Anda di halaman 1dari 12

KISI-KISI UAS GANJIL M.K KMB I T.

A 2021-2022

JENIS SOAL : PILIHAN GANDA TUNGGAL

DOSEN : TETI AGUSTIN

1. Anamnesa gangguan system pencernaan


a. Dasar dalam membina hubungan terapeutik perawat-klien
b. Mendapatkan data subyektif (Keluhan utama dan yang menyertai Gangguan sistem
pencernaan)

2. Diagnosa keperawatan gangguan nutrisi dan gangguan pencernaan


a. Malnutrisi
1) Perubahan Pola Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kebutuhan untuk
pemberian nutrien, cairan dan elektrolit melalui IV, kebutuhan metabolik yang
berlebihan, kebutuhan untuk mengistirahatkan usus, kesulitan menelan, mual,
muntah, rasa nyeri di mulut/gaster/abdomen, obstruksi/reseksi gaster dan
oesophageal, ketidakmampuan mencerna kalori dan nutrien secara adekuat , intake
makanan yang tdk adekuat
2) Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan intake makanan
3) Defisit self care : makan b.d. penurunan fungsi neuromotor, penurunan fungsi
kognitif, perubahan persepsi sensori, penurunan nafsu makan
4) Gangguan menelan b.d. obstruksi tumor di oesophageal
5) Resiko injury : dysritmia b.d hipokalemia
6) Gangguan gambaran diri b.g miskonsepsi ukuran tubuh, perasaan negatif pada
ukuran tubuh

b. Gangguan ingesti
1) Perubahan membran mukosa oral b.d iritasi alkohol dan rokok, kemoterapi, terapi
radiasi, kurang nutrisi, kurangnya pengetahuan dalam pencegahan dan penanganan
lesi di mulut
2) Perubahan Pola Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. rasa nyeri di mulut,
kesulitan makan/menelan, perubahan mukosa oral
3) Nyeri b.d. perubahan membran mukosa oral dan ulcerasi, episode refluks gastric
4) Gangguan menelan b.d. obstruksi tumor di oesophageal
5) Kurangnya pengetahuan b.d persiapan pre dan perawatan post operasi
6) Risiko Gangguan integritas kulit b.d pemasangan gastrostomy
7) Risiko injury b.d. prosedur pembedahan (perdarahan, bersihan jalan nafas yang
tidak efektif, kemungkinan infeksi luka, pneumothorax, atelektasis)
8) Risiko koping individu yang tidak adekuat b.d. perubahan boody image, prognosis
penyakit sebagai penyakit terminal

c. Gangguan digesti
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan absorbsi nutrien,
penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, Mual muntah, kemungkinan obstruksi
gaster
2) Takut b.d kurangnya pengetahuan, perubahan body image, penyakit yang
mengancam kehidupan.
3) Manajemen pengaturan terapi yang tidak efektif b.d. kurangnya pengetahuan
penyebab ulcer, penanganan dan pencegahan kekambuhan
4) Risiko injury b.d. komplikasi post operatif, perdarahan, distensi, atelektasis
5) Nyeri b.d. injury pada mukosa gaster, erosi gaster, nyeri akibat insisi pembedahan

d. Gangguan eliminasi
1) Risiko kekurangan volume cairan b.d. muntah, penurunan reabsorbsi cairan di colon
2) Kurangnya pengetahuan b.d. persiapan operasi dan perawatan post operasi
3) Risiko gangguan body image b.d. perubahan gaya hidup akibat ostomy
4) Risiko koping yang tidak efektif b.d. stres akibat penyakit yang dideritanya,
eksaserbasi stres
5) Risiko manajemen pengaturan terapi yang tidak efektif b.d. perawatan ostomy,
irigasi, kemungkinan komplikasi yang berhubungan dengan colostomy

3. Pemeriksaan fisik system pencernaan


a. Pemeriksaan Fisik
Umum : tanda-tanda vital, BB/TB
PF. Abdomen (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi)
PF. Anus (inspeksi, palpasi)PF. head to toe : Status kesehatan umum, integumen, HEENT,
Respirasi, Cardiovascular, Genitourinary, Muskuloskeletal, Neurologi
b. Tujuan :
1) Klarifikasi/validasi data hasil anamnese
2) Mendapatkan data obyektif gangguan sistem pencernaan
3) Mempertahankan hubungan terapeutik perawat-klien
4) Sebagai dasar/indikasi untuk pemeriksaan diagnostik lanjut
c. Tahapam Pemeriksaan fisik sistem pencernaan
1) Screening : memeriksa sistem tubuh secara umum untuk mendeteksi adanya
abnormalitas atau masalah yang mungkin terjadi
2) Pemeriksaan regional : memeriksa bagian dari sistem pencernaan secara spesifik
yang mengalami gangguan
3) PF lengkap : PF head to toe + pem radiologi, tes laboratorium, endoscopy, USG, CT
Scan, MRI dll.

4. Intervensi Keperawatan dai diagnosa keperawatan ulkus peptikum


a. Dx. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus
Intervensi:
1) Berikan terapi obat-obatan sesuai program:
a) Antagonis histamine
b) Garam antibiotic /bismuth
c) Agen sitoprotektif
d) Inhibitor pompa proton
e) Antasida
f) Antikolinergik
2) Anjurkan menghindari obat-obatan yang dijual bebas
3) Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman yang mengiritasi lapisan
lambung, kafein dan alkohol.
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval yang
teratur.
5) Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
b. Dx. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot
Intervensi:
1) Anjurkan aktivitas ringan dan perbanyak istirahat
2) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
3) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang ditolerir, bantu jika
keletihan terjadi
c. Dx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
Intervensi:
1) Anjurkan  makan-makanan dan minuman yang tidak mengiritasi
2) Anjurkan makanan dimakan pada jadwal waktu teratur, hindari kudapan sebelum
waktu tidur
3) Dorong makanan pada lingkungan yang rileks
d. Dx. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien.
2) Ajarkan informasi yang diperlukan:
3) Gunakan kata-kata sesuai tingkat pengetahuan pasien
4) Pilih waktu kapan pasien paling nyaman berminat.
5) Batasi sesi penyuluhan sampai 30 menit atau kurang
6) Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat diatasi

5. Kasus fiktif : Typoid Abdominalis. Diagnosa keperawatan utama


a. Peningkatan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (bakterimia)
b. Nyeri berhubungan dengan patofisiologis penyakit.
c. Potensial terjadinya pendarahan intra abdominalis berhubungan dengan lekopeni
d. Gangguan pola eliminasi behubungan dengan konstipasi

6. Kasus fiktif : GE. Prioritas tindakan keperawatan utama


Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Intervensi:
a. kaji tanda-tanda dehidrasi
b. anjurkan minum air putih
c. ajarkan orang tua pasien untuk meningkatkan intake cairan pasien oral.
d. rehidrasi cairan atau kolaborasi pemberian obat anti diare

7. Kasus fiktif : GE (diare). Masalah keperawatan utama


a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (kontraksi abdomen yang berlebihan)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan inadekuat
d. Resiko kerusakan integritas kulit (peri anal) b.d sering BAB.
e. Kurang pengetahuan b.d ketidaktahuan tentang proses penyakit

8. Kasus fiktif : DM. Prioritas masalah keperawatan


a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme protein, lemak
b. kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan turgor
kulit menurun dan membran mukosa kering
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada ekstremitas
d. kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang
e. risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi
f. resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan penglihatan

9. Kasus fiktif : DM ada luka gangren. Masalah keperawatan yang tepat untuk ditegakkan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada ekstremitas

10. Kasus fiktif : DM Tipe 2 ada ulkus sudah infeksi. Tindakan keperawatan utama

11. Kasus fiktif : DM muncul keluhan Trias P. Masalah keperawatan utama

12. Kasus fiktif : Gastritis. Masalah keperawatan utama


Nyeri (Akut) Berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung

13. Kasus fiktif : diare, dikaitkan dengan SOP pemasangan infus.

14. Kasus fiktif : DM dengan ada luka sudah infeksi. Masalah prioritas keperawatan

15. SOP perawatan kuku pada kasus fiktif : DM


16. Kasus fiktif : Hepatitis (pemeriksan laboratorium penunjang hepatitis)
a. Peningkatan transaminase, terjadi pada awal masa prodromal, puncaknya terjadi
sebelum masa peak jaundice kemudian pelan2 turun pada fase recovery
b. SGOT dan SGPT 1000-3000 u. Tidak terdapat hubungan dengan gejala klinis
c. SGPT biasanya lebih meningkat dibanding SGOT
d. Bilirubin pada urine terjadi sebelum jaundice
e. Kenaikan alkali fosfatase terjadi apabila terdapat cholelithiasis berat
f. Tidak terdapat kenaikan protrombine time

17. Diagnosa keperawatan Illeus Obstruktif


a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat
dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah,
demam dan diaforesis.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

18. Diagnosa keperawatan pada gangguan eliminasi


a. nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi uroteral,
trauma jaringan, pembbentukan edema, dan iskemia seluler
b. retensi urine berhubungan dengan simluasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau
obstruksi mekanis
c. ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan infasi diagnostik
d. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informsi

19. Jenis Hepatitis


a. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis
dibeberapa negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits
yangringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan
tidakmenyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui fekal oral.
Sumberpenularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum, makanan
yangtidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal
hygieneyang rendah. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody
serumpenderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit
kepala, mual dan muntah, sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan
pembengkakanhati. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi hanya
pengobatanpendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi. Pencegahan penyakit ini
dapatdilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama terhadap
makanandan minuman serta melakukan PHBS.
2) Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B
darigolongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical
terjadipada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui
transfuse darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ.
Gejalahepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan
berkurang,demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan
airkencing warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati
serumtransaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam
serum.Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat
simtomasis.Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak tahun1992
terhadap bankdarah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam program
nasional : HBO(<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3 (4 bulan),
danmenghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan
3) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya
ifeksimempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka
95%akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada
usiabalita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan saat
dewasamaka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B
kronikditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen) positif (> 6 bulan).
SelainHBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam
serum,kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B virus-
Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala. Sedangkanuntuk
pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk hepatitis B.prinsip
pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan terlambat. Adapun
tujuanpengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemungkinan
terjadinyasirosis hepatis atau hepatoma
4) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis
Ctermasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24
minggu.Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa
perinatalsangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ,
kecelakaankerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat menularkan tetapi
sangat kecil.Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis
C:kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C
denganmenghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum tersedianya vaksin
untukhepatitis C.
5) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis D
jugadisebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk berkembang
biaksehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi virus hepatitis B.
tidakada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi jika telah
diberikanimunisasi hepatitis B.
6) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E
termasukvirus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral
sepertihepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV
padapenderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai
icterus.Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan
menjagakebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman.
Vaksinasihepatitis E belum tersedia.
b. Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik
ataugambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik
jikakelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu :
1) Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
2) Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis
c. Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus menjadi
hebat,kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan masuk ke
dalamkeadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda perdarahan.
Biasanyapenderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari

20. Tanda dan gejala pasien hepatitis


Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
a. Masa tunas
Virus A: 15-45 hari (rata-rata 25 hari)Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75
hari)Virus non A dan non B: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsungsekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perutkanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama
di pinggang,bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oCberlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolokpada hepatitis virus B
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu
badan disertaidengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I,kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang disertaigatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati,disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namunlemas
dan lekas capai.

21. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hepatitis


a. risiko isiko gangguan fungsi hati yang dibuktikan oleh infeksi virus
b. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan
statuskesehatan fisik
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi virus)
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

22. Jenis appendicitis


a. Apendisitis akut
b. Apendisitis Purulenta(Supurative Appendicitis)
c. Apendisitis kronik
d. Apendissitis rekurens
e. Mukokel Apendiks
f. Tumor Apendiks
g. Karsinoid Apendiks

23. Intervensi untuk pasien apendisitis


a. Pre oprasi
1) Nyeri akut berhubungan denganagen injuri biologi (distensi jaringan intestinal
oleh inflamasi)
Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
b) Jelaskan padapasien tentang penyebab nyeri
c) Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam
d) Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga)
e) Observasi tanda-tanda vital6.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgetik
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunanperitaltik.
Intervensi:
a) Pastikan kebiasaan defekasikliendan gaya hidup sebelumnya.
b) Auskultasi bising usus
c) Tinjau ulang pola diet dan jumlah / tipe masukan cairan.
d) Berikan makanan tinggi serat.
e) Berikan obat sesuai indikasi, contoh : pelunak feses
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
Intervensi:
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Kajimembrane mukosa, kaji tugor kulit dan pengisian kapiler.
c) Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine/konsentrasi, berat jenis.
d) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.
e) Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada
perlindungan bibir.
f) Pertahankan penghisapan gaster/usus.
g) Kolaborasi pemberiancairan IV dan elektrolit
4) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi
Intervensi:
a) Evaluasi tingkat ansietas, catat verbal dan non verbal pasien.
b) Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
c) Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur.
d) Anjurkan keluarga untuk menemani disamping klien
b. Pra oprasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injur
Intervensi:
Kaji skala nyerilokasi, karakteristik

24. Diagnosa keperawatan pasien apendisitis


a. Pre operasia.
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringanintestinal oleh
inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunanperitaltik.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasiappenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi
postpembedahan).
3) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhanpengobatan
b.d kurang informasi

25. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diare


a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (kontraksi abdomen yang berlebihan)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan inadekuat
d. Resiko kerusakan integritas kulit (peri anal) b.d sering BAB.

26. Diare berdasarkan lama waktu


a. Diare akut: Kurang dari 2 minggu
b. Diare persisten: 15-30 hari
c. Diare kronik: Lebih dari 30 hari

27. Dehidrasi hipotonik


Dehidrasi hipotonik (hiponatremik). Natrium hilang yang lebih banyak dari-pada air. Penderita
dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mOsml/L).

28. Intervensi Diagnosa keperawatan utama diare


kekurangan volume cairan
Intervensi :
a. Manajemen elektrolit/cairan
b. Monitor perubahan status paru/jantung yang menunjukkan kelebihan volume cairan
atau dehidrasi
c. Monitor TTV yang sesuai
d. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan
e. Monitor manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
f. Timbang BB harian dan pantau gejala
g. Berikan cairan yang sesuai
h. Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan dengan aliran
yang konstan dan sesuai
i. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan/elektrolit
menetap/memburuk
29. Tingkatan jaringan limfoid usus
30. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada typoid abdominalis
31. Kelenjar yang berkaitan dengan Kasus DM

32. Klasifikasi DM
a. DM tipe 1
prevalensi ± 10%, seringkali terdiagnosis pada usia anak-anak, dan seumur hidupnya
tergantung dengan insulin
b. DM tipe 2
prevalensi ± 90%, pada usia dewasa
c. DM tipe lain : tumor, infeksi, obat-obatan, penyakit sistem imune
d. DM gestasional : DM saat kehamilan

33. Tanda dan gejala DM

34. Manajemen DM
a. Kendali Glukosa
1) Diet/gaya hisup sehat
2) Aktifitas jasmani
3) Obat/insulin
b. Kendali Penyakit Penyerta
1) Dislipidemia
2) Hipertensi
3) Obesitas
4) Penyakit jantung koroner
c. Penapisan/Pengelolaan Komplikasi
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati
4) Peny.kardiovaskular
5) Komplikasi lain

35. Komplikasi penyakit DM


a. Komplikasi akut:
1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis diabetik
3) SHHNK ( Sindrom hiperglikemia hiperosmolar non ketotik)
b. Komplikasi kronis
1) Penyakit mikrovaskuler
a) Retinipati diabetik
b) Nepropati diabetika
c) Neuropati diabetik
2) Penyakit makrovaskuler
a) HT
b) Ulkus/ganggren diabetika
c) Ggn serebrovaskuler

36. Derajat kasus DHF


a. Derajat Ringan : Demam mendadak 2 - 7 hari dengan gejala klinis lain dan manifestasi
perdarahan jaringan, Test Torniquet (+).
b. Derajat Sedang : Lebih berat dari golongan 1, gejala perdarahan kulit, manifestasi
perdarahan lain (perdarahan gusi, epitaksis, hematemisis, melena).
c. Derajat Berat: Pasien mengalami renjatan dengan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun, gelisah, kulit dingin.
d. Derajat sangat berat: Gejala tersebut diatas ditambah renjatan yang dalam dengan
tekanan darah tidak teratur,nadi tidak teraba.

37. Pencegahan DHF


a. Secara Kimia
1) Fogging / pengasapan – malathion efektif pada jam aktif nyamuk, tidak ada angin
kuat, serentak / masal/ kompak
----- fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak menyelesaikan masalah
DHF
2) Obat bakar nyamuk bakar/semprot atau repelent
menyelesaikan masalah pada nyamuk dewasa
3) abatisasi/penaburan bubuk abate (1x3 bulan)
Menyerang pada fase Larvasidasi
Menaburkan bubuk abate 1 G (100 I + 10 gr abate)
Menaburkan bubuk altosit 1,3 G (100 I + 2,5 gr altosit)
Menaburkan bubuk sumilarv 0,5 G (100 I + 0,25 gr sumilarv)
b. Secara ekanik
PSN DHF
Gerakan 3 M Plus B
Menguras
Menutup Plus Bersihkan
Mengubur vas bunga, wadah minum burung pasang kelambu, pasang kasa pada
ventilasi, jangan banyak gantungan baju, jangan mebiarkan ada air yang tergenang
c. Biologis
1) Predator : air kolam diisi ikan pemakan jentik memelihara ikan yang kurang relatif
kuat dan tahan, misalnya ikan mujair, kepala timah/pantau
2) Insektisida Hayati (ekstrak tumbuh – tumbuhan)
3) Memanfatkan Tanaman pengusir nyamuk  dalam keadaan hidup bisa ,mengusir
nyamuk : geraniuk, serai, alavender.

38. Diagnosa keperawatan prioritas dikaitan dengan gejala DHF


a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri.
c. Keterbatasan aktifitas.
d. Kecemasan anak dan orang tua.
e. Self care deficit.
f. Potensial terjadi syok

39. Tanda dan gejala derajat dari klasifikasi Hemorroid interna


a. Derajat I : Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus
dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
b. Derajat II : Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
c. Derajat III : Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan
sendirinya tetapi harus di dorong.
d. Derajat IV : Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat
defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di
ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering disebut dengan Hemoral
Inkaresata

40. Aktifitas keperawatan fase perioperative


a. FASE PRAOPERATIF
Pengkajian praoperatif di klinik/ per telp:
Melakukan pengkajian perioperatif awal.
Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan klien
b. Melibatkan keluarga dalam wawancara
Memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperatif
Mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif

41. Aktifitas keperawatan fase intraoperative


a. Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan
b. Lingkup aktifitas keperawatan:
Mengkaji efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi.
Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan
yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan.

42. Peran perawat OK


Fokus pengkajian efek anestesi, memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, yaitu:
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesr (recovery
room/ruang pemulihan)
b. Perawatan pasca anestest di ruang pulih (RR)
c. Transformasi pasien ke ruang rawat

43. Posisi pasien yang digunakan untuk operasi


a. Posisi Dorsal Recumben digunakan utk bedah abdomen, klien tidur terlentang dan di
fiksasi diatas meja operasi.
b. Posisi trendelenburg digunakan utk pembedahan abdomen bawah dan pelvis, posisi ini
kepala dan badan klien lebih rendah kmd lulut fleksi.
c. Posisi Litotomi digunakan utk bedah perineal, rektal dan vaginal, posisi ini klien
terlentang dengan tungkai dan paha fleksi.
d. Untuk bedah ginjal klien dibaringkan miring pada sisi tubuh yg tdk dioperasi dlm posisi
sims menggunakan bantal dibawah pinggang
e. Pembedahan pada leher
f. Pembedahan pada tulang tengkorak dan otak

44. Klasifikasi pasien pre op menurut ASA


a. ASA I : Pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi
b. ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan/sedang baik oleh karena peny bedah atau
dengan peny lainnya.
c. ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang diakibatkan oleh karena berbagai
penyebab = APP perforasi dengan iskemic
d. ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam
kehidupannya.
e. ASA V : Pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak.
f. Klasifikasi ASA juga dapat dicantumkan pada pembedahan darurat dengan ditandai E
(contoh ASA I E/III E) yaitu emergency.

45. Prinsip asepsis di OK


a. Prinsip asepsis ruangan
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, personal operasi, sandal, baju, masker
dan topi.
b. Prinsip asepsis personil
1) Scrubbing (cuci tangan steril)
2) Gowning (teknik pemakaian gaun operasi)
3) Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril)
c. Prinsip asepsis pasien
1) Kebersihan pasien
2) Desinfeksi lapangan operasi
3) Tindakan drapping
d. Prinsip asepsis instrumen
sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan yang
digunakan teknik-teknik tertentu tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan
dengan benda-benda non steril.

46. Fungsi keperawatan intra operatif


a. Perawat sirkulasi : berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan
kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi
di dlm ruang operasi.
b. Scrub Nurse (instrumentator): melakukan desinfeksi lap pembedahan dan drapping,
mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus utk
pembedahan dan membantu dokter selama pembedahan.

47. Tim operasi


1) Steril :
1) Ahli bedah
2) Asisten bedah
3) Perawatan Instrumentator (Scrub Nurse)
2) Non Steril :
1) Ahli anastesi
2) Perawat anastesi
3) Circulating nurse
4)  Teknisi (operator alat, ahli patologi,dll)

48. Tugas tim operasi


a. Perawat Steril bertugas :
1) Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yg diperlukan utk op.
2) Memantu ahli bedah dan asisten selama prosedur bedah
3) Membantu persiapan pelaks alat yg dibutuhkan : jarum, pisau bedah, kassa dan
instrumen utk op
b. Perawat Sirkuler bertugas :
1) Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi aktivitas kep
yg dpt memenuhi kebut klien
2) Mempertahankan lingk yg aman dan nyaman
3) Menyiapkan bantuan kpd tiap anggota tim menurut kebutuhan
4) Memelihara komunikasi anatar anggoat tim di ruang operasi
5) Membantu mengatasi masalah yg terjadi

49. Tempat penyuluhan yang tepat pada pasien pre op

50. Diagnosa keperawatan yang tepat pada pasien dampak obat anaestesi
a. bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Nyeri
c. Resiko Hipotermi
d. Resiko terhadap cedera
e. Perubahan nutrisi
f. Perubahan eliminasi
g. Konstipasi
h. Kerusakan mobilitas fisik
i. Ansietas

Anda mungkin juga menyukai