Anda di halaman 1dari 7

B.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN   


1.    Pengkajian
Menurut Suriadi & Rita Yuliani (2001), fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah:
a.    Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya ada
keterlambatan.
b.    Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
c.    Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi:
1)   Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret.
2)   Keadaan turgor kulit biasanya menurun.
3)   Peningkatan atau penurunan berat badan.
4)   Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral.
d.   Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
e.    Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan :
1)   Anak: Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping yang
digunakan.
2)   Keluarga: Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit anaknya.
f.     Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga perlu
dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan kurangnya asupan
protein.
Menurut Donna L. Wong (2003) mengungkapkan pengkajian pada
penyakit hischprung yang perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu:
a.   Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas, keluhan utama,
pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan.
b.    Monitor bowel elimination pattern: adanya konstipasi, pengeluaran mekonium yang
terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang berbentuk pita dan berbau busuk.
c.    Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen semakin
besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi abdomen.
d.   Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi keadaan umum
klien.
e.    Observasi manifestasi penyakit hirschprung
1)   Periode bayi baru lahir.
a)    Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir.
b)   Menolak untuk minum air.
c)    Muntah berwarna empedu.
d)   Distensi abdomen
2)   Masa bayi
a)    Ketidakadekuatan penembahan berta badan
b)   Konstipasi
c)    Distensi abdomen
d)   Episode diare dan muntah
e)    Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis: diare berdarah,
letargi berat)
3)   Masa kanak-kanak
a)    Konstipasi.
b)   Feses berbau menyengat dan seperti karbon.
c)    Distensi abdomen.
d)   Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk.
f.     Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
1)   Radiasi: Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran obstruksi usus letak
rendah
2)   Biopsi rektal: menunjukan aganglionosis otot rektum
3)   Manometri anorectal: ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum dikembangkan/
tekanan gagal menurun.

2.    Diagnosa Keperawatan


Pre operasi:
a.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berhubungan
dengan masukan makanan tak adekuat dan rangsangan muntah.
c.       Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan defek persyarafan
terhadap aganglion usus.
d.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, diare dan
pemasukan terbatas karena mual.
e.       Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur
pengobatan.

Post operasi:
a.       Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (pembedahan).
b.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurun imunitas.

3.    Rencana Keperawatan


Pre operasi
a.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan: Pola nafas efektif.
Kriteria Hasil :
1)   Frekuensi pernafasan dalam batas normal.
2)   Irama nafas sesuai yang diharapkan.
3)   Ekspansi dada simetris.
4)   Bernafas mudah.

Rencana tindakan:
1)   Monitor frekuensi, ritme, kedalamam pernafasan.
2)   Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan.
3)   monitor pola nafas bradipnea , takipnea, hiperventilasi.
4)   Auskultasi suara pernafasan.
5)   Monitor aliran oksigen.
6)   Pertahankan jalan nafas yang paten.
b.    Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berhubungan
dengan masukan makanan tak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan: Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria Hasil:
1)      Tidak terjadi penurunan BB/ BB ideal.
2)      Nafsu makan membaik.
Rencana tindakan:
1)      Monitor intake nutrisi dan output.
2)      Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
3)      Timbang Berat badan.
4)      Anjurkan pada keluarga pasien untuk memberikan ASI.
5)      Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
6)      Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb dan albumin).

c.    Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan defek persyarafan terhadap
aganglion usus.
Tujuan: Pola eliminasi normal/ konstipasi teratasi.
Kriteri Hasil:
1)      Warna feses kunin kecoklatan.
2)      Feses lunak/ lembut dan berbentuk.
3)      Bau feses tidak menyengat.
Rencana Tindakan:
1)      Berikan bantuan enema dengan cairan fisiologis NaCl 0,9%.
2)      Auskultasi bising usus.
3)      Observasi pengeluaran feces per rektal bentuk, konsistensi, dan jumlah.
4)      Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses.
5)      Monitor efek samping dari tindakan irigasi atau pemberian obat oral (laksatif).
6)      Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan.
7)      Kolaborasi dalam pemberian obat pencahar.
d.   Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, diare dan
pemasukan terbatas karena mual.
Tujuan: Kekurangan cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
1)      Keseimbangan intake dan output 24 jam.
2)      Mata tidak cekung.
3)      Kulit lembab (tidak kering).
4)      Membran mukosa mulut lembab.
Rencana tindakan:
1)      Pertahankan intake dan output yang akurat.
2)      Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah).
3)      Monitor vital sign
4)      Dorong masukan oral.
5)      Kolaborasikan pemberian cairan IV
6)      Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (elektrolit).
e.    Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prosedur pengobatan.
Tujuan: Cemas teratasi.
Kriteria Hasil:
1)      Tidak gelisah/ klien tampak tenang.
2)      TD da nadi dalam batas normal.
Rencana Tindakan:
1)      Catat petunjuk perilaku yang menunjukkan ansietas.
2)      Dorong keluarga untuk menyatakan perasaan dan berikan umpan balik.
3)      Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang penyakit anak dan apa yang harus
dilakukan.
4)      Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat-obatan pada keluarga
pasien dan jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi
pasien.

Post operasi
a.       Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan (pembedahan).
Tujuan: Nyeri teratasi
Kriteria hasil”
1)      Tidak ada keluhan nyeri.
2)      Klien tampak tenang.
3)      TTV dalam batas normal.
Rencana Tindakan:
1)      Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi , karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor-faktor
presipitasi.
2)      Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3)      Kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan/ menghilangkan nyeri.
4)      Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah posisi.
5)      Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan , penyinaran).
6)      Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya: relaksasi, guided imagery,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas).
7)      Kolaborasi pemberian analgetik.
b.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurun imunitas, luka terbuka.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
1)      Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2)      Suhu dalam batas normal.
3)      Hasil lab normal (leukosit).
Rencana tindakan:
1)      Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
2)      Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3)      Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase.
4)      Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah.
5)      Dorong masukan nutrisi yang cukup.
6) 
6)      Lakukan keperawatan pada kolostomi atau perianal.
7) 
7)      Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik dalam penatalaksanaan pengobatan terhadap
mikroorganisme.

Anda mungkin juga menyukai