I. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian Dx medik
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. adanya faktor pencetus diantaranya
aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan,
serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab
lain sudah disingkirkan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008).
Faktor Pencetus
Menurut (Soemantri, 2009. Edisi 2) sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan
pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi ataupun
non-imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjasi ketika
rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma
perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat
menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
4. Perubahan cuaca yang ekstrem.
5. Kegiatan jasmani yang berlebih.
6. Lingkungan kerja.
7. Obat-obatan.
8. Emosi.
9. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkeolus yang menyebabkan
sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cvara
sebagai berikut : seorang yang alergi diduga mempunyai kecenderungan besar dan antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang melekat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan bronkeolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup allergen, maka
antibody IgE orang tersebut meningkat, allergen bereaksi dengan antibody yang sudah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat. Efek gabungan dari semua
faktor ini akan menghasilkan edema local pada dinding bronkeolus kecil dan spasme otot
polos bronkeolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat
Pada asma bronchial, diameter bronkeolus lebih kurang selama ekspirasi daripada inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama sekresi paksa menekan bagian luar
bronkeolus. Karena bronkeolus tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya bisa melkukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi (Wahid & Suprapto, 2013).
E. Pathway
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
a. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum Foto thorak untuk
mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi.
H. Pengkajian Fokus
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (bisa sampai
sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk, mengi (pada beberapa kasus lebih banyak
proksimal).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan asma biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti sesak
nafas, gelisah dan lemas
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu yaitu asma sejak usia 1 tahun. Penyakit yang
pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran pernafasan atas,
sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma,
frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Muttaqin, 2012).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Pemeriksaan Fisik
1.Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, keemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien.
2. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, serta adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam
atau tidak.
3. Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang kesadaran.
4. Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang dirasakan klien.
Serta riwayat penyakit mata lainnya.
5. Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi olfaktori.
6.Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit
pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara
7. Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta penggunaan
otot-otot pernafasan.
h. Thorax
1. Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong kebawah disebabkan oleh
udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan nafas.
Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak penggunaan otot-otot tambahan.
2. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. Pada asma,
paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah adalah jalan nafasnya yang
menyempit.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot polos yang mengakibatkan
penyempitan
jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan dari paru-paru.
4. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, bunyi pernafasan wheezing atau tidak ada suara tambahan.
i. Kardiovaskuler
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hiperinflasi
suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat
j. Abdomen
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan asma frekuensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat
nutrisi.
k. Ekstrimitas
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena
dapat merangsang serangan asma
l. Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1.Nutrisi
Untuk klien dengan asma sering mengalami mual dan muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia
2. Eliminasi
Pola eliminasi biasanya tidak terganggu.
3. Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien mengalami sesak nafas.
4. Personal hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
m. Aktivitas
Aktivitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
n. Data Psikologi
Dengan keadaan Klien seperti ini dapat terjadi depresi, ansientas, dan dapat terjadi
kemarahan akibat berpikir bahwa penyakitnya tak kunjung sembuh
o. Data Spiritual
Bagaimana keyakinan Klien akan kesehatannya bagaimana persepsi Klien terhadap
penyakitnya dihubungkan dengan kepercayaan yang dianut klien, dan kaji kepercayaan
klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
p. Data Sosial
Hubungan ketergantungan dengan orang lain karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas mandiri, sendiri dan hubungan sosialisasi dengan keluarga.
q. Data renunjang
1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler)
2. Sputum : eosino fil meningkat
3. Eosinofil darah meningkat
4. Uji kulit
5. Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
6. AGD: terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada
foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. (Nurarif, 2015)
J. Perencanaan Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif (D.0005)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola napas
Membaik. Dengan kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Ortopnea menurun
- Penggunaan otot bantu napas menurun
- Pernapasan cuping hidup menurun
- Frekuensi napas membaik
Intervensi
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (Takipnea)
c. Monitor saturasi oksigen
d. Monitor AGD
Terapeutik
a. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
a. Informasikan hasil pemantauan
2. Gangguan pertukaran gas (D. 0003)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pertukaran gas meningkat.
Dengan kriteria hasil :
- Dispnea menurun
- Gelisah menurun
- PCO2 membaik
- PO2 membaik
- Takikardi membaik
- Pola napas membaik
- Warna kulit membaik
Intervensi
Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor efektifitas terapi oksigen (oksimetri, AGD)
Terapeutik
a. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
1.Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
3. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
4. Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
5. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika