PRODI S1 KEPERAWATAN
2017/2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO
semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight
Infants ( BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi
2 golongan :
1. Prematuritas murni.
Adalah: bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai
Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2. Dismaturitas.
Adalah : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga:
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK)
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NLB- KMK ).
B. Etiologi BBLR
1. Faktor Ibu.
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang
jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasanantenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
3. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
4. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
D. Pemeriksaan diagnostik
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada
3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
E. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan didalam incubator
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan
bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris
dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
F. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160
dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten
(PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi
dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada
gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia
gestasi antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor APGAR mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan
cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis
mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom
distress pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada
pada skrotum.
(IDAI, 2004)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik
Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif.
Kriteria : RR normal 40-60 kali/menit, jalan nafas paten, irama reguler.
RASIONAL
INTERVENSI KEPERAWATAN
MANDIRI
1. Membantu dalam membedakan priode perputaran
1. 1. Kaji frekwensi pernafasan dan pola
pernafasan yang normal dari serangan apnoe, yaitu
pernafasan. Perhatikan adanya apnea
terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke-
dan perubahan frekwensi jantung,
30.
tonus otot dan warna kulit berkenaan
2 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan
dengan prosedur atau perawatan,
nafas.
lakukan pemantauan jantung dan
3. 3. Hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu
pernafasan yang kontiniu.
lingkungan dapat menimbulkan apnea.
2. 2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
4. 4. Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan
3. 3. Pertahankan suhu tubuh optimal
menurunkan episode apnoe, khususnya adanya
4. 4. Posisikan bayi pada abdomen atau
hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
posisi terlentang dengan gulungan
popok di bawah bahu untuk
menghasilkan sedikit hiperekstensi.
1. 1. Hipoksia,asidosis metabolik, hiperkapnea,
KOLABORASI
hipoglikemia, hipopkalsemia, dan sepsis dapat
1. 1. Pantau pemeriksaan laboratorium
memperberat serangan apnoe.
(GDA, glukosa serum, elektrolit )
2. Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida
2. Berikan oksigen sesuai indikasi dapat meningkatkan fungsi pernafasan.
2. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak sub kutan.
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4-37,4)
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
MANDIRI
1. Timbang berat badan bayi saat 1. Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan
menerima di ruangan perawatan dan sesuai dengan BB dasar yang sesuai/
setelah itu setiap hari. normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-
2. Auskultasi bising usus, perhatikan 4 hari pertama dari kehidupan karena
adanya distensi abdomen, adanya tangisan keterbatasan masukan oral.
lemah yang diam bila dirangsang oral 2. Indikator yang menunjukkan neonatus
diberikan dan perilaku menghisap. lapar.
3. Lakukan pemberian makan oral awal 3. Pemberian makanan awal membantu
dengan 5-15 ml air steril, kemudian memenuhi kebutuhan kalori dan cairan
dextrose dan air sesuai protokol rumah khususnya pada bayi yang laju
sakit, berlanjut pada formula untuk bayi metabolismenya menggunakan 100- 120
yang makan melalui botol. kal/ kg BB setiap 24 jam.
Bayi mungkin memerlukan suplemen
KOLABORASI
glukosa untuk meningkatkan kadar serum.
Berikan glukosa dengan segera peroral
atau intravena bila kadar dextrostik kurang
dari 45 mg/dl.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh
dekat permukaan kulit.
Tujuan : Mempertahankan kulit utuh bebas dari cedera dermal.
Kriteria : Integritas kulit baik.
KESIMPULAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat
kelahiran kurang dari 2500gr. BBLR dapat dibagi 2 golongan yaitu: prematuritas murni dan
dismaturitas.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas,
sukar dalam pemberian minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi juga rentan mengalami hipotermi
jika tidak dalm incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila fasilitas tempat bayi
dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama
perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan
kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis
BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta: EGC.