Anda di halaman 1dari 44

Konsep dan Askep Neonatus

(Premature, BBLR, Asfiksia,


RDS, Hiperbillirubin)
Nama Kelompok :
1. Arvella Fatharani
2. Mirna Sulistiawati
3. Mega Laras Ningrum
4. Pramudja Wardana
5. Yuliana Lestari
• Definisi Neonatus Prematur
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, dkk, 2003).
• Klasifikasi Bayi Prematur (Menurut Rukiyah & Yulianti (2012)
1. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan masa
gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia
kehamilan.
• 2. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut.
• Etiologi Bayi Prematur (Menurut Rukiyah & Yulianti (2012)
1. Faktor Ibu
Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia), Riwayat kelahiran prematur
sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit, Kelainan
bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
2. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain kehamilan
ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi
(misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu
dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti plasenta
previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan
sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
• Tanda dan Gejala Bayi Prematur (Menurut Rukiyah & Yulianti (2012)
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.  
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, Rambut lanugo
masih banyak.
6. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum
kurang (pada bayi laki-laki).
• Pemeriksaan Penunjang pada Bayi Prematur (Menurut • Penatalaksanaan pada Bayi Prematur (Menurut Rukiyah &
Nurarif & Kusuma (2015) Yulianti (2012)
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm 3. Neutrofil meningkat 1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur
hingga 23.000-24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan mudah mengalami hipotermi.
menurun bila ada sepsis. 2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan
dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
lebih menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum
menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal. sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah dengan cermat.
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan. 4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
pada 1-2 hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari. dengan ketat.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama 5. Pemberian oksigen. Ekspansi paru yang buruk merupakan
setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 masalah serius bagi bayi prematur akibat tidak adanya alveoli dan
mg/dl pada hari ketiga. surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30%-35% dengan
menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi dalam
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
awal kehidupan. bayi dan dapat menimbulkan kebutaan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah. 6. Pengawasan jalan nafas. Terhambatnya jalan nafas dapat
mengakibatkan asfiksia dan hipoksia yang akan berakhir dengan
kematian. Bayi prematur dapat berisiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh
oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian pada Bayi Prematur 2. Pengkajian masalah yang berkaitan
1. Pengkajian pada Bayi dengan Ibu
a. Penimbangan berat badan. a. Masalah-masalah tersebut antara
b. Pengukuran panjang badan dan lingkar lain adalah hipertensi, toksemia,
kepala.
plasenta previa, abrupsio plasenta,
c. Mendiskripsikan bentuk badan secara
umum, postur saat istirahat, kelancaran
inkompeten servikal, kehamilan
pernapasan, edema dan lokasinya. kembar, malnutrisi, diabetes mellitus,
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang status sosial ekonomi yang rendah,
tampak. tiadanya perawatan sebelum
e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit kelahiran (prenatal care), riwayat
seperti warna pucat, mulut yang terbuka, kelahiran prematur atau aborsi.
menyeringai, dan lain-lain.
3. Pengkajian bayi pada saat 4. Kardiovaskuler
kelahiran 5. Gastrointestinal
a. Umur kehamilan biasanya 6. Muskuloskeletal
antara 24 sampai 37 minggu,
rendahnya berat badan saat 7. Integumen
kelahiran (kurang dari 2500 gram), 8. Neurologis
lapisan lemak subkutan sedikit 9. Pernafasan
atau tidak ada, bayi terlihat kurus,
kepala relatif lebih besar dari pada 10. Perkemihan
badan dan 3 cm lebih lebar 11. Reproduksi
dibanding lebar dada, nilai Apgar
pada 1 sampai 5.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
2. Ketidakadekuatan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas.
3. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan
ketidakadekuatan aktivitas peristaltik di dalam sistem gastrointestinal.
Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Imaturitas otot-
otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Intervensi : Airway Management
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 2. Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantuan.
jalan nafas dalam kondisi bebas atau paten dan pola
nafas mejadi efektif. 3. Lakukan suction bila perlu. 4. Auskulatasi suara nafas, catat
adanya suara nafas tambahan.
Kriteria Hasil : Monitor respirasi dan status O2.
Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, Oxygen Therapy
bayi mampu bernapas dengan mudah. 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea. 2. Pertahankan
Irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam batas jalan nafas yang paten.
normal (30-40 kali/menit pada bayi), tidak ada suara 3. Atur peralatan oksigenasi. 4. Monitor aliran oksigen. 5.
nafas abnormal. Pertahankan posisi pasien.
Tanda-tanda vital dalam batas normal. 6. Observasi adanya tanda-tanda distres respirasi seperti retraksi,
takipneu, apneu, sianosis.
Nadi : 120-130 kali/menit
Vital Sign Monitoring
Tekanan darah : 70-90/50 mmHg 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. 2.
Suhu : 36,6˚C-37,2˚C Monitor frekuensi dan kualitas nadi. 3. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Pernafasan : 30-40 kali/menit
• Definisi BBLR
• BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan <2.500gr tanpa
memandang masa kehamilan. Berat badan adalah berat bayi
yang di timbang dalam 1 jam setelah lahir. Penyebab BBLR
sangat kompleks. BBLR dapat di sebabkan oleh kehamilan
kurang bulan , bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi
keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum
umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum
siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk
mulai bernafas, menghisap, melawan infeksi dan menjadi
menjaga tubuhnya agar tetap hangat (Depkes RI, 2009)
Etiologi BBLR
A. Faktor ibu
1. Penyakit
a.Toksemia gravidarum
(keracunan kehamilan)ialah segala penyakitkehamilan dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinurinsampai pada tahap terparah yaitu kejang yang terjadi pada kehamilan 20minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan.Danmerupakan penyebabkematian terbesar pada ibu hamil (Arief, dkk,2009).
b.Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasakehamilan dimana umur kehamilan telah melebihi
28 minggu atau beratjanin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
c.Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah cedera fisik atau emosional. secara medis,”trauma”memiliki makna yang berbeda dan mengacu
pada pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengejutkan, yangsering menghasilkan efek
mental dan fisik berkelanjutan
d.Nefritis akut
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksikuman umumnya bakteri streptococcus.
e.Diabetes mellitus
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau
ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin.
Lanjutan..

2.Usia ibu
a.Usia <16 tahunKehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,emosional ibu belum
stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatankelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam
kandungan, adanyarasa penolakan secaraemosianal ketika si ibu mengandung bayinya(Ubaydillah, 2000).
b.Usia > 35 tahunKesulitan untuk hamil adalah hambatan terbesar bagi perempuanberusia 35 tahun atau
lebih. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kualitas sel telur perlahan ketika seorang perempuam memasuki
usia 30tahun, dan diikuti dengan jarangnya terjadi pembuahan meskipun siklusmenstruasi.
c.Multigravida adalah yang jarak kelahirannya terlalu dekat

3. Keadaan social
a.Golongan social ekonomi rendah
b.Perkawinan yang tidak sah

4.Sebab lain
a.Ibu yang perokok
b.Ibu peminum alcohol
B.Faktor janin

1.Hidramnion
Hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimanajumlah air ketuban meebihi dari
batas normal.
2.kehamilan ganda
kehamilan ganda merupakan dimana terdapata dua atau lebih embrioatau janin sekaligus, kehamilan
ganda terjadi apabila dua atau lebihovum dilepaskan dan dibuahi atau bila satu ovum yang
dibuahimembelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama padastadium massa sel dalam
atau lebih awal (Taufan, 2012).
3.Kelainan kromosom
Kelainan kromosom adalah untaian material genetik yang terdapatdidalam setiap sel makhluk hidup.
C.Faktorlingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain tempat tinggal didaratan tinggi,radiasi, sosio-ekonomi dan paparan
zat-zat racun(Arief, dkk,2009).
Klasifikasi BBLR
Berdasarkan definisi tersebut di atas, bayi berat lahir f. Ubun-ubun dan sutura lebar
rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi g. Rambut tipis, halus
prematuritas dan dismaturitas.
a)Prematur murni h. Tulang rawan dan daun telinga immaturi.
Putting susu belum terbentuk dengan baik
1.Pengertian prematur murni
j. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan usus dapat terlihat.
untuk usia kehamilan ataudisebut neonatus kurang k. Genitalia belum sempurna, labia minora belum
bulan sesuai masa kehamilan. tertutup oleh labiamayora (pada wanita), testis
2.Tanda bayi prematuritas murni belum turun (pada laki-laki)
a. Berat badan kurang dari 2.500gram,PB 45 cm, l. Bayi masih posisi fetal
lingkar kepalakurang dari 33 cm, lingkar dada kurang m. Pergerakan kurang dan lemah
dari 30 cm.
n. Otot masih hipotonik
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan o. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum
licin teratur dan sering mengalami serangan apnoe
d. Kepala lebih besar dari badan p. Refleks tonic neck lemah
e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga q. Refleks menghisap dan menelan belum
dan lengan. sempurna (Arief, dkk, 2009).
• Patofisiologi
Lanjutan..

b)Dismaturitas Temperaturdalam kandungan 37°Csehingga bayi lahir


1.Pengertian dismaturitas dalam ruangan suhu temperatur ruangan 28-32°C.
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
Perubahan temperaturini perludiperhitungkan pada
seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan BBLR karena belum bisa mempertahankan
dibawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, suhunormal yang disebabkan :
biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan a.Tipis pusat pengaturan suhu badan masih dalam
(pantiawati,2010). Berdasarkan umur kehamilan atau masa perkembangan
gestasi yang ditetapkan, maka bayi BBLRdigolongkan dalam
tiga kelompok : b.Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
a.Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2500 c.Cadangan energi sangat kurang
gram
d.Luas permukaan tubuh relativ luas sehingga risiko
b.Bayi berat lahir sangat rendah yaitu bayi berat lahir <1500 kehilangan panas lebih besar
gram
c.Bayiberat sangat rendah yaitu bayi yang berat lahirnya e.Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga
<1000gram (Saifuddin, 2009). kehilangan panas lebih besar
2.Tanda dan gejala bayi dismaturitas f.BBLR sering terjadi penurunan berat badan di
a.Kulit pucat, meconium kering keriput, tipis sebabkan: malas minumdan pencernaan masih lemah
b.Vernix aseosa tipis/ tidak ada g.BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat
c.Jaringan lemak di bawah kulit tipis nafas, hipotermi,hipoglikemia, hipokalsemia, dan
d.Bayi tampak gesit, aktif dan kuat hiperbilirubin (Sudarti,2013).
e.Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Arief, dkk, 2009).
Pemeriksaan penunjang / diagnostik
A. Anamnesis C. Pemeriksaan penunjang
1.Umur ibu 1.Pemeriksaan skor Ballard
2.Hari pertama haid terakhir
2.kocok (shake test) dianjurkan untuk
3.Riwayat persalinan sebelumnya bayi kurang bulan
4.Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
3.Darah rutin, glukosa darah
5.Kenaikan berat badan selama hamil
4.Kadar elektrolit dan analisis gas
6.Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-
obatan yang diminum selama hamil darah
B. Pemeriksaan fisik 5.Foto rontgen dada diperlukan pada
1.Berat badan < 2500 gram bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dan
2.Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
mengalami sindrom gangguan napas
3.Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan
(bila bayi kecil untuk masa kehamilan)
Penatalaksanaan medis
1. Pengaturan Suhu 3. Pencegahan infeksi
a. Bayi diletakkan dalam inkubator dgn suhu: a. Dipisahkan antara bayi yg kena infeksi
Bayi < 2 kg adalah 35℃ Bayi 2-2,49 kg adalah
34℃
dgn bayi yg tdk infeksi
b. Suhu inkubator dpt diturunkan 1℃ per b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
minggu untuk bayi diatas 2 kg memegang bayi
c. Bila inkubator tdk ada, pemanasan dapat c. Membersihkan tempat tidur bayi
dilakukan dgn membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat disekitarnya. d. Membersihkan ruangan
2. Makanan bayi e. Memandikan bayi, bersihkan tali
a. Jumlah cairan yg diberikan pertama kali pusat
adalah 1-5 ml/jam f. Petugas memakai pakaian yg telah
b.Banyaknya cairan yg diberikan adalah 60 disediakan
ml/kg/hari.
c. Setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari
g. Pengunjung hanya boleh melihat dari
pada akhir minggu kedua. kaca
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut:
a. Apirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks
b. Hipoglikemia janin
c. Penyakit membrane hialin
d. Asfiksia neonatorum
e. Hiperbilirubinemia
2. ibu
Konsep Asuhan Keperawatan a. keadaan bayi saat lahir ; BB <2500gr , PB<45cm, LK 33cm , LD
A. Pengkajian <30cm
1. Biodata
b.inspeksi
a.identitas bayi : Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD 1.kepala lebih besar daripada badan , ubun-ubun dan sutura lebar
b.identitas orang tua : Nama , umur, pekerjaan, 2.lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
pendidikan, alamat. 3.kulit tipis , transparan dan mengkilap
c.keluhan utama : PB<45 cm, LD<30cm, LK<33 cm , 4.rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
hipotermi. 5.garis telapak kaki sedikit
d.riwayat penyakit sekarang 6.rektarsi sternum dengan iga
e.riwayat penyakit keluarga 7.kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak subkutan)
f.riwayat penyakit dahulu
c.palpasi
1.hati mudah di palpasi
2. Pemeriksaan fisik biologis 2.tulang teraba lunak
1.Ibu 3.limpa mudah teraba ujungnya
a. riwayat kehamilan dan umur kehamilan 4.ginjal dapat di palspasi
b. riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan 5.daya isap lemah
yang dahulu dan sekarang 6.rektraksi tonus- leher lemah , reflex moro (+)
d.Perkusi
c. riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian
e.auskultasi
d. riwayat penyakit ibu 1.nadi lemah
e. psikososial dan spiritual ibu 2.denyut jantung 140-150 x/menit , respirasi 60 x/menit
f. riwayat perkawinan
Diagnosa , kriteria hasil, Intervensi
1. Gangguan pemenuhan O2 berbanding dengan surfectan, 2.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna berhubungan dengan reflex menghisap dan menelan yang
, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang belum sempurna, distensi abdomen, volume lambung
melengkung serta reflex batuk yang belum sempurna. berkurang, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak,
Tujuan: kebutuhan pernafasan dapat terpenuhi secara laktosa, vitamin yang larut dalam lemak berkurang, kerja
adekuat spinkter esophagus teratur.
dengan kriteria hasil: Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
1.Bernapas ddengan bebas dan lancer Dengan kriteria hasil:
2.Tidak ada sianosis, warna kulit merah 1.Reflex menelan dan isap adekuat
3.Tidak ada apnea atau tachypnea 2.Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab
4.Frekuensi nafas dalam batas normal 40-60 X/menit. 3.Mata tidak cekung
Pernafasan cegnestokes 4.BAB dan BAK lancer
Intervensi: Intervensi :
1. Beri rangsangan taktil sedini mungkin 1.Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan
2.Observasi pernafasan setiap 5 menit personde.
3.Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi 2.Berikan ASI dalam jumlah besar dan relative bertambah
4.Awasi perdarahan , monitor USG atau CT-Scan 3.Monitor BB setiap hari
5.Terapi O2 2lt/menit 4.Observasi intake dan output pagi
6.Kolaborasi obat-obatan 5.Pemberian infus glukosa
3.Gangguan regulasi suhu tubuh berbanding 4potensial infeksi berhubungan dengan rendahnya kadar Ig
G, relative belum membentuk antibody , daya fagositosis dan
dengan evaporasi yang berlebihan akibat reaksi peradangan yang belum baik
berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, Tujuan : Tidak ada infeksi / bayi terhindar dari infeksi
permukaan kulit, permukaan tubuh yang Dengan kriteria hasil:
relative lebih luar dari PB, otot yang tidak 1.kulit bersih dan tidak lembab
aktif atau kurang pergeseran. Produksi 2.mata tidak ada kotoran
panas yang berkurang akibat kurangnya 3.kuku terpotong pendek dan bersih
lemak dan pusat regulasi yang belum 4.rambut bersih
sempurna.
intervensi:
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal
1.cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
dan tidak hipotermi.
2.hindari menyentuh seminimal mungkin
Intervensi: 3.lakukan perawatan dengan teknik aseptic
1.Rawat bayi dalam incubator bersuhu 34- 4.batasi kontak langsung dengan bayi
35℃ 5.observasi tanda-tanda infeksi
6.kulit dan tali pusat terawatt dan di bersihkan
2.Pertahan kan suhu lingkungan adekuat 7.ciptakan lingkungan yang bersih dan sterilkan alat secara
3.Hindari bayi di mandikan teratur
8.bersihkan tempat tidur bayi dengan menggunakan cairan
4.Monitor suhu tubuh setiap 15 menit antiseptic sekali seminggu
5.potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya kulit dan kurang pergerakan
Tujuan: disintegritas kulit dapat di cegah
Intervensi:
1.batasi daerah genital dan sekitar dengan BAB dan BAK
2.seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan
3.berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas
4.beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena
5.ganti popok setiap kali basah / kotor
6.observasi tanda-tanda kemerahan ruam popok, infeksi
Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia, antara lain sebagai berikut :
1.Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2.Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak
menempel pada tempatnya.
3.Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4.Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
(denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasi.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus
neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.

Tanda Gejala :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
Pemeriksaan Penunjang

1. Denyut Jantung Janin


Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi
kepada keadaan semula . Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila
frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan
oksigenasi dan terus timbul kewaspadaan.
3. Pemeriksaan pH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil
contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
4. Dengan Menilai Apgar Skor
Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksia yaitu dengan penilaian Apgar Skor. Apgar mengambil batas waktu 1
menit karena dari hasil penyelidikan sebagian besar bayi baru lahir mempunyai Apgar terendah pada umur tersebut dan perlu
dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resusitasi aktif.
Penatalaksanaan

1. Membuka Jalan Nafas


Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas.
2 Mencegah Kehilangan Suhu Tubuh / Panas
Untuk Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.
3. Pemberian Tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.
4. Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti
menarik nafas dangkal.
5. Observasi gerak perut bayi
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara kedalam
lambung.
6. Penilaian suara nafas bilateral
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat
ventilasi yang benar.
7. Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas balon.
8. Pemberian Obat-Obatan Penunjang
Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80 per menit walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen
100%) dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung nol.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatorum 4. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
A. Pengkajian a. Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
1. Analisi data
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
Data subyektif terdiri dari b. Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
a. Biodata atau identitas pasien : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala kurang
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin atau lebih dari normal (34-36 cm).
b. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat. aesofagal
2. Riwayat kesehatan
4. Pola nutrisi
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
kasus asfiksia berat yaitu :
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multipel, dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. intravena.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur 5. Pola eliminasi
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
3. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat BAK : frekwensi, jumlah
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji : Data Obyektif
a. Kala I : a. Keadaan umum
ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio plasenta Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih..
maupun plasenta previa. b. Tanda-tanda Vital
b. Kala II : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan dengan benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi). Adanya trauma lahir yang dapat bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
mengganggu sistem pernafasan C.
Diagnosa , Kriteria hasil , Intervensi

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.


Tujuan Kriteria hasil :
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria:
-Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
-Pernafasan teratur.
-Tidak cyanosis.
-Wajah dan seluruh tubuh
-Berwarna kemerahan(pink variable).
Intervensi :
1. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan
bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
2. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses persalinan yang lama
dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36° C

Tujuan Kriteria Hasil :


Tidakterjadi hipotermia
Kriteria
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan

Intervensi :
1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang
kering dan hangat.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
Tujuan Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
- Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
- Retensi tidak ada
Intervensi :
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
3. Monitor intake dan out put.
4. Beri ASI sesuai kebutuhan.
5. Lakukan kontrol berat badan setiap hari.
Definisi Respiratory distress syndrome (rds )
• RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi prematur dengan tanda-tanda takipnea (>60
x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat
penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA
(Stark,1986).
Etiologi
Penyebab terjadinya RDS yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-
paru. Namun terdapat faktor predisposisi, diantaranya :
• Bayi dari ibu diabetes
• Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu
• Kehamilan multijanin
• Persalinan SC
• Persalinan cepat
• Asfiksia
• Stress dingin
• Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS
Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan
faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu
menahan sisa udara fungsional/kapasitas residu fungsional (Ilmu Kesehatan
Anak, 1985). Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan
menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan
atau ketidakmatangan fungsi surfaktan menimbulkan ketidakseimbangan
inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.
Lanjutan
Kolaps baru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan ventilasi
pulmonal yang menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah
konstriksin vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan
oksigenasi jaringan dan selanjutnya menybabkan
metabolismeanareobik.
RDS atau sindrom gangguan pernapasan adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri dan mengikuti masa deteriorasi (kurang lebih 48 jam)
dan jika tidak ada komplikasi paru akan membaik dalam 72 jam.
Manifestasi klinis
• Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya :
• Kesulitan dalam memulai respirasi normal
• Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan
menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit,
berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
• Refraksi sternum dan interkosta
• Nafas cuping hidung
• Sianosis pada udara kamar
• Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
• Auskultasi; udara yang masuk berkurang
• Edema ekstremitas
• Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan
corakan bronkogram udara.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
• Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
• Furosemiduntuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
• Fenobarbital
• Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
• Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian
dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
• Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan).
Lanjutan
Penunjang/diagnostik
• Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi
duktus alveolar.
• Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
• Data laboratorium
• Profil paru :
• untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang
mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
• Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi
oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
• Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang
rusak.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain :
• Ruptur Alveoli
• Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk
dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
• Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasif
seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
• Perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular.
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak
pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
• PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS
terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya
Konsep asuhan keperawatan RDS
1. Pengkajian
• Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi
• Riwayat kesehatan :
• Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung
• Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan
• Pemeriksaan Fisik :
• Keadaan umum : kesadaran, vital sign
• Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung
• Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi normal. Refraksi strenum dan interkosta, nafas
cuping hidung, cyanosis pada udara kamar, grunting, respirasi cepat atau lambat
• Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi lemah/cepat, akral dingin/hangat, cyanosis perifer
• Sistem gastrointestinal : muntah, kembung, peristaltik menurun/meningkat
• Sistem perkemihan : keluaran urine, warna
Diagnosa keperawatan , Kriteria hasil , Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan perubahan membran kapiler-alveolar
ketidakstabilan alveolar)
Tujuan yang diharapkan : pertukaran gas kembali
Tujuan yang diharapkan : Pola nafas kembali efektif normal
Kriteria Hasil : Kriteria hasil :
• Pengembangan dada simetris • Menunjukan perbaikan ventilasi dan
• Irama pernapasan teratur oksigenisasi jaringan adekuat dengan  GDA
• Bernapas mudah  dalam  rentang normal.
• Tidak ada suara nafas tambahan • Bebas dari gejala distres pernafasan.
Intervensi : Intervensi :
• Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya nafas 1. Pantau dispnea, takipnea, bunyi napas,
• Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada peningkatan upaya pernapasan, ekspansi, paru, dan
dan alat bantu pernafasan kelemahan 
• Posisikan klien untuk memaksimalkan 2. Monitor intake dan output cairan
ventilasi dan mengurangi dispnea  3.Jaga alat emergensi dan pengobatan tetap tersedia
• Berikan oksigen sesuai program  seperti ambu bag, ET tube, suction, oksigen
3. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia berhubungan • 4. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan
dengan berada di lingkungan yang dingin intake yang tidak adekuat
• Tujuan yang diharapkan : Hipotermia dapat teratasi
Tujuan : Nutrisi dapat tercukupi
Kriteria hasil :
• Suhu axila 36-37˚C Kriteria hasil :
• RR : 30-60 X/menit • Tidak terjadi penurunan BB > 15 %.
• Warna kulit merah muda • Bayi tidak muntah
• Tidak ada distress respirasi
• Bayi dapat minum dengan baik
• Tidak menggigil
• Bayi tidak gelisah Intervensi :
• Bayi  tidak letargi 1. Observasi reflek menghisap dan menelan bayi. 
Intervensi :
2. Observasi intake dan output.
1. Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis,
perubahan warna kulit  3. Berikan cairan IV dengan kandungan glukosa
2. Monitor status pernafasan  sesuai kebutuhan  neonates
3. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke dalam 4. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih
lingkungan / tempat yang hangat (didalam inkubator atau lampu cairan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
sorot)
4. Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah
dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan selimut.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
Tujuan yang diharapkan : Resiko kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
• Turgor pada perut bagian depan kenyal, tidak ada edema,
membranmukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB.
• Output urin 1-2 ml/kg BB/jam, ubun-ubun datar, elektrolit darah dalam
batas normal.
Intervensi :
1. Observasi suhu dan nadi 
2. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
3. Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis
pemeliharaan, selain itu berikan pula tindakan-tindakan pencegahan 
4. Berikan susu dan cairan intravena sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai