Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENERAPKAN KONSEP DAN CARA DESINFEKSI

KELOMPOK 11

NAMA KELOMPOK:
SOHIBUL QODAFI
SITI MUJAHIDAH
TASYA NAILA AZZAHRA

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Menerapkan Konsep dan cara Sterilisasi” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan
agama dengan judul “Menerapkan Konsep dan Cara Sterilisasi”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Jakarta, 29 Januari 2020


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………..…………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………………...…………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………......……....1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………...…….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desinfeksi………………………………………………………..……….
…....2
2.2 Jenis Desinfeksi………………………...
………………………………………………….3
2.3 Cara Desinfeksi……...…………………...……………………………………………....10
2.4 Macam-macam Desinfeksi….. ……………..……………………………………………13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
……………………………………………………………………………...16
3.2 Saran ..……………………………………………………………………………………
16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………
17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang berisiko
terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat
penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Selain itu
diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara
keseluruhan.
Sejalan dengan itu, program patient safety yang sekarang sedang digalakkan oleh semua rumah
sakit, dimana salah satu tujuan patient safety yaitu untuk melindungi pasien dari penularan
infeksi yang bisa saja terjadi. Oleh sebab itu perlu tindakan untuk pencegahan infeksi.
Pada makalah ini, kami akan membahas secara spesifik mengenai salah satu tindakan
pencegahan infeksi yaitu tindakan desinfeksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah dalam makalah ini dirumuskan menjadi enam pertanyaan.
A. Apa yang dimaksud dengan desinfeksi?
B. Apa saja jenis desinfeksi?
C. Bagaimana cara desinfeksi?
D. Apa saja macam desinfektan?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang, tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
A. apa yang dimaksud dengan desinfeksi;
B. jenis desinfeksi;
C. cara desinfeksi;
D. macam-macam desinfektan;
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang
tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri (A. Aziz Alimul H., 2012). Desinfeksi
juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen
tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran.
Desinfeksi dilakukan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles,
merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi dan mengondisikan alat
dalam keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek, kandungan
zat organik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, kealamian
objek, suhu dan derajat keasaman (pH).
B. Jenis Desinfeksi
1. Desinfeksi Tingkat Tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme kecuali spora bakteri.
Teknik DTT dapat digunakan pada alat-alat medis. DTT dapat dilakukan dengan merebus,
mengukus atau menggunakan bahan kimia.
a. DTT dengan merebus
1) Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih
2) Merebus selama 20 menit dalam panci tertutup
3) Seluruh alat harus terendam
4) Jangan menambah alat apapun ke air mendidih
5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah
di DTT, maksimal satu minggu

b. DTT dengan mengukus


1) Kukus alat selama 20 menit
2) Kecilkan api sehingga air tetap mendidih
3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya ua
4) Jangan pakai lebih dari 3 panci uap
5) Keringkan dalam kontainer DTT
c. DTT dengan kimia
1) Desinfektan kimia untuk DTT
2) Klorin 0,1%, Formaldehid 8%, Glutaraldehid 2%
3) Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas lalu keringkan
4) Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit
5) Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara
6) Segera pakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT

2. Desinfeksi Tingkat Sedang


Desinfeksi tingkat sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
Desinfeksi tingkat sedang jarang dipakai di rumah sakit, namun bisa diterapkan di rumah untuk
mendesinfeksi peralatan dapur.
3. Desinfeksi Tingkat Rendah
Desinfeksi tingkat rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan beberapa
jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan
spora bakteri. Teknik ini tidak digunakan di rumah sakit, namun dapat diterapkan untuk
mendesinfeksi perabot rumah tangga.
C. Cara Desinfeksi
Menurut A. Aziz Alimul H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu sebagai
berikut.
1. Cara desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi
dengan alkohol 70%
b. Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya
c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%,
kemudian dengan alkohol.
d. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya.
2. Cara desinfeksi dengan mengoleskan
Prosedur kerja:
Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau betadine
3. Cara desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja:
a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%
b. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam
c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam
4. Cara desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan masing-masing permukaan
selama 2 jam
D. Macam-macam Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati. Disenfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedangkan desinfektan digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Proses desinfeksi
dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi
baik di rumah tangga, laboratorium, dan rumah sakit.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan. Berdasarkan gugus yang
dikandungnya, desinfektan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung
gugus –COH
2. Golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus –OH
3. Golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan
halogen atau yang mengandung gugus-X
4. Golongan fenol dan fenol terhalogenasi
5. Golongan garam amonium kuarterner
6. Golongan pengoksidasi
7. Golongan biguanida.
Berdasarkan kemampuannya membunuh virus HIV dan Hepatitis B, desinfektan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut.
1. Golongan pertama, yaitu desinfektan yang tidak dapat membunuh virus HIV dan
Hepatitis B. Contoh desinfektan golongan ini adalah Klorhexidine (Hibitane,
Savlon), Cetrimide (Cetavlon, Savlon) dan Fenol-fenol (Dettol). Klorheksidine dan
cetrimide dapat digunakan sebagai desinfektan kulit. Fenol-fenol dapat digunakan
untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan
air dan sabun sudah dianggap memadai.

Desinfektan golongan ini tidak aman digunakan untuk:


a. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
b. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang
terkena darah.

2. Golongan kedua yaitu desinfektan yang dapat membunuh virus HIV dan Hepatistis
B. Desinfektan golongan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
a. Desinfektan yang melepaskan klorin. Contohnya yaitu Natrium hipoklorit (pemutih),
Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T), Natrium Dikloro isosianurat
(NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)
b. Desinfektan yang melepaskan Iodine, misalnya Povidone Iodine (Betadine, Iodine
lemah)

Desinfektan yang dapat digunakan sebagai antiseptik yaitu sebagai berikut.


1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropyl)
2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).
3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).
4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium
tinktur).
5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).
6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi
(Dettol).
7. Triklosan 0,2-2%
Setiap desinfektan memiliki keuntungan dan kerugian. Berikut ini akan dijelaskan keuntungan
dan kerugiannya.
1. Alkohol
Keuntungan :
a. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol
membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh
semua jenis virus.
b. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan
cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di
bawah sarung tangan selama beberapa jam.
c. Relatif murah dan tersedia di mana-mana
Kerugian :
a. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah
pengeringan kulit.
b. Mudah mengeringkan kulit.
c. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
d. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
e. Merusak karet atau lateks.
f. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih

2. Klorheksidin Glukonat (CHG)


Keuntungan :
a. Antimikrobial spektrum luas.
b. Secara kimiawi aktif paling sedikit 6 jam.
c. Perlindungan kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan
penggunaan ulang
d. Pengaruh material organik minimal.
e. Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan
alkohol.
Kerugian :
a. Mahal dan tidak selalu tersedia.
b. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
c. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
d. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
e. Hindari kontak dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitis

3. Larutan Yodium dan Iodofor


Keuntungan :
a. Efek antimokrobial spektrum luas.
b. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
c. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
d. Larutan 3% tidak menodai kulit.
Kerugian :
a. Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
b. Iodofor mempunyai efek residual yang kecil.
c. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
d. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit
sesudah kering (pakai alkohol).
e. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan
hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman
1989).
f. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi

4. Kloroheksilenol
Keuntungan :
a. Aktivitas bersepektrum luas.
b. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik.
c. Efek residu tahan sampai beberapa jam.
d. Minimal efek oleh bahan organik.
Kerugian :
a. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit
berkurang.
b. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat
dan potensial meracuni.

5. Triklosan
Keuntungan :
a. Aktivitas berspektrum luas.
b. Persistensi sangat bagus.
c. Sedikit efeknya oleh bahan organik.
Kerugian :
a. Tidak ada efeknya terhadap Paeruginosa atau baksil gram negatif lain.
b. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan)
Kriteria desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi
mikroorganisme pada suhu kamar; aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH,
temperature dan kelembaban; tidak toksik pada hewan dan manusia; tidak bersifat korosif; tidak
berwarna dan meninggalkan noda; tidak berbau; bersifat biodegradable/mudah diurai; larutan
stabil; mudah digunakan dan ekonomis; serta aktivitasnya berspektrum

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab II dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek
yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.
2. Berdasarkan jenisnya, desinfeksi dibagi menjadi tiga yaitu desinfeksi tingkat tinggi,
desinfeksi tingkat sedang dan desinfeksi tingkat rendah.
3. Desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu cara desinfeksi dengan
mencuci, cara desinfeksi dengan mengoleskan, cara desinfeksi dengan merendam
dan cara desinfeksi dengan menjemur.
4. Berdasarkan gugus yang dikandungnya, desinfektan dapat dikelompokkan
menjadi golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alcohol, golongan
halogen atau senyawa terhalogenasi, golongan fenol dan fenol terhalogenasi,
golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi dan golongan
biguanida. Sedangkan berdasarkan kemampuannya membunuh virus HIV dan
Hepatitis B, desinfektan dapat dikelompokkan menjadi golongan pertama, yaitu
desinfektan yang tidak dapat membunuh virus HIV dan Hepatitis B dan golongan
kedua yaitu desinfektan yang dapat membunuh virus HIV dan Hepatistis B
B.     Saran
 Berdasarkan uraian pada bab II, penulis mengusulkan saran kepada pihak terkait sebagai
berikut: Kepada semua pihak yang terkait di pelayanan kesehatan baik klinik, puskesmas,
rumah sakit dan lain-lain, agar menerapkan metode desinfeksi sesuai prosedur untuk
mencegah terjadinya penularan infeksi. Karena angka penularan infeksi merupakan salah
satu indikator penerapan patient safety.
 

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Http://ahmadmuzaki47.blogspot.co.id. 2011. Desinfeksi.Diunduh 15 Oktober 2015. Pukul 16.00 WIB.

Http://www.scribd.com. Desinfeksi, Sterilisasi, Aseptik dan Antiseptik. Diunduh 15 Oktober 2015. Pukul


16.05 WIB.

Http://darjonersacademy.blogspot.co.id. 2011. Sekilas Tentang Desinfeksi dan Antiseptik. Diunduh 27


Oktober 2015. Pukul 15.00 WIB.

Http://dr-suparyanto.blogspot.co.id. 2011. Konsep Desinfektan. Diunduh 27 Oktober 2015. Pukul 15.00


WIB.

Anda mungkin juga menyukai