Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Pramudja Wardana (1032181006)
2. Etiologi
Secara umum, para penderita asma mengalami penyempitas bronkus yang
disebabkan oleh hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma biasanya sangat
sensitive terhadap rangsangan baik iritas, bau, udara dingin, infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah, stress,dan sebagiannya.
Menurut penyebabnya asama terbagi menjadi alergi, idiopatik atau
nonalergi dan campuran (mixed) :
a. Asma alergik atau ekstrinsik, merupakan suatu jenis asma yang disebabkan
oleh allergen (misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari,
3. Patofisiologi
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas.Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel
epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma.Pencetus serangan asma
dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen, virus, dan iritan yang
dapat menginduksi respons inflamasi akut.Asma dapat terjadi melalui 2 jalur,
yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.Jalur imunologis didominasi oleh
antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari
fase cepat dan fase lambat.Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan
ini disebut atopi.Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan
sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil.Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi
IgE orang tersebut meningkat.Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE
yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi
mengeluarkan berbagai macam mediator.Beberapa mediator yang dikeluarkan
adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu
akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi
mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus,
sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada reaksi alergi fase cepat,
obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah pajanan
alergen.Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator sel
mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus.Pada fase
lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan allergen dan bertahan selama 16-
24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu.Sel-sel inflamasi
seperti
eosinofil, sel T, sel mast dan antigen presenting cell (APC) merupakan sel-sel
kunci dalam patogenesis asma.Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan
mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin
juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus,
sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan
membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke
dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel
bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat
terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara
dingin, asap, kabut dan SO2. Sama halnya pada manusia, perubahan struktur
saluran nafas pada asma berkontribusi pada perkembangan dan progreisifitas
penyakit, pada kasus yang berat, obstruksi aliran nafas sering diakibatkan
hyperplasia sel mucus, penebalan membrane subepitelial, peningkatan otot polos
melalui hipertrofi dan hyperplasia, saluran nafas mulai fibrosis dengan
peningkatan deposit jaringan ikat dan terjadi juga proliferasi mioblast dan
fibroblast. Aktivasi otot polos saluran nafas selama bronkokonstriksi merubah
ukuran saluran nafas dan menyebabkan stress mekanikal pada dinding saluran
nafas. Sel epital saluran nafas, sel otot polos dan fibroblast merupakan respon
terhadap stress mekanikal tersebut. Respon epitel terhadap stress mekanik adalah
berinteraksi dengan sel mesenkim untuk koordinasi remodeling jaringan.
4. Pathway
Imunologis
Terjadi
Sensitivitas
Imunoglobulin E
Mengeluarkan mediator
Histamine,
leukotrin,eosinofil,dan
bradikinine keluar
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesakdalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat,wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien unutk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalanapas yang tersumbat
menyebabkan dispnea. Serangan Asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai
beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meskipun serangan asma jarang
ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status
asmatikus”, kondisiini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
4. PENAUALAKSANAAN
a. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala gejala
yang timbul saat serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan
pemeliharaan keehatan optimal yang umum. Tujuanutama dari berbagai
macam pengobatan adalah pasien segeramengalami relaksasi bronkus.
Terapi awal, yaitu:
1) Memberikan oksigen pernasal
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5mg atau
=. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah
:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagidapat
menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, jugadikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara
hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec,
kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang
mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke
dalam rongga dada .
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
g. Fraktur iga
1. PENGKAKIAN
semakin tinggi.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya
secara normal. Pasien perlu menyesuaikankondisinya berhubungan dengan
orang lain.
h. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan
ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah
ini akan menjadi stresor yang akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya
serangan Asma.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang
salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien.
j. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus
serangan Asma maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan
pengaruh terhadap kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap
stresor.
k. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat
meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang
2.DIAGNOSA KEPERAWAUAN
1. Ortopnea
1. Bersihkan secret
Objektif
pada mulut, hidung
2. Pernapasan 2. Pertahankan
cuping hidung
3. Diameter Thoraks kepatenan jalan
anterior-posterior napas
meningkat 3. Siapkan dan atur
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
1. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas
dan/atau tidur.
1. Kolaorasi pemberian
bronkodilator,
Ekspektoran,
Mukolitik, Jika perlu
Latihan batuk efektif
Tindakan
Observasi
1. Identivikasi
kemampuan
batuk
2. Monitor adanya
retensi sputum
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
napas
4. Monitor input dan
output cairan (mis.
jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
Edukasi
dikeluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu ( dibulatkan)
selama 8 detik
2. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
3. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
Gas keperawatan selama …. x
Tindakan
24 jam makaPertukaran
Berhubungan dengan
gas meningkat dengan Observasi
ketidakseimbangan
kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi,
ventilasi perfusi ditandai
dengan 1. Tingkat kesadaran : irama, kedalaman dan