Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

BBL (Bayi Baru Lahir)

OLEH :
FEBRI KRISDIYANTO
2111515093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Bayi Baru Lahir

1. Defenisi

Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim

seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai

umur satu bulan (FKUI,1999 dalam Kumalasari, 2018).

Menurut Kumalasari (2018), Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah masa

kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi

perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar

rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.

Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula

miniature anak.

Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang

serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.

Masa perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam pertama kehidupan

bayi. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi dari kehidupan

intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.

Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia kehamilannya) dan ibu yang

mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk mencapai

masa transisi ini berjalan relatif mudah.


2. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir antara lain (Menurut Chapman &

Durham, 2010; Perry et all, 2010; Reeder, Martin, Griffin, 2011; Novita,

2011) dijelaskan sebagai berikut :

a. Sistem Pernafasan

Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar neonates

dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses

ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan

dari kehidupan di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus mungkin

menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan.

Karakteristik Pernapasan BBL (nenonatus) :

1) Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.

2) Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60x/menit tapi kecepatan dan

kedalamannya tidak teratur, nafas dapat berhenti sampai 20 detik,

RR bisa sampai 80x/menit.

3) Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada.

b. Sistem Kardiovaskuler

Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali

pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan

vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia

selama minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari

pemecahan hemoglobin tambahan.


Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga terjadi sianosis

residual pada area tangan, kaki, dan sirkumoral BBL. Frekuensi nadi

cenderung tidak stabil, dan mengikuti pola yang serupa dengan

pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160 x/ menit.

Karakteristik kardiovaskuler pada BBL (Bayi Baru Lahir) :

1) Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180 x/menit,

namun jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100 x/menit.

Perubahan sirkulasi menyebabkan darah mengalir ke paru–paru.

2) Perubahan tekanan di (paru–paru, jantung, pembuluh darah besar)

menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus arteriosus, duktus

venosus.

3) Inspirasi O2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga

resistensi vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium kanan,

ventrikel kanan, arteri pulmonal menurun sehingga terjadi

peningkatan aliran darah pulmonal)

4) Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: peningkatan

konsentrasi O2 dalam darah, penurunan prostaglandin (dari

plasenta), asidosis (PO2 menurun, pH menurun PCO2 meningkat).

c. Sistem Termoregulasi

Karakteristik Bayi Baru Lahir yang dapat menyebabkan hilangnya

panas antara lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan

permukaan, sedikit lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup


bulan yang sehat akan mempertahankan posisi fleksi.

Bayi Baru Lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:

1) Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah

terkena udara (selama mandi, Insensible Water Loose (IWL)

artinya kehilangan panas tanpa disadari, linen atau pakaian basah).

2) Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda–

benda padat yang lebih dingin dari kulit mereka (timbangan berat

badan, tangan dingin, stetoskop).

3) Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi

(pintu/ jendela terbuka, AC)

4) Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan

langsung dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang dingin

hilang ke luar dinding & jendela).

d. Sistem Neurologis

Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus dilakukan,

karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti

blink, gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji reflek primitif

BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck, stepping,

and palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–

reflek fisiologis Bayi Baru Lahir). Anda dapat melihat perbedaan

antara Caput succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:


Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus dilakukan,

karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti

blink, gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji reflek primitif

BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck, stepping, and

palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–

reflek fisiologis Bayi Baru Lahir). Anda dapat melihat perbedaan

antara Caput succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:

Tabel Perbedaan Caput succedanum dan Cephalhematom


Caput Succedanum Cephalhematom
1. Muncul saat lahir 1. Muncul beberapa jam setelah lahir
2. Tidak bertambah besar 2. Bertambah besar pada hari 2-3 hari
3. Hilang beberapa hari 3. Hilang setelah 6 minggu
4. Batas tidak tegas 4. Batas tegas
5. Kadang-kadang melewati sutura 5. Tidak melewati sutura
6. Tidak ada komplikasi 6. Penyebab perdarahan periosteum
7. Komplikasi: jaundice, fraktur,
perdarahan intracranial.

e. Sistem Hematologic

Volume darah rata–rata pada Bayi Baru Lahir 80–85ml/Kg. Eritrosit/sel

darah merah (SDM) lebih banyak dan lebih banyak mengandung

hemoglobin dan hematokrit dibandingkan dengan dewasa, sedangkan

leukosit/sel darah putih (SDP) 9000– 30.000/mm3.

Bayi Baru Lahir memiliki risiko defisiensi pembekuan darah. Hal ini

terjadi karena:

1) Bayi Baru Lahir risiko defisit faktor pembekuan karena kurang

vitamin K (berfungsi sebagai aktivasi/pemicu faktor pembekuan

secara umum.
2) Vitamin K disintesa di usus tapi makanan dan flora usus normal

membantu proses ini.

3) Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan secara Intra

Muskuler (IM).

f. Sistem Gastrointestinal

Bayi Baru Lahir harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi

makanan setelah lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi

bertambah sekitar 90 ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke

saluran gastrointestinal setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam

pertama. Enzim mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim

pankreatik lipase sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna

dibanding dengan susu formula. BBL yang aterm (matang usia

kehamilannya) memiliki kadar glukosa stabil 50–60mg/dl (jika dibawah

40mg/dl hipoglikemi).

g. Sistem Imunitas

Bayi Baru Lahir kurang efektif melawan infeksi karena SDP berespon

lambat dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat imunitas pasif

dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian dilanjutkan dengan

pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus (imunitas pasif temporer

terhadap toksin bakteri dan virus). IgM diproduksi BBL untuk mencegah

penyerangan bakteri gram negative. IgA diproduksi BBL setelah usia 6–12

minggu setelah lahir (bisa didapat pada kolostrum dan ASI).


h. Sistem Urinarium

Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang. Intake/ asupan

2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2–6 X/ hari. BBL mudah kehilangan

bikarbonat sampai di bawah dewasa (meningkat risiko asidosis). Sistem

Endokrin Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari

pada sistem yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan

dengan kondisi hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti

terdapat menstruasi pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti

terdapat pembesaran pada payudara). Kondisi tersebut adalah normal pada

bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan DM.

3. Tujuan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir

Diharapkan penulius mampu melakukan asuhan keperawatan pada bayi baru

lahir di RS mardi waluyo kota metro

4. Tanda-Tanda Bayi Lahir Normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain

Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, Pulse

(heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap

rangsangan), menangis atau batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif,

Respiration (usaha napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera

setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang sudah

disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi

diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih
dan kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir antara lain :

a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis ?

Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,

bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian

tidak ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahirnormal/fisiologis (Rukiyah

dan Yulianti, 2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak

mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi

pada talipusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau

busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua,

tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan

kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-

kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan

Yulianti, 2010).

Tabel Sistem Penilaian APGAR

NILAI
No. TANDA
0 1 2
1. Warna Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh
kemerahan, kemerahan
Ekstremitas
biru
2. Frekuensi Tidak ada Lambat > 100/menit
jantung < 100/menit
3. Reflek Tidak ada Gerakan Sedikit Gerakan
kuat/melawan
4. Aktivitas/Tonus Lumpuh/Lemah Ektremitas Gerakan aktif
otot fleksi
5. Usaha nafas Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
teratur

Keterangan Apabila nilai APGAR :

- 7 – 10 : Bayi mengalami Asfiksia ringan atau dikatakan bayi

dalam keadaan normal

- 4 – 6 : Bayi mengalami Asfiksia sedang 0 – 3 : Bayi mengalami

Asfiksia berat

- Apabila ditemukan apgar score dibawah 6 maka bayi tersebut

membutuhkan tindakan resusitasi.

5. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

a. Kebutuhan Oksigenasi

Pada proses persalinan ketika kepala melewati jalan lahir, banyak

cairan amnion yang masuk kesaluran napas, reflek menghisap dan

menelan belum sempurna, terjadi akumulasi secret pada jalan napas

mengakibatkan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif.

b. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Peningkatan pengeluaran cairan melalui insisible loss (IWL) dan reflek

menghisap dan menelan belum sempurna merupakan resiko tinggi terhadap

gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.

c. Kebutuhan Sirkulasi

Adaptasi terhadap perubahan suhu tubuh dari suhu intra uterin yang stabil ke
suhu ruangan dan adanya pengeluaran suhu tubuh melalui proses konveksi,

radiasi dan evaporasi merupakan faktor resiko tinggi terjadinya hipothermi.

d. Kebutuhan Nutrisi

Reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna, merupakan faktor resiko

tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .

e. Kebutuhan Rasa Aman

Adanya luka pemotongan tali pusat yang belum kering merupakan faktor resiko

tinggi terjadinya infeksi.


Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir

1. Posture

2. Inspeksi

Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa

hari

3. Riwayat persalinan

Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat

menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan

tahanan saat ekstremitas akstensi.

4. Tanda-tanda vital

a. Suhu: aksila 36,5-37°C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran

b. Frekuensi Jantung: 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur untuk

periode singkat, terutama setelah menangis

c. Pernafasan: 30-60 kali/menit

d. Tekanan Darah:

 78/42mmHg

 Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-50mmHg

 Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit meningkat

 Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan tingkat


aktivitas (terjaga,menangis atau tidur )

5. Pengukuran umum

a. Berat: berat badan lahir 2500-4000gr

b. Panjang badan: dari kepala sampai tumit 45-55cm

c. Lingkar kepala: diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis

33-35cm

d. Lingkar dada: mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33cm

e. Lingkar abdomen: mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama dengan

lingkaran dada.

6. Integumen

Warna: biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi

cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia nigra.

Perubahan warna normal seperti akrosianosis-sianosis tangan dan kaki

dan kurtis marmorata- motting sementara ketika bayi terpapar suhu

rendah.

a. Kondisi: hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak terdapat

edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen. Vernik

kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang

bervariasi, Lanugo di daerah bahu, pinna, telinga dan dahi dengan

jumlah yang bervariasi

b. Turgor kulit: dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan paha bagian
dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali kekeadaan semula

setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah

kehilangan berat badan pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah

lahir adalah normal.

7. Kepala

a. Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah

bervariasi. Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan

adanya ekimosis

b. Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang

tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.

c. Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel

posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak

dan padat.

d. Sutura: teraba dan tidak menyatu

8. Mata

a. Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari

bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.

b. Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran

sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil

sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap

cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan

dapat melihat kearah garis tengah.


9. Hidung

Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar,

terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar. Kadang bersin

untuk membersihkan hidung.

10. Telinga

Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan padat,

berespon terhadap suara dan bayi.

11. Mulut

Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum lunak dan

palatum keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek menghisap, rooting

dan ekstrusi.

12. Leher

Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala

terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus sama kuat dan

tidak teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek

leher tonik, reflek neck-righting dan reflek orolith-ligthing.

13. Dada

Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan

perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul

payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.


14. Abdomen

Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas iga

kanan. Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar 1-2 jam

setelah lahir, mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir. Batas antara tali

pusat dan kulit jelas, tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat kering

didasar dan tidak berbau.

15. Genetalia

a. Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih besar dari

labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika kaseosa di

antara labia, berkemih dalam 24 jam

b. Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di

dalam setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema, pendulus, dan

tertutup dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit

kelompok etnik. Smegma dan berkemih dalm 24 jam

c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus

16. Ekstremitas

Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan jari

kaki, rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan sianosis

sementara segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak

biasanya datar, Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara bilateral, Nadi

brakialis bilateral sama.


f. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.

2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi

dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.

4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

g. Intervensi keperawatan

1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

perubahan nutrisi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

- Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

- Intake dan output makanan seimbang.

- Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.


Rencana tindakan :

1) Pantau intake dan out put cairan

2) Kaji payudara ibu tentang kondisi putting

3) Lakukan breast care pada ibu secara teratur

4) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril

kemudian dextrosa dan PASI

5) Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri

6) Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui

7) Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih

Rasional :

1) Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan

adekuat untuk metabolisme tubuh yang tinggi

2) Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui,

kondisi puting inverted menggangu proses laktasi

3) Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang

produksi air susu pada ibu menyusui

4) Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan

cairan, khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg

dari BB setiap 24 jam

5) Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses

laktasi, sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar


6) Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi

menjadi adekuat

7) Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat

menghabiskan cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan

haluaran urin

2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi

dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

perubahan suhu tubuh tidak terjadi.

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh normal 36-370 C.

- Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan

pucat.

Rencana tindakan :

1) Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang

ditetapkan dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia

gestasi

2) Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya

setiap 30-60 mnt

3) Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)

4) Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C


5) Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak

kedinginan

6) Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan

berkemih, membrane mukosa kering )

7) Lakukan pemberian makn

oral dini

Rasional :

1) Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup

bulan meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau

meningkatkan aktivitas motorik karena banyak mengkonsumsi

oksigen

2) Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir

kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu

kulit dipertahankan diatas 36,50 C

3) Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan

kebutuhan oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin

4) Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi

5) Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan

konveksi dan membantu menghemat energi

6) Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui

augmentasi pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan

kehilangan air kast mata


7) Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan

kebutuhan cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan

menggantikan kehilangan cairan selanjutnya memperberat status

dehidrasi

3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

infeksi pada tali pusat tidak terjadi.

Kriteria hasil :

- Bebas dari tanda-tanda infeksi.

- TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit

- Tali pusat mongering

Rencana tindakan :

1) Observasi tanda-tanda infeksi

2) Pertahankan teknik septic dan aseptic.

3) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali

perhari.

4) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-

tanda infeksi. Rasional :

1) Mengetahui adanya indikasi infeksi

2) Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial


3) Potensial entri organisme kedalam tubuh

4) Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi

4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam

kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil :

- Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai

dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam.

- Membran mukosa normal.

- Ubun-ubun tidak cekung.

- Temperature dalam batas normal.

Rencana tindakan :
1) Pertahankan intake sesuai jadwal
2) Monitor intake dan output
3) Berikan infuse sesuai program
4) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor
kulit, mata
5) Monitor temperatur setiap 2 jam

Rasional :
1) Memantau keefektifan aturan terapeutik

2) Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan

kebutuhan cairan
3) Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan

bayi.

4) Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh

5) Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya

pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan

evaporasi.

5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang tua

mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Kriteria hasil :

- Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi

- Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi

Rencana tindakan :
1) Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang

kebutuhan fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan

ekstrauterus

2) Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan

informasi tentang variasi normal dan karakteristik seperti :

pseudomentruasi, pembesaran payudara

3) Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang


berhubungan dengan posisi menyusui dan menggendong

4) Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari

satu pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji

keadekuatan hidarasi dan nutrisi

5) Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan

pemberi pelayanan kesehatan

Rasional :

1) Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan

informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan

2) Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat

menurunan ansietas

3) Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik

perawatan bayi baru lahir

4) Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan

bayi bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan

selanjutnya. Membantu menjamin persiapan dan pemberian

formula yang tepat

5) Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan

dan perkembangan
Daftar Pustaka

Kumalasari, Intan. (2018). Modul Bahan Ajar Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir.
Palembang; Poltekkes Kemenkes Palembang.

Chapman, L. & Durham, R. (2010). Maternal–Newborn Nursing: The Critical Component


of Nursing Care. Philadelphia: FA Davis Company.

Novita, R. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,
Bayi, dan Keluarga. Vol 1. Alih bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai