Anda di halaman 1dari 4

I.

SISTEMIK LUPUS ERITEMATOUS (SLE)


PENGERTIAN LUPUS
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun multisystem dimana
organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh autoantibodi
pengikat jaringan dan kompleks imun.

Penyakit Lupus terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang


menyebabkan peningkatan auto antibody yang berlebihan, biasanya timbul dari
beberapa faktor genetik, hormonal, dan lingkungan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b d ketidakmampuan mencerna makanan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor hormonaL (penyakit
SLE)
3. Nyeri akut b.d agen penceseraan fisiologis

INTERVENSI
Intervensi Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan membran mukosa pucat, berat badan menurun, nafsu
makan menurun
Tujuan: Status nutrisi membaik
Kriteria hasil :
a. Berat badan (IMT) membaik
b. Frekuensi makan membaik
c. Nafsu makan membaik
d. Membran mukosa membaik
e. Porsi makan yan g dihabiskan meningkat
f. Bising usus membaik.
• Observasi
a. Ideniikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
d. Identifikasi perlunya pemasangan NGT
e. Monitor asupan makanan.
f. Monitor berat badan
g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebeum makan jika perlu
b. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
c. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
d. Berikan sulemen makanan jika perlu
e. Hentikan pemberian makanan melalui NGT jika asupan oral adekuat.
• Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk jika mampu
b. Ajarkan program diet yang diajarkan.
• Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor hormonal (penyakit SLE)


dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri, kemerahan,
hematoma, edema, ruam.
Tujuan : Integritas kulit dan jaringan meningkat
Kriteria hasil :
a. Elastisitas meningkat
b. Hidrasi meningkat
c. Perfusi jaringan meningkat
d. Kerusakan jaringan menurun
e. Kerusakan lapisan kulit menurun
f. Kemerahan pada kulit menurun.
• Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit terapeutik
b. Ubah posis pasien tiap 2 jam jika tirah baring
c. Lakukan pemijatan pada penonjolantulang jika memungkinkan.
d. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering.
e. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif.
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.
• Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab
b. Anjurkan minum yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan


pasien tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, bersikap protektif,
diaforesis, TD dan RR meningkat.
Tujuan : Kontrol nyeri meningkat
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
b. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologi
c. Keluhan nyeri menurun
d. Penggunaan analgetik menurun.
•Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri nonverbal d) Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
d. Identiikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
e. Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
• Edukasi
a. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mngurangi rasa nyerI
• Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Anda mungkin juga menyukai