Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JURNAL KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pembimbing :

1.Ns.Helena Golang,M.Kep.,Sp.Kep.An

2.Ns. Zakiayah Mujahidah.,S.Kep.,M,Kep

Disusun Oleh :

PRAMUDJA WARDANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TA. 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “”
Alhamdulillah, akhirnya kami sebagai penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah dalam
waktu yang tepat. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.

Maka dari itu di dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari berbagai
pihak, maka penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga makalah
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya . Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Kritik dan saran bersifat
membangun, penyusun nantikan. Semoga karya ini berguna dan bermanfaat. Aamiin

Jakarta,22 Juni 2020

PRAMUDJA WARDANA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 3
DAFTAR ISI............................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5
1.3 Tujuan ..............................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN PERKEMBANGAN BALITA MENGGUNAKAN


DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST II (Denver II) DAN KUESIONER PRA
SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP).............................................................................

2.2 PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN PADA IBU DAN


KADER DALAM MENDETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITANYA MELALUI BINA
KELUARGA BALITA DI KEL. MANYARAN SEMARANG................................................
2.3 PENGALAMAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN NUTRISI BAGI BAYI PADA
TAHUN PERTAMA DI DAERAH PEDESAAN

2.4 TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN
INFUS DI RSUD KOTA SEMARANG………………………………………………………

2.5 POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1 SAMPAI 5
TAHUN DI KABUNAN TAMAN PEMALANG…………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..……………..
BAB I

PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN PERKEMBANGAN BALITA MENGGUNAKAN


DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST II (Denver II) DAN KUESIONER PRA
SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan balita sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan perkembangan balita, deteksi
dini dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan perkembangan sejak dini. Untuk
mengetahui adanya penyimpangan perkembangan pada balita dapat menggunakan instrumen
Denver Developmental Screening Test II ( Denver II) dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran perkembangan
balita menggunakan Denver II dan KPSP di PAUD Desa Janegara Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei –03 Juni
tahun 2014. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 23 balita dengan usia 18 bulan sampai 66
bulan. Untuk mengetahui perbedaan pengukuran perkembangtan balita menggunakan instrumen
Denver Developmental Screening Test II dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan. Conclusions
Hasil penelitian menggunakan uji fisher’s exact test diperoleh hasil p value 0.676> α0.05 yaitu tidak
ada perbedaan hasil yang signifikan antara pengukuran perkembangan balita menggunakan Denver
Developmental Screening Test II dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan di PAUD Desa
Janegara Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

2.1 Tujuan

Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas pada masa yang akan datang maka perlu dipersiapkan
agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei – 3 Juni 2014 di PAUD Desa Janegara Kecamatan
Jatibarang Kabupaten Brebes dengan jumlah populasi sebanyak 48 balita yang ada di PAUD Desa
Janegara. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu menjadikan
semua anggota populasi menjadi sampel penelitian. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
didasarkan pada kriteria inklusi yaitu kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini
balita berusia 18 - 66 bulan, diketahui dari data tanggal lahir anak, terdaftar dan aktif sebagai murid di
PAUD Desa Janegara, Saat dilakukan penelitian anak ada di PAUD Desa Janegara, orang tua anak
bersedia untuk menjadi responden, dan dikonfirmasi dengan lembar informed consent yang telah
ditandatangani. Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2010). kriteria eksklusi pada
penelitian ini anak sedang sakit dan tidak berangkat, balita yang mengalami cacat bawaan fisik, dan
anak pulang sebelum diteliti perkembangannya. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 balita
beserta orang tua balita. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur perkembangan masing-masing
balita menggunakan Denver II dan KPSP. Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil
pngukuran perkembangan balita dalam penelitian ini menggunakan uji fisher’s exact test dimana
dengan membandingkan p-value dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05.

4.1 Hasil

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang meliputi
analisa univariat yaitu karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin.
analisa bivariat yaitu pengukuran perkembangan balita menggunakan Denver II dan
KPSP.Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) untuk
mengetahui perkembangan anak dapat digunakan instrumen kuesioner pra skrining
perkembangan untuk mengetahui perkembangan pada balita usia 3 bulan sampai
dengan 72 bulan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti rata -rata usia
responden dalam penelitian ini adalah 48 bulan serta sebagian besar balita yang
belajar di PAUD berusia 36 bulan sampai 54 bulan. Selain itu instrumen Denver II
dan KPSP merupakan alat ukur perkembangan yang digunakan untuk mengukur
perkembangan balita usia 0-6 tahun. Di samping instrumen Denver II dan KPSP
digunakan untuk melakukan pengukuran perkembangan pada balita usia 0 -6 tahun
pada instrumen ini juga sama -sama meliputi empat aspek perkembangan yaitu
motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa. Dimana dalam
pengukuran.pengukuran perkembangan balita menggunakan Denver II dan KPSP
masing-masing instrumen mempunyai kekurangan dan kelebihan sendiri.
Pengukuran perkembangan balita menggunakan Denver IIdan KPSP memiliki
perbedaan yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran perkembangan balita
berbeda antara lain pada Denver II yang lebih berdasarkan observasi penguji serta
lebih aktual dengan melihat langsung perkembangan balita pada saat dilakukan
pemeriksaan perkembangan dan KPSP yang lebih berdasarkan observasi orang tua
atau pengasuh balita dalam pemeriksaan perkembangan harus lebih diperhatikan
karena dalam menjawab pertanyaan yang ada pada instrumen KPSP orang tua atau
pengasuh balita harus terbuka dan kejujuran dari orang tua atau pengasuh balita
sangat penting dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa.

JURNAL II
PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN PADA IBU DAN
KADER DALAM MENDETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITANYA MELALUI BINA
KELUARGA BALITA DI KEL. MANYARAN SEMARANG

1.1 Latar Belakang

Bina Keluarga Balita adalah kegiatan yang mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak
mengenai pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur yang dilaksanakan oleh kader berada
diwilayah RW. Kegiatan ini bertujuan sebagai upaya peningkatan pengetahun, ketrampilan dan
kesadaran ibu dalam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik,
kecerdasan sosial, emosional serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi dengan antara
ibu atau anggota keluarga lainnya dengan anak. Populasi kegiatan ini adalah kader BKB di RW IX
dan X di kelurahan Manyaran. Metode yang digunakan berupa pelatihan dan penyuluhan dengan
metode ceramah, diskusi dan demonstrasi cara pengasuhan anak dengan melibatkan peran serta
aktif dari orang tua balita. Hasilnya bahwa pengetahuan dan ketrampilan kader dalam memberikan
penyuluhan kepada ibu tepat dan pengetahuan ibu terkait pola asuh balitanya meningkat.
Kesimpulan kader dan ibu dapat memahami pentingnya pola asuh yang benar berdasarkan
kelompok umur.

2.1 Tujuan

Tujuan kegiatan ini diharapkan akan menambah pemahaman, ketrampilan dan kesadaran kader dan ibu
alam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan sosial,
emosional serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi dengan antara ibu atau anggota
keluarga lainnya dengan anak.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kegiatan pembentukan BKB ini berupa memberikan pelatihan kepada
kader yang sudah ditunjuk

oleh tingkat RW. Kemudian mengsosialisasikan kepada masyarakat adanya pembentukan BKB
kembali yang sudah lama vakum. Dengan terbentukknya BKB ini diharapkan adanya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran ibu dan kader tentang pola asuh yang benar untuk
mendukung proses tumbuh kembang balitanya. Kegiatan BKB di RW X tidak melihat kategori umur
sehingga permainan semua sama.

Pelatihan yang disampaikan kepada kader BKB dengan beberapa metode sebagai berikut:

1. Ceramah

Metode ini dipilih untuk menyampaikan teori dan konsep yang sangat prinsip dan penting untuk
dimengerti serta dikuasai oleh peserta pelatihan. Materi yang disampaikan meliputi Bagaimana
pengertian BKB, tujuan BKB, sasaran BKB, penyuluhan BKB berdasarkan kelompok umur, materi
penyuluhan tentang KB, Peran orang tua dalam pembinaan balita dan konsep diri orang tua, dan
cara pengisin kartu kembang anak.

2. Role Play
Peserta secara bergantian diminta untuk mempraktikan cara mengisi kuesioner atau alat pemantau
tumbang, pelayanan, pendeteksian,penyuluhan dan berinteraksi dini pada penyimpangan tumbuh
kembang anak, serta mempraktekkan cara stimulasi.

3. Studi kasus dan diskusi

Pada metode ini peserta akan melakukan kajian terhadap kasus-kasus yang mungkin dihadapi oleh
kader BKB pada saat praktik. Diharapkan kader akan lebih terampil dan memiliki bekal yang cukup
untuk melakukan memberikan penyuluhan kepada orantua.

4. Pendampingan

Metode ini dipilih pada saat pelaksanaan posyandu tim pelaksana terjun langsung untuk
mendampingi kader dalam melakukan memberikan contoh terlebih dahulu terkait pola asuh anak
sekaligus pendampingan. Harapannya setelah pelatihan selesai kader dapat melakukan sendiri tanpa
pendampingan tim pelaksana disetiap kegiatan BKB.

4.1 Hasil

Gambaran pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan pelatihan sebanyak tiga
kali pada tanggal 25 April –27 April 2014. Dikelurahan Manyaran di RW IX dan RW X. Peserta
pelatihan ini berjumlah 10 peserta masing-masing posyandu lima peserta. Pemilihan kader diserahkan
kepada ketua RW karena adanya pembatasan peserta. Pembinaan dan pendampingan dilaksanakan di
balai RW IX dan RW X setiap bulan sekali. Pembinaan dan pendampingan dilaksanakan di masing-
masing BKB dan diikuti oleh semua kader. Kegiatan pelatihan dimulai dengan pembukaan dan
kemudian pemberian materi sebelumnya pemateri melakukan penggalian tingkat pengetahuan kader
tentang sejauhmana kader mengetahui tentang pola pengasuhan terhadap anak dan penggunaan alat
permainan edukatif. Materi yang disampaikan pada pelatihan BKB meliputi pengenalan Bina
Keluarga Balita, pola asuh orangtua terhadap anak, media interaksi orangtua dan balita sebagai alat
bantu pendidikan anak balita dan pengenalan APE (Alat Permainan Edukatif). Saat
pendampingan di BKB secara langsung pada pertemuan pertama tim pengabdian masyarakat
memberikan contoh/stimulasi terkait bagaimana penyuluhan tentang pola asuh anak dan mengisi kartu
kembang anak. Untuk pertemuan selanjutnya kader yang akan langsung praktik dengan ibu yang
mempunyai balita. Hasil kegiatan pelatihan ini secara kualitatif menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan kader. Hasil adanya pembentukan BKB ibu atau pengasuh yang mempunyai anak balita
merasa senang, memahami tentang kebutuhan dasar anak, cara menstimulasi perkembangan anak.
Keberhasilan kegiatan pelatihan ini disebabkan kooperatifnya peserta mulai dari awal pelatihan sampai
selesai. Alasan dari aktifnya partisipasi peserta tersebut adalah keingintahuan peserta tentang
pentingnya BKB. Ketrampilan peserta ketika praktik mengisi kartu kembang anak juga menunjukkan
perbaikan. Hal ini ditunjukkan oleh demonstrasi dari semua peserta setelah selesai pelatihan dan saat
pelaksanaan BKB dihadapkan anak secara langsung.

JURNAL KE III
PENGALAMAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN NUTRISI BAGI BAYI PADA
TAHUN PERTAMA DI DAERAH PEDESAAN
1.1 Latar Belakang

Pemberian makanan tambahan bagi bayi pada 1 tahun pertama usianya mendasari
pertumbuhan dan perkembangan bayi pada waktu-waktu selanjutnya. Pemberian makanan ini
menjadi penting untuk diperhatikan oleh orang tua terutama ibu agar tercapai pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal. Perilaku pemberian makanan tambahan bagi bayi
dilatarbelakangi oleh banyak faktor diantaranya pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
keadaan sosial ekonomi dan keadaan geografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman keluarga dalam pemberian nutrisi bagi bayi pada tahun pertama di daerah
pedesaan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif.
Data kualitatif didapatkan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis yang menekankan
pada interpretatif secara individu, ditunjukkan dalam perilaku tertentu di masyarakat.
Penelitian ini menghasilkan 5 tema antara lain faktor-faktor pendorong keluarga dalam
pemberian ASI bagi bayi pada umur 6 bulan pertama, faktor-faktor penghambat keluarga
dalam pemberian ASI bagi bayi sampai umur 6 bulan pertama, faktor pendorong pemberian
makanan tambahan pendamping ASI sebelum anak mencapai usia 6 bulan, faktor pendukung
keluarga memilih jenis makanan pertama bagi bayi, serta tingkat pertumbuhan anak pada tahun
pertama di daerah pedesaan.

2.1 Tujuan

Untuk metabolism, yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral pada asupan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

3.3 Metode Penelitian

Pelatihan diawali dengan pemberian materi pengetahuan dilanjutkan dengan roleplay dalam
penggunaan alat permainan edukatif, penjelasan pola pengasuhan pada anak, Materi pelatihan
dibuat modul dan dibagikan pada seluruh peserta pelatihan sebelum dimulai.

Jenis dan desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data kualitatif
Didapatkan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis yang menekankan pada
interpretatif secara individu, ditunjukkan dalam perilaku tertentu di masyarakat. Di dalam
penelitian ini peneliti mengeksplorasi pengalaman keluarga di Desa Ngajaran dalam pemberian
nutrisi bayi pada tahun pertama di daerah pedesaan.
Populasi dan sampel

Populasi:
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak Balita (bawah lima tahun)
yang dalam hal ini diwakili oleh ibu atau pengasuh utama anak di keluarga tersebut yang berdomisili
di wilayah Desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Besar populasi
dalam penelitian ini berjumlah 250 keluarga.

Sampel:

Teknik penentuan sampel untuk data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
dengan jumlah partisipan sebanyak 17 orang, yang terdiri dari 10 orang ibu yang mempunyai Balita, 5
orang kader kesehatan dan 1 orang bidan desa.

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan, dimulai pada bulan November sampai dengan
bulan Desember 2012. Tempat penelitian adalah di Posyandu Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

Metode dan Alat Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan
menggunakan metode in-depth interview. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
semiterstruktur, wawancara langsung dan menggunakan jenis pertanyaan terbuka. Wawancara dengan
responden ibu atau pengasuh utama anak dilakukan di Posyandu saat kunjungan rutin, sedangkan
wawancara kader kesehatan balita sebagai responden dilakukan bersamaan saat pertemuan rutin
bulanan desa di Balai Desa Ngajaran pada tanggal 12 Desember 2012. Wawancara dengan bidan desa
dilakukan di ruang kerja bidan Puskesmas pembantu Desa Ngajaran.

Proses pengumpulan data dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: Tahap Orientasi

Peneliti memperkenalkan diri kemudian pendekatan kepada partisipan dan menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian, kerahasiaan data yang diberikan dan menjelaskan hak sebagai partisipan
serta manfaat dari penelitian. Apabila partisipan bersedia maka dilanjutkan dengan wawancara
dan bila partisipan tidak menyetujui dengan alasan tertentu selama proses wawancara belum
berakhir, partisipan dapat membatalkannya.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan wawancara dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan partisipan dan peneliti. Sebelum
wawancara dilaksanakan, peneliti menjelaskan kembali tujuan dari penelitian, waktu dan tempat kontrak.
Lama wawancara dilakukan 45-60 menit

Analisis Data

Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis. Dalam proses analisa
data dikerjakan dengan menggunakan model analisa data menurut Colaizy.
4.1 Hasil

Data hasil wawancara mendalam dengan partisipan ditulis selengkap-lengkapnya dan


dikelompokkan beradasarkan kata kunci. Kata kunci-kata kunci yang semakna dikelompokkan
untuk membentuk kategori. Dari kategori maka disusunlah tema-tema yang menggambarkan
tema dari hasil data yang diperoleh.Hasil pengumpulan data dari responden atau informan di
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pertama yang mendukung keluarga dalam
pemberian ASI bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan pertama adalah faktor ibu. Ibu yang
berperan sebagai ibu rumah tangga dapat selalu memberikan ASI bagi bayinya pada 6 bulan
pertama usia bayi. Ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga memiliki banyak waktu di
rumah untuk
 
mengasuh anak dengan segala kebutuhannya. Walaupun ibu juga harus menyelesaikan
pekerjaan rumah yang lain, namun hal ini tidak menjadi hambatan bagi ibu untuk memberikan
ASI kepada bayinya karena ibu dapat mengerjakan pekerjaan rumah sambil mengasuh bayi.
Bahkan bagi ibu yang bekerja membantu pekerjaan suami di sawah masih dapat memberikan
ASI kepada bayinya karena bayinya juga dibawa ke sawah. Ketersediaan waktu dan
kesempatan bagi ibu untuk memberikan ASI bagi bayinya menjadi faktor penting pelaksanaan
pemberian ASI eksklusif tanpa melihat jenis pekerjaan maupun tingkat pengetahuan ibu.
(Firmansyah, 2011).
 
Faktor pendukung kedua pada keluarga yang berasal dari ibu dalam pemberian ASI bagi bayi
sampai dengan usia 6 bulan adalah produksi ASI ibu yang cukup banyak sehingga dapat
mencukupi kebutuhan bayinya. Selain produksi yang banyak, kelancaran pengeluaran ASI juga
menjadi faktor pendukung pemberian ASI bagi bayi. Faktor yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif ibu pada bayi antara lain adalah dukungan keluarga, faktor peran suami dan
faktor pekerjaan. (Utami RT, 2011)
 
Faktor di atas relevan dengan data jumlah pekerjaan ibu yang didapat secara kuantitatif. Dilihat
dari segi jumlah, di Desa Ngajaran khususnya profesi terbanyak ibu adalah ibu rumah tangga,
yaitu sebesar 47%, sedangkan profesi ibu terbesar berikutnya adalah pegawai swasta, yaitu
sebesar 43%. Sisanya sejumlah 10% ibu bekerja sebagai wiraswasta, petani dan pegawai
negeri sipil (PNS).

JURNAL KE IV

TINGKAT NYERI ANAK USIA 7-13 TAHUN SAAT DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS
DI RSUD KOTA SEMARANG
1.1 Latar Belakang
Anak sakit dan dirawat di rumah sakit sebagian besar memerlukan tindakan pemasangan infus.
Pemasangan infus memerlukan tindakan penusukan vena, tindakan ini akan menimbulkan nyeri pada
anak. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat nyeri anak saat pemasangan infus. Jenis penelitian
adalah diskriptif dengan sampel penelitian 28 sampel di RSUD Kota Semarang. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata tingkat nyeri anak sebesar 4,18. Hasil ini menunjukkan anak mengalami nyeri
sekali saat pemasangan infus.

2.1 Tujuan

Untuk mengetahui tingkat nyeri anak usia 7-13 tahun yang dilakukan pemasangan infus di RSUD Kota
Semarang.

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah diskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 7-13 tahun
yang dibawa ke RSUD Kota Semarang dan dirawat di ruang Parikesit kelas II dan III. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel
28 anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui karakteristik anak dan lembar
pengkajian tingkat nyeri yaitu Wong Bacer Faces Pain Rating Scale. Pengolahan data dilakukan dengan

Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus Di RSUD Kota Semarang

Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus DI RSUD Kota Semarang

Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri atas umur, jenis kelamin, kehadiran keluarga, dan
pengalaman pemasangan infus sebelumnya serta tingkat nyeri responden.

Umur responden dalam penelitian ini adalah 7-13 tahun. Menurut perkembangan kognitif (Piaget) anak
usia 7-11 tahun berada dalam tahap operasional kongkret yang ditandai dengan penalaran induktif,
tindakan logis, dan pikiran konkrit yang reversibel (Muscari, 2005). Pada usia ini anak mampu
mengklasifikasi, mengurutkan, menyusun dan mengatur fakta untuk menyelesaikan masalah
(Hockenberry & Wilson, 2009). Selain itu anak juga memiliki kemampuan berfikir yang sudah rasional,
imajinatif dan dapat menggali objek atau situasi untuk menyelesaikan masalah (Supartini, 2004).
Responden pada penelitian ini yang umurnya 7-13 tahun saat dilakukan pemasangan infus mampu untuk
menyampaikan tingkat nyeri yang dirasakan. Perbedaan perkembangan diantara kelompok usia
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri (Perry & Potter, 2005). Toleransi terhadap nyeri akan terus
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, semakin bertambah usia anak maka makin bertambah pula
pemahaman dan usaha untuk pencegahan terhadap nyeri (Wahyuni & Nurhidayat, 2008).

Pada penelitian ini keluarga mendampingi responden saat pemasangan infus menunjukkan bahwa rumah
sakit sudah menerapkan Family Centered Care (FCC) sebagai suatu pendekatan pelayanan

Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus Di RSUD Kota Semarang

Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus DI RSUD Kota Semarang

keperawatan dengan melibatkan keluarga dalam pelayanan atau asuhan keperawatan anak, sehingga
diharapkan pelayanan keperawatan terhadap anak lebih baik dan dapat mengurangi dampak psikologis
anak (Hidayat, 2005). Selain itu kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang
mengalami suatu tindakan yang menimbulkan nyeri (Hockenberry & Wilson, 2009). Kehadiran orang
yang dicintai juga akan meminimalkan kesepian dan ketakutan klien (Perry & Potter, 2005).

4.1 Hasil

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Purwati (2010) yang menunjukkan bahwa
tingkat nyeri anak yang dilakukan pemasangan infuse mengalami nyeri hebat (skala wajah 5) sebesar 50
%.
JURNAL KE V

POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1 SAMPAI 5 TAHUN
DI KABUNAN TAMAN PEMALANG
1.1 Latar Belakang
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam
makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di
dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Jika
pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus,
pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi pada anak usia 1 sampai 5 tahun di Desa
Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan
rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan sampel jenuh sebanyak 33 responden yang
dilaksanakan di Desa Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang pada bulan Febuari 2013.
Analisa data menggunakan univariat dan bivariat dengan korelasi Chi Square. Berdasarkan hasil
penelitian ini didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi pada anak usia 1 sampai
5 tahun di Desa Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Menurut hasil penelitian ini,
disarankan agar ibu-ibu selalu menerapkan pola pemberian makan yang baik, maksudnya dalam
pemilihan makannya dan gizi makananya.

2.1 Tujuan

untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi
berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit
lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan yang kurang dari yang dibutuhkan akan
menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Peneliti ingin
mengetahui hubungan pola pemberian makan dengan status gizi anak usia 1 sampai 5 tahun. Populasi
penelitian ini adalah ibu dan balita di Desa Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang yang
berjumlah 33. Semua populasi akan dijadikan sampel penelitian ini. Tempat penelitian dilaksanakan di
Posyandu Desa Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang dan waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Februari 2013.

Pola pemberian makan akan diukur dengan menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 6
pertanyaan dengan 2 pilihan

Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman

Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan penelitian Sumaiyah (2008) yang mengatakan bahwa dalam
pola pemberian makan pada balita sebagian besar berada dalam kategori baik sebesar 36 responden (81,2
%). Hal ini di latar belakangi oleh tingkat pengetahuan, pendidikan, dan tingkat ekonomi yang baik.
Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula pengetahuan dan pengalamanya
dalam merawat anaknya khususnya dalam pola pemberian makannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Suhardjo (2010), bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ibu akan mampu
untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.

Makan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis
dengan berbagai cara pengolahannya. Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang anak dapat
memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan dalam masyarakatnya.

Pola pemberian makan pada balita harus dilakukan dengan tepat agar gizi balita bisa tercukupi dengan
baik. Pada bayi umur 0

sampai 6 bulan hanya diberikan ASI eksklusif. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi (DepkesRI,2005).

Pada usia 6 sampai 9 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi
sudah memiliki reflek mengunyah.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Realita (2010) yang menjelaskan bahwa konsumsi makanan atau
dalam pola pemberian makan yang baik berpengaruh terhadap status gizi (pertumbuhan) balita. Status
gizi baik bila tubuh memperoleh asupan gizi yang baik, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik dan
kesehatan secara umum pada keadaan umum sebaik mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan atau kelebihan zat gizi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status
gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2009). Untuk menentukan
klasifikasi status gizi digunakan z-score sebagaibatasambangkategori.Standar deviasiunit(z-
score)digunakanuntuk meneliti dan memantau pertumbuhan serta mengetahui klasifikasi status gizi.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Marimbi, 2010).

Hal ini disebabkan karena ibu-ibu di Desa Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang mempunyai
pengetahuan, pengalaman, dan pendidikan ibu yang tinggi tentang gizi, karena ketika bayi umur 0 sampai
6 bulan hanya diberikan ASIeksklusif,umur6sampai9bulanbayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI
berbentuk lumat halus, umur 9 sampai 12 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu
berupa nasi tim atau bubur saring dengan frekuensi dua kali sehari.

Hal ini diperkuat oleh Sunardi (2000) yang mengatakan bahwa pengetahuan dan peran ibu dalam
membina makan sehat sangat dituntut demi mempertahankan pola pemberian makan yang benar pada
anak. Makanan selingan anak perlu diperkenalkan sejak anak masuk kemakanan keluarga. Tentunya
dipilih yang sesuai dengan usianya yaitu konsistensinya dan porsi.

Kesehatan anak merupakan hal yang perlu diupayakan secara serius oleh orang tua. Untuk itu diupayakan
pengaturan pola pemberian makan yang tepat seimbang agar anak tetap sehat. Kesehatan anak
dapatdicapaimelaluiupayapemberian makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan gizinya. Makan
seimbang yaitu makan sesuai komposisi bahan makanan yang dibutuhkan tubuh dalam porsi yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak pada masing-masing usianya.

Anda mungkin juga menyukai