Anda di halaman 1dari 29

FARMASI RUMAH SAKIT

STUDI KASUS “ASMA”

Dosen Pengampu : Dr. apt. Opstaria Saptarini, M.Si.

Kelas C4/Kelompok 2
Disusun Oleh :

Violita Munawaroh (2120414680)


Viya Amalia (2120414681)

PROFESI APOTEKER ANGKATAN 41


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel di mana
trakea dan bronki berespons secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk, dan mengi (Smeltzer dan Bare, 2006). Batasan asma yang lengkap yang
dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) didefinisikan sebagai gangguan
inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,
eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi
berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini
hari (GINA, 2006., Yudistiawan, 2011).

B. Etiologi Asma
Menurut Irman Somantri (2008), etiologi penderita asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsang
imunologi maupun nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka serangan asma mudah
terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik, metabolisme, kimia, alergen, infeksi, dan
sebagainya. Faktor penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan
sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Alergen utama: debu rumah, spora jamur, dan tepung sari perumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Lingkungan kerja
f. Obat-obatan
g. Emosi
h. Lain-lain: seperti refluks gastro esofagus.
Penyebab asma yang umum ialah hipersensitivitas kontraktil bronkiolus sebagai
respons terhadap benda-benda asing di udara. Pada pasien di bawah usia 30 tahun,
sekitar 70 % asma disebabkan oleh hipersensitivitas alergik, terutama hipersensitivitas
terhadap serbuk sari tanaman. Pada pasien yang lebih tua, penyebabnya hampir selalu
hipersensitivitas terhadap bahan iritan nonalergennik di udara, seperti iritan pada
kabut asap (Guyton dan Hall, 2006).
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor saraf otonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu (Sundaru, 2006). Aktivitas bronkokonstriktor neural di perantarai oleh
bagian kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan nafas,
disebut reseptor batuk atau iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks
arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens merangsang kontraksi otot polos
bronkus. Neurotransmisi peptida intestinal vasoaktif (PIV) memulai relaksasi otot
polos bronkus. Neurotransmisi peptida vasoaktif merupakan suatu neuropeptida
dominan yang dilibatkan pada terbukanya jalan nafas.

C. Patofisiologi Asma
Penyakit asma merupakan suatu proses inflamasi kronik pada saluran
pernafasan. Inflamasi ini menyebabkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan
reaktivitas saluran pernafasan. Berbagai sel inflamasi yang berperan terutama (sel
mast, eosinofil, neutrofil, magrofag, sel limfosit T) pada mukosa dan lumen saluran
napas. Dua hal yang berperan dalam penyakit asma yaitu obstruksi dan hiperaktivitas
saluran napas. Pasa asma dinding bronkus akan mengalami reaksi yang berlebihan
terhadap rangsangan sehingga terjadi spasme otot polos yang periodik dan
menimbulkan konstriksi jalan napas berat (Kowalak dkk, 2011).
Antibodi IgE yang melekat pada sel-sel mast yang mengandung histamin pada
reseptor membran sel akan memulai serangan asma ketika terpajan oleh suatu antigen.
Pada pajanan selanjutnya dengan antigen tersebut, sel-sel mast mengalami degranulasi
dan akan melepaskan mediatornya. Sel-sel mast dalam jaringan interstisial paru akan
merangsan untuk melepaskan histamin dan leukotrien. Histamin akan terikat pada
tempat-tempat reseptor dalam bronkus dan menyebabkan pembengkakan pada otot
polos yang akan menyebabkan penyempitan saluran napas. Karena penyempitan
saluran napas tersebut pasien akan mengalami ekspirasi yang memanjang dan
frekuensi respirasi yang meningkat (Kowalak dkk, 2011).
Leukotrien melekat pada tempat reseptor dalam bronkus yang lebih kecil dan
menyebabkan pembengkakan pada otot polos. Leukotrien juga menyebabkan
prostaglandin bermigrasi melalui aliran darah ke dalam paru-paru dan akan
meningkatkan efek kerja histamin. Bunyi mengi (wheezing) dapat terdengar pada saat
batuk semakin tinggi nadanya karena semakin sempit lumen bronkus. Histamin juga
menstimulasi membran mukosa untuk menyekresi mukus secara berlebihan dan
selanjutnya akan membuat lumen menjadi semakin sempit dan akan menyumbat jalan
napas. Sel-sel goblet menyekresi mukus yang sangat lengket dan sulit dikeluarkan
melalui batuk sehingga pasien akan menjadi semakin batuk, bunyi ronki serta mengi
akan semakin terdengar dan akan mengalami distres pernapasan yang bertambah
berat.Pada saat inspirasi, lumen bronkus yang sempit masih dapat sedikit
mengembang sehingga udara dapat masuk ke dalam alveoli. Tetapi pada saat
ekspirasi, peningkatan intratorakal menyebabkan penutupan lumen bronkus sehingga
udara tidak bisa keluar (Kowalak dkk, 2011).

D. Gambaran Klinis
Asma bukan suatu penyakit tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan
mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan komplek sgejala klinis termasuk
obstruksi jalan napas reversibel. Sebagai sindrom episodik, terdapat interval
asimtomatik di antara kejadian serangan asma. Ciri-ciri yang sangat penting dari
sindrom ini seperti dispnea, suara mengi, obstruksi jalan napas reversibel terhadap
bronkodilator, bronkus yang hiperrenponsif terhadap berbagai stimulus baik yang
spesifik maupun non spesifik, dan peradangan saluran pernapasan. Semua ciri-ciri
tersebut tidak harus terdapat secara bersamaan (Djojodibroto, 2009).
Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang
sering terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, timbulnya pulsus
paradoksus, timbulnya kussmaul’s sign, pasien akan mencari posisi yang nyaman
yaitu duduk tegak dengan tangan berpegangan pada sesuatu agar bahu tetap stabil,
dan biasanya berpegangan pada lengan kursi, dengan demikian otot napas tambahan
dapat bekerja dengan lebih baik. Gejala asma dapat dibedakan dengan gejala penyakit
obstruksi jalan napas lainnya, seperti bronkitis kronis, emfisema, dan fibrosis kistik.
Asma terjadi pada penderita muda yang bukan perokok; saat eksaserbasi akut, nilai
kapasitas residual fungsional adalah normal, daya tahan saat exercise dan parameter
sprirometrik pada penderita asma tidak banyak berubah dibandingkan penderita
bronkitis kronik maupun penderita emfisema (Djojodibroto, 2009).
E. Penatalaksanaan Asma
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol klinis dari
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. GINA (Global Initiative for (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol. Untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu: medikasi dan pengobatan berdasarkan derajat
(Khoman, 2010).
a. Medikasi
Smeltzer dan Bare (2006), terdapat lima kategori pengobatan yang digunakan
dalam mengobati asma: agonis beta, metilsantin, antikolinergik dan inhibitor sel
mast.
1) Agonis Beta
Agonis beta (agen β-adrenergik) adalah medikasi awal yang digunakan
dalam mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-otot polos bronkial.
Agens adrenergik juga meningkatkan gerakan siliaris, menurunkan mediator
kimiawi anafilaktik dan dapat menguatkan efek bronkodilatasi dari
kortikosteroid. Agens adrenergik yang paling umum digunakan adalah
epinefrin, albuterol, metaroterenol, isoproterenol, isoetharine dan terbutalin.
Obat-obat tersebut biasanya diberikan secara parenteral atau melalui inhalasi.
Jalur inhalasi adalah jalur pilihan karena cara ini memengaruhi bronkiolus
secara langsung dan mempunyai efek samping yang lebih sedikit.
2) Metil Santin
Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin, digunakan karena mempunyai efek
bronkodilatasi. Agen ini merilekskan otot-otot polos bronkus, meningkatkan
gerakan mukus dalam jalan napas dan meningkatkan kontraksi diafragma.
Aminovilin (bentuk IV teofilin) diberikan secara intravena. Teofilin diberikan
per oral. Metilsantin tidak digunakan dalam serangan akut karena awitannya
lebih lambat dibanding agonis beta. Ada beberapa faktor yang dapat
mengganggu metabolisme metilsantin, terutama sekali teofilin, termasuk
merokok, gagal jantung, penyakit hepar kronis, kontraseptif oral, eritromisin,
dan simetidin. Harus sangat hati-hati ketika memberikan medikasi ini secara
intravena. Jika obat ini diberikan terlalu cepat, dapat terjadi takikardi atau
distritmia jantung.
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini mungkin
diberikan secara intravena (hidrokortison), secara oral (prednison, prednisolon)
atau melalui inhalasi (beklometason, deksametason). Mekanisme kerjanya
belum jelas. Medikasi ini diduga mengurangi infalamasi dan bronkokonstriktor.
Kortikosteroid (tidak melalui inhalasi) mungkin diberikan untuk serangan
asmatik akut yang tidak memberikan respon terhadap terapi bronkodilator.
Kortikosteroid telah terbukti efektif dalam pengobatan asma dan PPOM.
Penggunaan kortikosteroid berkepanjangan dapat mengakibatkan terjadinya
efek samping yang serius, termasuk ulkus peptikum, osteoporosis, supresi
adrenal, miopati steroid dan katarak.
4) Inhibitor Sel Mast
Natrium kromolin, suatu inhibitor sel mast yang merupakan bagian
integral dari pengobatan asma. Medikasi ini diberikan melalui inhalasi.
Medikasi ini mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, dengan
demikian mengakibatkan bronkodilatasi dan penurunan inflamasi jalan napas.
Natrium kromolin sangat 31 bermanfaat diberikan antara serangan atau
sementara asma dalam remisi. Obat ini dapat mengakibatkan pengurangan
penggunaan medikasi lain dan perbaikan menyeluruh dalam gejala.
b. Pengobatan Berdasarkan Derajat
Menurut GINA (2009), diambil dari Khoman (2010), pengobatan berdasarkan
derajat asma dibagi menjadi:
1) Asma Intermiten
a) Umumnya tidak diperlukan pengontrol.
b) Bila diperlukan pelega, agonis β-2 kerja singkat inhalasi dapat diberikan.
Alternatif dengan agonis β-2 kerja singkat oral, kombinasi teofilin kerja
singkat dan agonis β-2 kerja singkat oral atau antikolinergik inhalasi.
c) Bila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama tiga bulan,
maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten ringan.
2) Asma Persisten Ringan
a) Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan: Glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah
(diberikan sekaligus atau terbagi dua kali sehari) dan agonis β-2 kerja lama
inhalasi, budenoside : 200–400 μg/hari, fluticasone propionate : 100–250
μg/hari, teofilin lepas lambat, kromolin dan leukotriene modifiers
b) Pelega bronkodilator (Agonis β-2 kerja singkat inhalasi) dapat diberikan bila
perlu.
3) Asma Persisten Sedang
a) Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan mencegah
progresivitas asma, dengan pilihan: glukokortikosteroid inhalasi (terbagi dalam
dua dosis) dan agonis β-2 kerja lama inhalasi, budenoside: 400–800 μg/hari ,
fluticasone propionate : 250–500 μg/hari, glukokortikosteroid inhalasi (400–
800 μg/hari) ditambah teofilin lepas lambat , glukokortikosteroid inhalasi (400–
800 μg/hari) ditambah agonis β-2 kerja lama oral, glukokortikosteroid inhalasi
dosis tinggi (>800 μg/hari) , glukokortikosteroid inhalasi (400–800 μg/hari)
ditambah leukotriene modifiers
b) Pelega bronkodilator dapat diberikan bila perlu Agonis β-2 kerja singkat
inhalasi: tidak lebih dari 3–4 kali sehari, atau Agonis β-2 kerja singkat oral,
atau kombinasi teofilin oral kerja singkat dan agonis β-2 kerja singkat, teofilin
kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita telah menggunakan
teofilin lepas lambat sebagai pengontrol
c) Bila penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah
dan belum terkontrol, maka harus ditambahkan agonis β-2 kerja lama inhalasi
d) Dianjurkan menggunakan alat bantu/spacer pada inhalasi bentuk IDT atau
kombinasi dalam satu kemasan agar lebih mudah.
4) Asma Persisten Berat
a) Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai kondisi sebaik mungkin, gejala
seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru (APE)
mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan efek samping
obat seminimal mungkin. Pengontrol kombinasi wajib diberikan setiap hari
agar dapat mengontrol asma, dengan pilihan: glukokortikosteroid inhalasi dosis
tinggi (terbagi dalam dua dosis) dan agonis β-2 kerja lama inhalasi,
beclomethasone dipropionate: >800 μg/hari . Selain itu teofilin lepas lambat,
agonis β2 kerja lama oral, dan leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai
alternative agonis β-2 kerja lama inhalasi ataupun sebagai tambahan terapi.
Pemberian budenoside sebaiknya menggunakan spacer, karena dapat mencegah
efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia, dan batuk karena
iritasi saluran napas atas.
BAB III
PEMBAHASAN
STUDI KASUS ASMA

Riwayat penyakit
Margaret, seorang ibu separuh baya dengan umur 52 tahun, memiliki TD 165 cm, BB 53 kg.
datang ke unit gawat darurat diantar oleh putranya dengan keluhan sesak napas, mengi,
hidung mampet dan batuk produktif yang bertambah berat pada malam hari. terutama pada
saat udara semakin dingin. Selain itu ia mengeluh memiliki sakit kepala berat akhir akhir ini
sehingga ia mengkonsumsi aspirin 3 x sehari untuk mengurangi sakitnya. Ia juga merasakan
lemas dan tidak bisa tidur dimalam hari.

Riwayat pengobatan
Obat yang digunakan Ny.M selama ini adalah asetaminofen 500 mg, bila mengalami
sakit kepala dan diresepkan dexamethason 0.5 mg tablet dan Butasal® (masing-masing 3 X
sehari) sejak frekuensi sesak nafasnya meningkat. Kombinasi terapi anti asma ini mulai
dikonsumsi sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini. Sebelumnya, Ny. M sejak kecil
didiagnosa mengidap asma dan saat remaja bila serangan sesak nafas menyerang, Ny.M
mengkonsumsi aminofilin tablet dengan dosis dan frekuensi sesuai. Ny M memiliki alegi
terhadap telur dan antibiotik gol penicillin..

DATA DASAR
Jenis kelamin                   : wanita
Agama                             : islam
Alamat                             : jalan mawar no 56 yogyakarta
Masuk RS                        : 21 juni 2014

Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita di bangsal mawar RSUD sleman pada tanggal 21 juni 2014
pukul 13.00 WIB

Keluhan Utama : sesak nafas, mengi, batuk

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sering Sakit kepala berat akibat bisnis rumah makannya yang bangkrut semenjak 2 bulan
terakhir yang diobati dengan aspirin. Apa bila ia merasakan stress berat maka sesak napasnya
sering menyerang namun akan berhenti setelah mengkonsumsi aminophilin. Jika bepergian ia
menggunakan ventolin inhaler 2 puff jika mengalami serangan mendadak.

Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2008 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik.
o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2011 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik
o Riwayat Hipertensi yang ter kontrol teratur dengan kaptopril
o Pegel linu yang diobati dengan reumasal
o Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita hidup bersama suami dan Memiliki 2 orang anak yang sudah mandiri. Ia sedang
mengalami kesulitan keuangan akibat usahanya yang sedang mengalami kebangkrutan dan
hutang yang menumpuk. Ia juga sering bepergian karena usahanya tersebut hingga sering
merasa kelelahan. Ny M masih mengkonsumsi pil KB sebagai alat kontrasepsinya walaupun
ia sudah masuk masa pre menapouse. Ia menggunakan obat KB andalan.

Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Tanggal 21 jun Tanggal 23 jun
TB/BB 150 cm/ 48 kg 150 cm/ 48 kg
N 90 85
T 37˚C 37˚C
RR 35 x/mnt 30 x/mnt
TD 155/ 110 mmHg 150/95 mm Hg
FeV1 65 % 88%
SaO2 90% 92%
GDS 150 145
Kol total 143 145
Hb 11,5 g/dl 11,6 g/dl
Kultur bakteri + +
As urat 7,2 7
leukosit 17.000 16.500

Pengobatan yang diperoleh di bangsal


Obat Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
O2 2 L/m kanul ˅ ˅
Infus RL ˅ ˅
Aminophilin 1 ampul/500 ml RL ˅ ˅
Salbutamol 3 x 2 mg ˅ ˅
Dexamethason 3 x 1 tab ˅ ˅
Captopril 3 x 12,5 mg ˅ ˅
Parasetamol 3 x 1 prn ˅ ˅
Antacid 3 x 1 tab ˅ ˅
Cefotaxime inj 1 gram 2 x 1 ˅ ˅
Combivent 3 x 1 2 puff ˅ ˅

Penyelesaian kasus:
1. Informasi tentang penyakit asma Ny M, sebagai berikut:

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny Margaret
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 52 tahun
TB : 165 cm
BB : 53 kg
Agama : Islam
Alamat : Jalan mawar no 56 yogyakarta
Tgl MRS : 21 Juni 2014
Tgl KRS :-

SUBYEKTIF
Keluhan utama: Sesak nafas, mengi, batuk.
Riwayat penyakit: Keluhan sesak napas, mengi, hidung mampet dan batuk produktif
yang bertambah berat pada malam hari. terutama pada saat udara semakin dingin. Selain
itu ia mengeluh memiliki sakit kepala berat akhir-akhir ini, sehingga ia mengkonsumsi
aspirin 3 x sehari untuk mengurangi sakitnya. Ia juga merasakan lemas dan tidak bisa tidur
dimalam hari.
Riwayat pengobatan: Obat yang digunakan selama ini adalah Asetaminofen 500 mg,
bila mengalami sakit kepala dan diresepkan Dexamethason 0.5 mg tablet dan Butasal®
(masing-masing 3 X sehari) sejak frekuensi sesak nafasnya meningkat. Kombinasi terapi
anti asma ini mulai dikonsumsi sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini. Sebelumnya, Ny. M
sejak kecil didiagnosa mengidap asma dan saat remaja bila serangan sesak nafas
menyerang, ia mengkonsumsi Aminofilin tablet dengan dosis dan frekuensi sesuai.
Riwayat alergi: Alegi terhadap telur dan antibiotik gol penicillin.
Riwayat penyakit sekarang: Sering sakit kepala berat akibat bisnis rumah makannya
yang bangkrut semenjak 2 bulan terakhir yang diobati dengan Aspirin. Apabila ia
merasakan stres berat maka sesak napasnya sering menyerang namun akan berhenti setelah
mengkonsumsi Aminophilin. Jika bepergian ia menggunakan Ventolin inhaler 2 puff jika
mengalami serangan mendadak.
Riwayat penyakit dahulu:
o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2008 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik.
o Riwayat dirawat di RS (+) tahun 2011 karena sesak. Penderita dirawat
kurang lebih 1 minggu, pulang dengan keadaan membaik.
o Riwayat Hipertensi yang ter kontrol teratur dengan Kaptopril.
o Pegel linu yang diobati dengan Reumasal.
o Riwayat Diabetes Melitus disangkal.

Riwayat sosial ekonomi:Penderita hidup bersama suami dan Memiliki 2 orang anak
yang sudah mandiri. Ia sedang mengalami kesulitan keuangan akibat usahanya yang
sedang mengalami kebangkrutan dan hutang yang menumpuk. Ia juga sering bepergian
karena usahanya tersebut hingga sering merasa kelelahan. Ny M masih mengkonsumsi pil
KB sebagai alat kontrasepsinya walaupun ia sudah masuk masa pre menapouse. Ia
menggunakan obat KB andalan.

OBYEKTIF

Pemeriksaan Tanggal 21 jun Tanggal 23 jun Nilai Normal Keterangan


TB/BB 150 cm/ 48 kg 150 cm/ 48 kg
N 90 85 55-75x/menit Tinggi
(takikardi)
T 37˚C 37˚C 36,5-37,2˚C Normal
RR 35 x/mnt 30 x/mnt 12-20x/menit Tinggi
TD 155/ 110 mmHg 150/95 mm Hg 120/80 mmHg HT Stage 1
FeV1 65 % 88% Umur 40-59th: >75% Normal
SaO2 90% 92% 94-100% Rendah
GDS 150 145 <200 mg/dL Normal
Kol total 143 145 <200 mg/dL Normal
Hb 11,5 g/dl 11,6 g/dl 12,0-16,0 g/dL Rendah
Kultur bakteri + + - + (infeksi)
As urat 7,2 7 2,7-6,1 mg/dL Tinggi
Leukosit 17.000 16.500 3200-10.000/mm3 Tinggi
Hasil pemeriksaan:
Obat yang diperoleh di bangsal RS saat ini :
Obat Zat AKtif Indikasi Obat Dosis Rute Interaksi ESO Outcome
Pemberia terapi
n
1 Pemberian oksigen 2 L/m Kanula - - Respirasi
O2 - tambahan hidung pernafasan
membaik
2 Infus RL - Untuk mengganti Laju Injeksi iv Preparat Kalium dan Panas, infeksi Terjadi
cairan tubuh yang pemberian Kalsium akan pada tempat homeostatis
hilang dan untuk umumnya meningkatkan efek penyuntikan, kandungan
mengatasi 20 tetes per digitalis trombosis vena elektrolit
hiponatremia menit. atau flebitis yang
meluas dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
3 Aminophilin Aminophili Obstruksi saluran 1 ampul/500 Injeksi iv Penurunan efektivitas Takikardia, Mengatasi dan
inj n napas reversibel, ml RL dan percepatan palpitasi, mual dan meringankan
asma akut berat pembuangan aminofilin gangguan saluran sesak nafas
jika digunakan cerna yang lain,
bersama carmabazepine, sakit kepala,
phenytoin, rifampicin, stimulasi sistem
atau barbiturat. saraf pusat,
Peningkatan risiko insomnia, aritmia,
terjadinya ES aminofilin dan konvulsi
jika digunakan bersama terutama bila
obat antibiotik gol diberikan melalui
makrolid, quinolone, injeksi intravena
atau obat lain, seperti cepat
allopurinol, carbimazole,
cimetidine, diltiazem,
fluconazole, halotane,
interferon, isoniazid,
methotrexate,
thiabendazole, verapamil
, atau obat turunan
xanthine lain,
misalnya teofilin.
Penurunan efektivitas
dari adenosin atau
obat penghambat beta,
seperti carvedilol,
propanolol, dan atenolol.

4 Mengatasi 3 x 2 mg Oral Meningkatkan risiko Jantung berdebar, Bronkopasme


Salbutamol Salbutamol bronkopasme pada terjadinya gangguan pada tungkai, lengan, pada asma
asma fungsi jantung, bila tangan, atau kaki teratasi.
digunakan bersama gemetaran, sakit
antidepresan golongan kepala, nyeri atau
trisiklik, kram otot.
seperti amitriptyline, oba
t golongan MAOI.
Menghambat efektivitas
obat dan meningkatkan
risiko sesak napas, bila
digunakan bersama obat
golongan beta-blocker,
seperti propranolol.
Meningkatkan potensi
hipokalemia (kekurangan
kalium), bila digunakan
bersama obat golongan
diuretik,seperti furosemi
de.

5 Dexamethason Dexametha Meredakan 3 x 1 tab Oral Menurunkan efektivitas Nafsu makan Peradangan
son peradangan dan dexamethason jika meningkat, berat dan alergi pada
reaksi alergi berupa digunakan dengan badan bertambah, asma teratasi.
gatal-gatal di kulit, phenytoin, rifampicin, perubahan siklus
dermatitis, asma barbiturat, menstruasi,
bronkhial, dan carbamazepine, atau gangguan tidur,
sebagainya. ephedrine. Menurunkan pusing, sakit
kadar praziquantel di kepala
dalam darah.
Meningkatkan risiko
terjadinya ES jika
digunakan dengan
erythromycin, ketoconaz
oleatau ritonavir.
Meningkatkan risiko
terjadinya penurunan
kadar kalium
(hipokalemia) jika
digunakan bersama obat
golongan diuretik.
Meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan
jika digunakan
bersama warfarin.
Meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan
saluran cerna jika
digunakan
bersama aspirin.
6 Captopril Captopril Menangani tekanan 3 x 12,5 mg Oral Meningkatkan risiko Batuk kering, Menurunkan
darah tinggi menurunya fungsi ginjal kehilangan indra tekanan darah
(hipertensi) jika captopril digunakan perasa, kehilangan
bersama dengan obat nafsu makan,
antiinflamasi nonsteroid pusing, kantuk,
(NSAID). Meningkatkan sakit kepala,
risiko terjadinya gangguan tidur
hipotensi (tekanan darah (insomnia).
rendah), jika digunakan
bersama obat golongan
diuretik. Meningkatkan
risiko hiperkalemia jika
digunakan bersama obat
golongan diuretik hemat
kalium dan suplemen
kalium.Meningkatkan
risiko terjadinya efek
samping jika digunakan
bersama obat golongan
ACE inhibitors
lain, angiotensin II
receptor blockers (ARB).

7 Parasetamol Parasetamo Meredakan dan 3 x 1 prn Oral Meningkatkan risiko Muncul ruam kulit Mengatasi
l meringankan rasa perdarahan, jika yang terasa gatal, sakit kepala
sakit pada sakit digunakan bersamaan sakit tenggorokan,
kepala,demam dan dengan warfarin. sariawan, nyeri
nyeri. Menurunkan efek punggung, tubuh
paracetamol, jika terasa lemah.
dengan carbamazepine, p
henytoin, phenobarbital,
cholestyramine, imatinib.
Meningkatkan ESO
busulfan.Meningkatkan
kemungkinan munculnya
ES PCT, jika digunakan
dengan metoclopramide,
domperidone,
atau probenecid.

8 Antacid Alumunium Penetral asam 3 x 1 tab Oral Mengganggu penyerapan Diare, konstipasi, Mencegah
Hydroxide, lambung tetrasiklin, perut kembung iritasi pada
Magnesium penisilin, sulfanomida, lambung
Hydroxide digoxin, indometacin,
naproxen,
phenylbutazone,
quinidine, dan vitamin.
Meningkatkan
penyerapan vitamin C.

9 Cefotaxime inj Cefotaxime Antibiotik 1 gram 2 x 1 Inj iv Peningkatan risiko Diare, nyeri atau Mengatasi
nefrotoksisitas, bila bengkak pada area infeksi bakteri
digunakan dengan yang disuntik,
Aminoglikosida. mual dan muntah
Peningkatan efektivitas
serum, bila digunakan
dengan Probenesid.

10 Combivent Ipatropium Perawatan 3 x 1 2 puff Inhaler Peningkatan risiko Sakit kepala, Mengatasi
bromide penyumbatan terjadinya hipokalemia, iritasi asma, hidung
dan hidung, radang jika digunakan tenggorokan, mampet
Salbutamol selaput lendir dengan digoxin dan obat batuk, mulut
sulphate dan bronkospasme diuretik. Penurunan kering, sembelit,
efektivitas Combivent, diare, muntah,
jika digunakan mual, pusing.
bersama obat
penghambat
beta.Peningkatan ES
kardiovaskular, jika
digunakan bersama
halotan,
trichloroethylene, dan
enflurane. Peningkatan
efektivitas Combivent,
jika digunakan
dengan obat golongan
agonis beta, obat turunan
xanthine, serta obat
antikolinergik sistemik.
2. Analisis terapi, apakah drp yang terjadi?

ASSESMENT

No Problem Medik Subyektif Obyektif Terapi Analisa DRP


1 Asma Sesak napas,  Aminophilin inj Comivent Duplikasi obat
mengi, 1 ampul/500 ml mengandung
hidung RL ipratropium bromid
mampet  Salbutamol 3 x dan salbutamol,
2 mg sehingga perlu
 Combivent 3 x dihilangkan salah
1, 2 puff satu obat agar tidak
 Dexamethason terjadi peningkatan
3 x 1 tab efek
2. Refluks asam - -  Antacid 3 x 1 Terapi sudah tepat -
lambung akibat asma
dan ESO aspirin
3 Sakit kepala - Parasetamol Pct prn (bila perlu) -
4 Hipertensi Captopril ES captopril yaitu ESO
batuk kering, shg
diganti dengan
antihipertensi lain
5 Saturasi oksigen O2 2L/min O2 2L/min terapi -
sudah tepat
6 Infeksi Cefotaxime inj 1 Terapi kurang Pemilihan obat
gram 2 x 1 tepat, shg diganti yang tidak tepat
dengan antibiotic
golongan
makrolida
7 Asam urat - belum teratasi, Indikasi tanpa
memerlukan terapi
pengobatan dengan
obat golongan
urikosurik (obat
asam urat)

3. Sudah sesuaikah terapi yang diperoleh Ny M?


Terapi yang diberikan belum sesuai, karena masih terdapat DRP.

PLAN

DRP Plan

Captopril memilikin ESO yaitu batuk kering Terapi diganti dengan antihipertensi golongan ARB yaitu Valsartan 80 mg 1 x sehari

Terapi antibiotik Cefotaxim injeksi tidak efektif, karena Terapi diganti dengan antibiotik golongan makrolida yaitu Azitromisin injeksi 500
data lab kultur bakteri tgl 23 juni 2014 masih mg 1 x sehari
menunjukkan hasil positif (+)

Kadar asam urat pasien tidak normal, tetapi belum Diberikan terapi obat untuk menurunkan kadar asam urat yaitu Probenecid 250 mg
diberikan terapi obat. 2 x sehari

Duplikasi obat yaitu combivent (ipratropium bromid + Digunakan salah satu saja yaitu combivent, karena combivent mengandung
salbutamol) dan salbutamol tablet ipratropium bromid sebagai agen antimuskarinik

MONITORING
1. Monitoring terjadinya sesak napas
2. Monitoring tekanan darah
3. Monitoring saturasi oksigen, kadar asam urat, dan leukosit
4. Monitoring fungsi ginjal
5. Monitoring keberhasilan terapi

4. Isilah form penelusuran Riwayat penggunaan obat dan form rekonsiliasi pada pasien dari rumah ke bangsal diatas.

FORM REKONSILIASI DAN RIWAYAT PENGOBATAN PASIEN

Tanggal wawancara: 21/06/2014 Jam wawancara: 13.00 WIB Dikirim ke farmasi tanggal: 21/06/2014 Jam: 13.00 WIB
Pasien menggunakan obat sebelum admisi: √ Ya, Menggunakan obat sebelum admisi: - Tidak
Alergi obat: Manifestasi alergi: Dampak*)
1. Antibiotik gol penicillin Alergi telur dan udara dingin terutama pada __ Ringan
malam hari √ Sedang
__ Berat
Rekonsiliasi obat saat admisi
Daftar obat dibawah ini meliputi obat resep dan non resep yang digunakan sebulan terakhir dan masih dipakai pada saat masuk rumah sakit. Instruksi obat baru ditulis
direncana perawatan/daftar obat.
Review kembali saat pasien akan pulang
Obat Obat Diteruskan
Jenis Obat
Pemberian Digunakan Saat Ketika Keluar Catatan
Nama Waktu
N0 Dirawat RS
Dagang/Generik/ Pemberian
. DOSIS FREKWENSI CARA YA TIDAK YA TIDAK
Herbal/Fitofarma Terakhir
(mg,ml,m PEMBERIA
ka
cg,unit) N
1. Acetaminophen 500 mg Jika sakit kepala Per oral Sebelum √ √
masuk RS
2. Dexamethason 0,5 mg 3x1 Per oral Sebelum √ √
masuk RS
3. Butasal® 4 mg 3x1 Per oral Sebelum √ √ Butasal mengandung salbutamol 4
masuk RS mg, pada saat perawatan diganti
dengan obat generik salbutamol
4. Aminofilin 250 mg 1 tablet jika Per oral Sebelum √ √ Aminofilin tablet pada saat perawatan
sesak akibat masuk RS diganti dalam bentuk injeksi
stress
5. Aspirin 500 mg 3 x 1jika sakit Per oral Sebelum √ √
kepala masuk RS
6. Ventolin inhaler 100 mcg 2 puff jika Inhaler Sebelum √ √
berpergian masuk RS
mengalami
serangan sesak
mendadak
7. Andalan Levonog 1x1 Per oral Sebelum √ √
estrel masuk RS
0,15 mg
dan
ethinylest
radiol
0,03 mg
8. Captopril 12,5 mg 3x1 Per oral Sebelum √ √
masuk RS
Rekonsiliasi obat saat admisi
Dibawah ini merupakan obat yang dipakai pada saat perawatan di bangsal.
No Jenis Obat Pemberian Waktu Obat Obat Diteruskan Catatan
Nama Pemberian Digunakan Saat Ketika Keluar
Dagang/Generik/ Dirawat RS
Herbal/Fitofarma DOSIS FREKWENSI CARA Terakhir LANJ HENTI YA TIDAK
ka (mg,ml,m PEMBERIA UT
cg,unit) N
1. O2 2L 2 L/menit kanul Kanula Hari ke-2 di √ √
hidung bangsal
2. Infus RL 100 ml Laju pemberian Injeksi iv Hari ke-2 di √ √
umumnya 20 bangsal
tetes per menit.
3. Aminophilin 1 ampul Diberikan Injeksi iv Hari ke-2 di √ √
500 selama 20-30 bangsal
ml/RL menit
4. Salbutamol 2 mg 3x1 Per oral Hari ke-2 di √ √ Duplikasi obat dengan combivent
bangsal karena combivent juga mengandung
salbutamol
5. Captopril 12,5 mg 3x1 Per oral Hari ke-2 di √ √ Terdapat ESO berupa batuk kering,
bangsal rekomendasi penggunaan valsartan
6. Parasetamol 500 mg 3 x 1 jika sakit Per oral Hari ke-2 di √ √
kepala bangsal
7. Antacid Alumuni 3 x 1 sebelum Per oral Hari ke-2 di √ √
um makan dan bangsal
hydroxid dijeda dengan
e 200 mg obat lain 2 jam
dan
Magnesiu
m
hydroxid
e 200 mg
8. Cefotaxime 1 gram 2x1 Injeksi iv Hari ke-2 di √ √ Penggunaan cefotaxim tidak efektif
bangsal karena data lab menunjukkan kultur
bakterinya masih +, rekomendasi
penggunaan azitromisin
9. Combivent 1 unit 3 x 1 2 puff Inhaler Hari ke-2 di √ √
dose vial bangsal
Nama Perawat :Nur Laili, S.Kep., Ns Tanda tangan: √ Tanggal: 21/06/2014 Jam: 13.10
Nama Dokter :dr. Violita Munawaroh Tanda tangan: √ Tanggal: 21/06/2014 Jam: 13.10
Diketahui oleh farmasi,
Nama : apt. Viya Amalia, S.Farm Tanda tangan: √ Tanggal: 21/06/2014 Jam: 13.10
*Beri tanda √ sesuai pilihan
5. Peragakan pada saat wawancara dengan keluarga pasien/ pasien saat mengisi form/lembar penelusuran Riwayat pengobatan pasien
dan rekonsiliasi di RS

Apoteker : Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya Viya Apoteker di Rumah Sakit ini ingin melakukan penulurusan riwayat
penggunaan obat atas nama pasien Margaret. Bolehkah saya meminta waktunya sebentar Bu?
Keluarga Pasien : Iya boleh Bu.
Apoteker : Apakah Ibu keluarga dari Ibu Margaret?
Keluarga Pasien : Iya Bu, saya adiknya.
Apoteker : Dengan Ibu siapa ya?
Keluarga Pasien : Saya Violita.
Apoteker : Baik Bu. Boleh disebutkan Bu nama dan tanggal lahir pasien?
Keluarga Pasien : Kakak saya namanya Margaret, lahir tanggal 21 Maret 1962.
Apoteker : Baik Bu. Kemudian apakah Ibu Margaret mempunyai riwayat alergi?
Keluarga Pasien : Kakak saya punya alergi obat, kata dokter antibiotik golongan penicillin. Kalau makanan kakak saya alergi telur, dia
juga alergi udara dingin saat malam hari.
Apoteker : Biasanya kalau timbul alergi Ibu Margaret mengalami apa?
Keluarga Pasien : Itu bu biasanya sesak napas, batuk-batuk juga.
Apoteker : Biasanya alerginya berapa lama Bu?
Keluarga Pasien : Enggak lama si bu, paling beberapa menit saja.
Apoteker : Baik Bu, saya catat dulu ya.
Keluarga Pasien : Iya Bu.
Apoteker : Kemudian Ibu Margaret dalam sebulan terakhir permah mengkonsumsi obat-obat apa saja?
Keluarga Pasien : Lumayan banyak si Bu. Dia sampai sekarang minum pil KB. Terus dia juga pernah minum asetaminofen,
dexamethasone, Butasal®, aminofilin, aspirin, ventolin inhaler, captopril. Itu obat-obatnya kalau tidak salah buat sakit
kepala, asma, sama hipertensi.
Apoteker : Baik Bu. Kalau aturan pakainya Ibu tahu tidak?
Keluarga Pasien : Kalau itu saya kurang tau Bu.
Apoteker : Oh nggih Bu. Ibu Margaret minumnya teratur tidak Bu?
Keluarga Pasien : Kalau setau saya teratur dan sesuai anjuran dari dokter.
Apoteker : Baik Bu. Kemudian apakah Ibu Margaret pernah mengkonsumsi suplemen/multivitamin/obat tradisional?
Keluarga Pasien : Setau saya tidak pernah.
Apoteker : Baik Bu. Apakah Ibu membawa obat yang biasa dikonsumsi Ibu Margaret?
Keluarga Pasien : Iya Bu saya ada beberapa yang saya bawa.
Apoteker : Baik Bu. Boleh saya ambil obatnya untuk nantinya dikonsultasikan dengan dokter?
Keluarga Pasien : Ini Bu obatnya.
Apoteker : Baik Bu. Untuk sementara Ibu Margaret mengkonsumsi obat-obat yang diberikan di RS ya.
Keluarga Pasien : Iya Bu.
Apoteker : kemduian sebagai bukti jika saya sudah melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat dan rekonsiliasi, bolehkah saya
minta tanda tangan Ibu selaku keluarga pasien?
Keluarga Pasien : Iya Bu. (kelurga pasien menandatangani form rekonsiliasi obat)
Apoteker : Baik Bu terimakasih atas waktunya. Semoga Ibu Margaret lekas sembuh. Mari Bu, selamat pagi.
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto RD. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC;105-113.

Global Initiative for Asthma. 2006. Global Strategy for Asthma Managrment and Prevention.

Global Initiative for Asthma. 2009. Global Strategy for Asthma Managrment and Prevention.

Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Khoman, Paul Alwin. 2010. Profil Penderita Asma Pada Poli Asma Di Bagian Paru Rsup Haji Adam Malik Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/23277/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2021.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2011; 233.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2006. Buku Ajar Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC.

Sundaru H, Sukamto. 2006. Asma Bronkial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai