S
DENGAN ASMA BRONCIALE
DI PUSKESMAS RAWAT INAP MALINGPING
DISUSUN OLEH :
A. Pengertian
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang ditandai dengan
kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk
terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran pernafasan mengalami
Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma yang berkurang yang meliputi
batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita asma mungkin mengalami periode gejala
secara bergantian dan berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner &
Suddarth, 2017).
A. Penyebab
Penyebab utama penyakit Asma belum diketahui sampai saat ini. Faktor risiko
paling utama untuk memicu asma adalah kombinasi dari kecenderungan genetik dengan
paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi
1. alergen dalam ruangan (misalnya tungau, debu rumah, polusi, dan bulu hewan
peliharaan)
3. batuk
4. asap rokok
Pemicu lain dapat termasuk udara dingin, kondisi emosional yang ekstrem seperti
beta-blocker (yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, kondisi jantung,
1) faktor intrinsik
Yaitu psikologi dapat mencetuskan suatu serangan asma, karena rangsangan tersebut
dapat mengaktivitas sistem parasimpatis yang diaktifkan oleh emosi rasa takut dan
cemas. Karena rangsangan parasimpatis ini juga dapat mengaktifkan otot polos
asma. Dengan demikian dapat mengalami asma mungkin serangan terjadi akibat
gangguan emosi.
Yaitu asma yang timbul karena bergerak badan atau olahraga terjadibila seseorang
mengalami gejala – gejala asma selama atau setelah olahraga atau melakukan gerak
badan. Pada saat penderita sedang istirahat, ia bernafas melalui hidung, udara
dipanaskan dan akan menjadi lembab. Saat melakukan gerak badan pernafasan terjadi
melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup semakin banyak,
hal ini lah yang menyebabkan otot yang peka disaluran pernafasan mengencang
Yaitu allergen yang merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai. Seperti
debu, bulu, polusi udara dan sebagainya yang dapat menimbulakn serangan asma pada
penderita yang peka. Dan juga terdapat pada obat – obatan yang sering mencetus
serangan asma adalah reseptor beta, atau biasanya disebut dengan beta blocker.
4). Faktor lingkungan
Seperti cuaca yang lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak menjadi dingin sering merupakan faktor provokatif untuk
serangan. Kadang – kadang asma berhubungan dengan satu musim. Lingkungan lembab
yang disertai dengan banyaknya debu rumah atau berkembanganya virus infeksi
(Hasdianah,2014).
B. Manifestasi klinik
Gejala asma sering terjadi pada malam atau pagi hari. Gejala yang ditimbulkan
diantaranya batuk – batuk, sesak nafas, bunyi saat bernafas (wheezing atau mengi), rasa
tertekan pada dada, dan gangguan tidur pada malam hari karena batuk yang berlebihan
Gejala ini bersifat reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddart 2011).
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan seperti adanya debu, polusi,
asap rokok, bulu binatang, uap kimia, perubahan temperatur, obat (aspirin, beta –
blocker), olahraga berat, infeksi saluran pernafasan, serbuk bunga dan stres. Gejala
asma dapat menjadi lebih buruk akibat adanya komplikasi terhadap asma tersebut
sehingga bertambahnya gejala terhadap distres pernafasan atau yang lebih dikenal
Status Asmaticus ditandai dengan adanya suara nafas wheezing, yang kemudian berlanjut
besarnyaobstruksi di bronkus maka suara wheezing akan menghilang dan akan menjadi
asma dapat menjadi lebih buruk akibat adanya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distres pernafasan atau yang lebih dikenal dengan Status
Suddart, 2011).
Status Asmaticus ditandai dengan adanya suara nafas wheezing, yang kemudian berlanjut
bronkus maka suara wheezing akan menghilang dan akan menjadi pertanda
C. Patofisiologi
Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus
yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta sekresi lender putih yang
tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui 7 dengan baik, tetapi sangat rumit.
dihirup tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini kemudian
melekat dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain
adalah basofil yang kita gunakan pada saat menghitung leukosit Bila satu molekul
IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu permukaan allergen, maka
sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang
0 0
mast juga terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung
maka pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma
bronkus dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam
sputum dapat dengan mudah terlihat. Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam
sputum tidak dikenal, tetapi baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula
Jadi eosinofil ini memberikan perlindungan terhadap serangan asma (Naga, 2012).
D. Pathway keperawatan
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
b. Antikolinergik.
e. Metilxatin.
a. Berhenti merokok.
h. Imunoterapi alergen
F. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan pada penderita asma diantaranya (Amin
1. Spirometer
2. Sputum
Eosinofil meningkat.
3. RO dada
4. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2
turun) kemudian pada fase lanjut nomokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
G. Pengkajian focus
a. Airway
✓ Peningkatan sekresi pernafasan
✓ Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
✓ Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
✓ Menggunakan otot aksesoris pernafasan
✓ Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
✓ Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
✓ Sakit kepala
✓ Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
✓ Papiledema
✓ Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi
juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi
sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
✓ Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar
hipersonor.
✓ Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan
otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus),
sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga
serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
````````````pernapasan
0 0
cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing
tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
✓ takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
✓ Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan
darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi.
Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat
bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
H. Diangnosa keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar.
• Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.
• Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
0 0
Lampiran 1
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
□ Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
0 0
0 0
1. Pola napas tidak efektif
0 0
2. Gangguan pertukaran gas
0 0
3. Nyeri akut
0 0
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Saheb, A.
2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Brunner et al. 2011. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brunner et al. 2017. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed). Jakarta:Dewan Pengurus pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia