteri yang mengakibatkan bayi mengalami penyakit tetanus
(Hidayat, 2015).
Ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah, pada sekitar pangkal tali
pusat akan memerah dan disertai edema. Dampak yang ditimbulkan adalah
kumankuman masuk melalui pembuluh darah tali pusat masuk ketubuh bayi
hingga menyebabkan kematian (Sodikin, 2015).
Sebagai perawat, pertolongan kesehatan yang dapat diberikan adalah
merawat tali pusat dengan cara steril, memberikan asuhan keperawatan
kepada klien, melalui kolaborasi, kuratif dan preventif. Perawatan tali pusat
dalam keadaan steril, bersih dan kering (Indah; et al, 2019).
a. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada
masa awal kehidupan hampir semua bayi,saat lahir atau selama
masa perawatan.Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai
pada kulit, saluran pernafasan,dan saluran cerna terkolonisasi.Untuk
pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap
dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan
bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan
merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan
17
menyebabkan basahnya talipusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat.
b. Faktor Maternal
Status sosial dan ekonomi ibu,ras,dan latar belakang
mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang
tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio dan ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan
tidak higienis.Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih.
c. Faktor Neonatal
Prematuritas ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),
Merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas
bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza.IgG dan
IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam
darah tali pusat.Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat,dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida.Kombinasi antara
defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
18
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan
sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.IgG adalah
satu-satunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.
Fungsi imunoglobin tersebut adalah untuk mengikat zat dalam
tubuh yang dikenal sebagai anti gen benda asing (seringkali
protein pada permukaan bakteri dan virus). Peningkatan ini
sangat penting dalam penghancuran mikroba yang membawa
antigen tersebut.
Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari
pada bayi perempuan.
d. Faktor Lingkungan
a). Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
c). Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula
hanyadidominasi oleh E.colli.
19
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis,
terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril
dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak
lepas dan masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
e. Faktor tradisi
Tanda dan gejala dari infeksi menurut Ismi (2015) adalah sebagai berikut:
b) Bau tak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat
terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan berlendir. Selain itu juga
ditandai dengan kemerahan disekitar pusat.
20
bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38oC maka bayi sudah terkena demam.
Demam terjadi karena merupakan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi virus ataupun bakteri.Kenaikan suhu tubuh akan
menghambat perkembangbiakan bakteri DNA(deoxyribonucleic acid)
ataupun replikasi virus RNA (ribonucleic acid).
5. Komplikasi
Menurut Ismi (2015), bila infeksi tidak segera diobati ketika tanda-tanda
infeksi ini ditemukan akan terjadi penyebaran.Pada keadaan lebih lanjut
infeksi dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang vena umbilikus
dan akan menyebabkan:
a)Trombosis vena porta
b) Abses hepar
c) Septikemia
C. KONSEP PERAWATAN TALI PUSAT
1. Definisi Perawatan Tali Pusat
21
kandungan. Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke
permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55
cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran
pendek, jika Panjang normal kurang dari 40 cm. Tali pusat merupakan
jembatan penghubung antara plasenta dan janin.
22
3. Metode Perawatan Tali Pusat
23
selanjutnya keringkan secara dengan menggunakan kain bersih atau
kassa kering (JNPK-KR, 2018).
Adapun dampak yang muncul setelah perawatan tali pusat, antara lain
yaitu :
1) Perawatan Tali Pusat steril
Menurut Hidayat (2017) bahwa perawatan tali pusat yang steril
akan
berdampak pada bayi, bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat
yang
bersih, tidak terjadi serta tali pusat akan pupus lebih cepat yaitu
antara hari ke 5 – 7 tanpa suatu komplikasi
2) Perawatan Tali Pusat Tidak Steril
Dampak permasalahan perawatan tali pusat yang tidak baik akan
menimbulkan permasalahan infeksi berupa mengeluarkan cairan
nanah darah, dan tali pusat berbau , karena kondisi kotor pada tali
pusat yang dapat menjadi media pertumbuhan mikroorganisme
sehingga dapat menyebabkan infeksi, bahkan dapat mendorong
terjadinya penyebaran infeksi ( paisal, 2017 ).
Sedangkan menurut Riksani (2016), perawatan tali pusat yang
tidak steril akan mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan
pada bayi, diantaranya :
24
Tetanus Neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir
yang di sebabkan oleh spora yang disebut ( Clostridium tetani)
yang masuk melalui tali pusat. Hal ini disebabkan akibat
perawatan atau Tindakan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan .misalnya, pemotongan tali pusat dengan
menggunakan bambu atau di gunting secara tidak steril atau
setelah tali pusat di gunting , dibubuhi dengan berbagai benda
yang tidak seharusnya tidak steril . Tetanus Neonatorium
(tetanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal dari pemotongan
atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan prinsip
kesterilan alat yang di gunakan saat merawat tali pusat .Gejala
yang jelas terlihat adalah adanya mulut mencucu seperti mulut
ikan, mudah dan sering kejang di sertai sianosis / pucat . suhu
meningkat , kaku kuduk hingga kejang oleh karena itu, sangatlah
penting untuk memastikan bahwa peralatan yang di gunakan
oleh tenaga kesehatan untuk membantu proses persalinan
adalah alat – alat yang steri.
(2) Omphalitis
Salah satu infeksi yang disebakan oleh adanya bakteri seperti
staphylococcus, streptokokus, atau bakteri lainya. Bila infeksi
tidak segera diobati ketika tanda-tanda infeksi ini ditemukan,
akan terjadi penyebaran ke daerah sekitar tali pusat sehingga
menyebabkan kemerahan, bengkak dan bernanah pada daerah
vena tali pusat. Pada keadaan lebih lanjut, infeksi dapat
menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang umbilikus dan
akan menyebabkan thrombosis vena/penyumbatan vena. Oleh
sebab itu, penting dilakukan perawatan tali pusat dengan rutin
dan cermat.
25
Menurut World Health Organization (WHO) 2016 mengatakan bahwa
manfaat perawatan tali pusat pada bayi merupakan suatu perlindungan
terhadap resiko infeksi, dan mengoptimalkan perkembangan pada kesehatan
bayi. Sedangkan manfaat perawatan tali pusat bagi ibu itu sendiri merupakan
suatu bentuk tindakan untuk mengurangi resiko stress dan khawatir yang
akan dialami oleh ibu- ibu yang pertama kalinya melahirkan.
Ada beberapa manfaat perawatan tali pusat menurut Indah, et al
(2019) yaitu dapat membersihkan tali pusat dan sekitarnya dari berbagai
macam jenis kotoran, dan dapat mencegah terjadinya infeksi oleh dari adanya
bakteri dan virus.
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan, pekerjaan.
Maksud ini adalah untuk identitas (mengenal) klien dan menentukan
status sosial ekonominya yang harus kita ketahui.
4) Keluhan utama keadaan bayi saat dilihat
5) Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan
keluarga)
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
7) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan persalinan
aterm, berat badan bayi, dan masalah-masalah yang dialami ibu.
8) Riwayat Natal
9) Riwayat sosial dan ekonomi
26
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan
kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok dan minuman keras,
mengkonsumsi obat-obat terlarang, kegiatan sehari-hari, tempat dan
petugas kesehatan yang di inginkan.
b. Data Objektif
1) Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses
dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan
tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam
media. Rekam medis dari pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Pemeriksaan
fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk
menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu
tubuh sudah stabil dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas atau
resusitasi,pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat) dan akan
pulang dari rumah sakit.
2) Tujuan prinsip pemeriksaan fisik
a) Menentukan status kesehatan
b) Mengidentifikasi masalah
c) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d) Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera
e) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien
3) Prinsip Pemeriksaan Fisik
a) Jelaskan tuujuan dan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan.
27
b) Cuci dan keringkan tangan pakai sarung tangan.
c) Pastikan pencahayaan baik.
d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
e) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
4) Persiapan peralatan dan perlengkapan
5) Prosedur pelaksanaan
Penilaian APGAR dilakukan dengan cara memeriksa warna kulit,
denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan
pernapasan. Masing- masing aspek akan diberikan poin tergantung
kondisi bayi.
6) Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi : lingkar kepala (33-35 cm),
lingkar dada (30-33 cm), berat badan (2500-4000 gram) dan panjang
badan (45-50 cm).
7) Head to toe
a) Postur
Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi di dalam
Rahim selama beberapa hari, tanyakan atau periksa status bayi dan
pelajari riwayat persalinan. Tekanan saat dalam Rahim pada
anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidaksimetrisan
wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas
ekstensi.
b) Tanda –tanda vital
a. Pernapasan : < dari 30x/menit normal frekuensinya (40-60x/menit)
b. Nadi : takikardi 170x/menit normal frekuensinya (100-160x/menit)
c. Suhu : 35,0 derajat selsius normalnya (36,5 – 37,5 derajat selsius)
c) Pengukuran Umum
28
Berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang badan dari
kepala sampai tumit 45-55 cm, lingkar kepala diukur pada bagian
yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35 cm, lingkar dada
mengukur pada garis buah dada sekitar 30-33 cm, lingkar abdomen
mengukur di bawah umbilicus, ukuran sama dengan lingkaran dada.
d) Integumen
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami
oleh 50% bayi cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola,
genetalia dan linia nigra. Perubahan warna normal seperti
akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata-motting
sementara ketika bayi terpapar suhu rendah. Kondisi hari kedua
sampai ketiga, mengelupas, kering, tidak terdapat edema kulit,
beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen.
e) Kepala
Lakukan inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis
sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura
yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapahari sehingga ubun-
ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
f) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak
asimetris hal ini dikarenakan karena posisi bayi di intrauteri,
perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom plere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma
lahir seperti laserisasi, paresi N. Fasialis.
g) Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata
terbuka, lakukan inspeksi daerah mata, periksa jumlah, posisi atau
letak mata, periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
29
belum sempurna, periksa adanya glaucoma kongital. Mulanya akan
tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea, katarak kongital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih.
Pupil harus tampak bulat, terkadang ditemukan bentuk seperti
lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek
retina, periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan
konjungtiva atau retina, periksa adanya secret pada mata,
konjungtivis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoflalmia dan
menyebabkan kebutaan dan apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
h) Hidung
Bentuk hidung utuh/simetris, sianosis dan adanya sekret.
i) Mulut
Warna sianosis dan tekstur lembab, apakah ada secret dijalan
napas.
j) Telinga
Telinga simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga, bersih dan tidak ada cidera.
k) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal.
Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromoson.
Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik, jika terdapat
keterbtasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid
dan vena jugularis.
l) Dada, Paru dan Jantung
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas, apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
30
diafragma atau hernia diafragmatika. Pernafasan bayi yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tekanan
sternum atau intercostal pada saat bernafas bersamaan. Tekanan
sternum atau intercostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
Frekuensi pernafasan bayi normal antara 40-60x/menit.
Perhitungannya harus sampai satu menit penuh karena terdapat
periodeic breathing, di mana pola pernafasan pada neonatus terutama
pada premature ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi
sacara berkala. Pada bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris. Payudara dapat tampak membesar
tetapi ini normal.
Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada
tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan
menentukan posisi jantung dan lakukan auskultasi paru dan jantung
dengan menggunakan stetoskop untuk menilai frekuensi dan suara
napas/jantung. Secara normal, frekuensi denyut jantung antara
120160x/menit.
m) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normalnya 5-15x/menit, masa tidak
ada.
n) Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat apakah tali pusat terbungkus kassa steril
atau tidak, kering atau basah, ada kemerahan, bengkak da nada cairan
berbau.
o) Ekstremitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan kebawah, kedua lengan harus bebas
bergerak. Jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari apakah adanya polidaktili
atau sidaktili, telapak tangan harus terbuka, garis tangan yang hanya
satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromoson, seperti trisomy 21,
31
amati adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
p) Ekstremitas Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan, kedua tungkai harus
dapat bergerak bebas jika ruang gerak berkurang berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya
polidaktili dan sidaktili pada jari kaki.
q) Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya
tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung
atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya
abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
r) Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.
periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis, periksa adanya hipospadia dan epispadia,
skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan, labia mayora menutupi labia
monora, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina, terkadang
tampak adanya secret yang berdarah dari vagina. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormone ibu (Withdrwl bedding).
s) Anus
Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresiani.
t) Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak
atau tanda lahir, periksa adanya pembengkakan, perhatikan adanya
vernik kaseoasa (zat yang bersifat lemak yang berfungsi sebagai
pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup
bulan). Perhatikan adanya lanugo (rambut halus yang terdapat pada
32
punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
daripada bayi cukup bulan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada bayi baru lahir,
diantaranya: (SDKI 2016)
a. Risiko hipotermia ( D.0140 )
Definisi : berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh di bawah rentang normal
Faktor resiko :
a) Berat badan ekstrim
b) Kerusakan hipotalamus
c) Konsumsi alcohol
d) Kurangnya lapisan lemak subkutan
e) Suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian yang tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Terapi radiasi
j) Transfer panas
k) Prematuritas
l) Bayi baru lahir
m) Berat badan lahir rendah
Kondisi klinis terkait :
a) Berat badan ekstrim
b) Dehidrasi
c) Kurang mobilitas fisik
b. Risiko infeksi
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
33
Faktor resiko :
a) Penyakit kronis
b) Efek prosedur invasive
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Gangguan peristaltic
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi PH
Ketuban pecah lama
Penurunan kerja siliaris
f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan haemoglobin
Immunosupresi
Leukopenia
Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi klinis terkait :
a) AIDS
b) Luka bakar
c) PPOK
d) DM
e) Tindakan invasive
f) Kondisi penggunaan steroid
g) Ketuban pecah sebelum waktunya
h) leukositopeni
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019)
34
Tabel Intervensi (Perencanaan)
35
dan/atau linen yang
basah
- Lakukan
penghangatan pasif
(mis. Selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
36
- Ajarkan ibu cara
mencuci tangan 6
langkah dengan
benar
- Ajarkan ibu etika
batuk
- Ajarkan ibu cara
memeriksa kondisi tali
pusat
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi bayi melalui
pemberian ASI
- Anjurkan ibu
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4. Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2010), implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun atau ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.
Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
37
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
e. Memberikan asuhan keperawatan langsung
f. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan kepada klien dan keluarganya
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan
klien, menelaah dan memodifikasi rencana keperawatan yang sudah ada.
Mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasi,
mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan
keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan
personal, setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi
singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegenasikan implementasi pada
tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan
terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar
keperawatan.
5. Evaluasi
Menurut Potter (2010), evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk
menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan
keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Evaluasi formatif
adalah pengumpulan informasi dengan tujuan memperbaiki pelajaran yang telah
diberikan, sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu metode pengambilan keputusan
diakhir pembelajaran yang memfokuskan pada hasil belajar. Adapun langkah-
laangkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien
2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan menggunakan kriteria pencapaian tuuan yang telah ditetapkan
38
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal
yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S., Assocation, M., & Comunication, E. (2008). Bab 2 1. (pp. 2007–2010).
Arhamnah, S., & Fadilah, L. N. (2022). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan
Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir : The Effect Of Early Initiation Of Breastfeeding To
Prevent Hypothermia In Newborn. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 779–788.
Astari, R. Y., & Nurazizah, D. (2019). Perbandingan Metode Kolostrum dan Metode Terbuka
Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Faletehan Health Journal,
6(3), 91–98. https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.64
Chairunnisa, R. O., Juliarti, W., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Tuah, H. (2022). Jurnal Kebidanan
Terkini ( Current Midwifery Journal ) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal.
2, 23–28.
Ernawati, L. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan,
1–20. http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1001/1/LTA Erna Wati Nim P07524117110
Pdf.pdf
Ii, B. A. B., Inisiasi, P., & Dini, M. (2018). Konsep Inisiasi Menyusui Dini. IMD, 6–18.
Lydia Fransisca BR Sitepu. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Pelaksanaan Bounding
Attachment di Klinik Pratama Kita BR Sembiring Namu Ukur Selatan Kec Sei Bingai Kab
Langkat (2017). 1–73.
39
Maiti, & Bidinger. (2014). Laporan Tugas Akhir Bayi Baru Lahir. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurbiantoro, D. A., Ratnasari, F., Nuryani, N., Qohar, A., Jaenuri, A., Supandi, D., Syaefullah,
A., Muharom, F., Jaelani, J., Zendrato, J., Efendi, I., Novendra, I., Basri, M. H., Payumi, P.,
Solihin, S., & Suhandi, S. (2022). Perawatan Tali Pusat Neonatus dan Manfaat Tali Pusat
Terbuka. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 5(2), 427–435.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4644
Nurmaliah, S. R., & Pusat, T. (2020). Literature Review : Lamanya Pelepasan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir Dengan. 8(2), 148–153.
Of, C., Succedeneum, C., Rsud, I. N., Baji, L., & In, M. C. (2020). The Relationship Of Family
Roles And Attitudes In Child Care With. 1(2), 1–4.
Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2),
66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56
Rachman, T. (2018). Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Sabillah, Z. A. (2021). Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi Ny. E Neonatus Cukup Bulan
sesuai Masa Kehamilan di Rs Pmi Kota Bogor.
https://repo.poltekkesbandung.ac.id/3387/7/Draft LTA Zenith Aura Sabillah.pdf
Sumi, S. S., & Isa, W. M. La. (2021). Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir melalui
Persalinan Normal dengan Lotus Birth dan Tanpa Lotus Birth. Jurnal
Keperawatan Silampari, 5(1), 148–155.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2683
Umi a’adah. (2018). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Bayi Sectio Caesarea Di Instalasi Bedah Sentral RSUP DR. Kariadi Semarang.
Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 2013–2015. http://repository.unimus.ac.id/2058/3/BAB
II.pdf
Winani, L. M., & Wanufika, I. (2020). Bounding Attachment Dan Tingkat Stress
Ibu Postpartum. Jurnal Kesehatan, 9(1), 1–10.
https://doi.org/10.37048/kesehatan.v9i1.130
40
41
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Biografi
a. Identitas Bayi
Bayi Ny.N dengan jenis kelamin laki-laki anak pertama dari
pasangan suami istri Ny.N dan Tn. P, nomor register pasien 10 25 90.
b. Identitas Orang Tua
Ny.N umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan
ibu rumah tangga, alamat desa Lemah Putih, kecamatan Miri, kabupaten
Sragen. Identitas penanggung jawab nama Tn. M umur 28 tahun,
pendidikan SMA, agama Islam, pekerjaan wiraswasta, alamat desa
Jeruk Miri kecamatan Miri, kabupaten Sragen. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Jawa,.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada hari Senin19 Desember 2022 Jam 11.00 WIB Ny. N datang ke
Puskesmas Miri dengan keluhan hamil 39 minggu, perut mules-mules,
nyeri perut bagian bawah seperti nyeri ingin buang air besar
42
44x/menit, Nadi 140x/menit. Bayi diletakkan dibawah lampu penghangat
dibersihkan dan di lap diberikan bedongan kemudian bayi dibawa ke
ruang perina bayi dihangatkan di lampu penghangat selama 45 menit,
bayi diberikan vitamin K, polio dan salf mata, bayi di mandikan dan
diberikan tutup kepala, kaos kaki dengan selimut. Bayi Ny.N diberikan
pada ibunya pada pukul 18.15 WIB, bayi belum diberi selimut, tutup
kepala dan kaos kaki.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Ny. N tidak ada yang mengalami penyakit diabetes
mellitus , hipertensi, hepatitis dan penyakit menular lainnya.
d. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan G1P0A0, umur kehamilan 39 minggu aterm,
ANC sebanyak 7 kali dengan bidan. Berat badan ibu sebelum hamil 50
kg, berat badan selama hamil 65 kg (berat badan naik 15 kg). Pada saat
hamil ibu tidak mengalami perdarahan, hipertensi dan tidak pernah
mengalami infeksi genetalia, ibu tidak pernah mengonsumsi obat-obatan
selain yang diberikan oleh bidan. Selama kehamilan, ibu memperoleh
imunisasi TT sebanyak 2 kali.
e. Riwayat Persalinan
Sebelum masuk ruang IGD Puskesmas Miri ibu telah merasakan
mules-mules, nyeri perut bagian bawah seperti ingin melahirkan sejak
pagi pukul 07.00 WIB, kemudian pasien dibawa oleh suaminya ke
puskesmas Miri pada jam 10.00 WIB pada tanggal 19 desember 2022
ibu melahirkan secara spontan dengan usia kehamilan 39 minggu. Bayi
langsung menangis kuat, berat badan 3000 gram, tinggi badan 51 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 38 cm. Nilai APGAR pada bayi yaitu
9/10 artinya kondisi bayi baik. Penilaian APGAR pada menit ke lima yaitu
10 artinya kondisi bayi baik.
f. Riwayat Psikososial dan Kognitif
Ibu mengatakan cemas karena baru pertama kali melahirkan, ibu
mengatakan belum tahu cara merawat bayi, ibu mengatakan belum tahu
43
cara memberikan kehangatan pada bayi saat di ruangan perawatan
bangsal, ibu mengatakan takut bayinya kedinginan dengan suhu 20 ºC
dan jendela ruangan masih ada yang terbuka, ibu mengatakan takut
bayinya kelaparan karena belum diberikan ASI, ibu mengatakan belum
tahu cara merawat tali pusat bayi, ibu mengatakan takut terjadi infeksi
pada tali pusat bayi.
3. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Bayi Ny. D belum mendapatkan kolostrum setelah kelahiran, belum
dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
b. Pola Eliminasi
Bayi belum BAK dan BAB sejak 1 jam kelahiran
c. Personal Hygiene
Bayi Ny. D sudah mandi basah menggunakan air hangat, sesudah
mandi bayi diberikan baju dan bedongan.
d. Aktivitas/Istirahat
Bayi gerak aktif dan mudah terbangun.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian fisik, keadaan umum bayi baik dan tampak
warna kulit bayi merah muda, tanda-tanda vital didapatkan suhu 36ºC,
pernafasan 44x/menit, nadi 140x/menit, pemeriksaan antropometri
didapatkan hasil berat badan 2900 gram, panjang badan 50 cm, lingkar
kepala 31 cm, lingkar dada 35cm.
5. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala
Bentuk kepala normochepali, tidak ada caput succedenum dan cepal
haematoma, fontanel anterior dan fontanel posterior (cembung), tidak
ada molding, rambut dan kulit kepala bersih, tekstur halus, warna
hitam, distribusi merata, lingkar kepala 34 cm, tidak ada hematoma.
b. Wajah
44
Warna kulit wajah merah muda, tidak ada tanda-tanda down
syndrome seperti mata sipit, kepala mengecil, hidung datar dan dahi
melebar, dahi tidak menonjol kedepan, tidak ada sianosis.
c. Mata
Simetris kiri dan kanan, mata membuka spontan, bola mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, sekret
ada, pupil isokor.
d. Hidung
Lubang hidung simetris kiri dan kanan bentuk hidung utuh, tidak ada
sumbatan, tidak ada perdarahan, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
e. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda infeksi, warna kulit
merah muda, struktur telinga baik, tidak ada pengeluaran cairan.
f. Mulut dan Bibir
Mukosa bibir lembab, mukosa mulut merah muda, tidak ada tanda
infeksi, reflek rooting, sucking, swallow baik. Pelantun durum dan
palatum mole utuh, saliva normal.
g. Leher
Warna kulit merah muda, integritas kulit baik. Tonic neck reflek baik.
45
Labia mayora dan labia minora lengkap dan menutup. Klistoris ada,
lubang ureter ada, anus ada.
k. Ekstremitas
Jumlah kaki dan tangan lengkap, integritas kulit baik, warna kulit
kemerahan, pergerakan motorik (+), reflek graps (+), tidak ada
deformitas, garis telapak tangan dan kaki halus, reflek babinsky (+),
reflek morro dan startle (+).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada bayi Ny N. tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena
keadaan umum bayi dalam kondisi baik.
7. Penatalaksanaan
Bayi disinari lampu penghangat dan dimiringkan selama 45 menit
untuk menghangatkan tubuh dan mengeluarkan sisa lendir.
Pengobatan Bayi Ny N. dapat dilihat pada tabel berikut ini :
46
B. Analisa Data
Tabel Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Paraf
ditemukan
1. Risiko Infeksi berhubungan 19 desember 2022 sumiyati
dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer
47
D. Intervensi Keperawatan
Tabel Intervensi (Perencanaan)
E. Implementasi
Implementasi Hari ke-1 (19 desember 2022)
Tabel Implementasi hari ke-1 19 desember 2022
Pukul No. Implementasi Respon Hasil Paraf
Diagnosa
09.25 I - Mencuci tangan 6 langkah - Perawat sudah mencuci
sebelum dan sesudah kontak tangan dengan teknik 6
dengan pasien dan lingkungan langkah
pasien
- Perawatan tali pusat
- Melakukan perawatan tali telah diberikan dengan
09.30 pusat dengan air bersih air bersih menggunakan
menggunakan kassa kassa
- Pasien telah diberikan
imunisasi HB 0 dan
09.35 - Melakukan pemberian
Polio 0
imunisasi pada bayi
- Ibu memahami
- Mengajarkan ibu untuk
12.25 penjelasan dari perawat
menjaga kehangatn tubuh
dan akan menjalankan
bayi dengan cara memberi
ajaran dari perawat
dekapan pada bayi,
- Ibu memahami
12.30 - memberikan pakaian yang penjelasan dari perawat
tebal, tutup kepala, kaos kaki, dan akan menjalankan
selimut dan bedongan pada ajaran dari perawat
bayi
- Ibu memahami
12.35 - Menganjurkan keluarga untuk
penjelasan dari perawat
membatasi jumlah kunjungan
pada pasien dan akan menjalankan
ajaran dari perawat
F. Evaluasi
Tabel Evaluasi Keperawatan Hari ke 1
NO TGL DIAHNOS JAM EVALUASI PARAF
A
2. 19 I 14.30 S:
Desember - Ibu mengatakan belum tahu cara
2022 merawat tali pusat bayi
- Ibu mengatakan tali pusat masih basah
- Ibu mengatakan tali pusat dan area tali
pusat bersih
O:
- Tali pusat tampak masih basah
- Tidak ada kemerahan pada tali pusat
- Tidak ada tanda infeksi pada tali pusat
- Tanda-tanda vital:
Nadi : 143x/menit
Pernafasan : 42x/menit
- Suhu : 36,4 ºC
A:
Integritas kulit dan jaringan berada pada
level 4 cukup menurun
P:
Melanjutkan intervensi keperawatan
Pencegahan Infeksi