Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

SARIYANTI OLE ATE


30190122106

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2023

1
A. Konsep Kebutuhan Eliminasi
1. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa
metabolisme, sehingga apabila hal tersebut terganggu maka akan
mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh dan mengganggu kelangsungan
hidup manusia (Artha, Indra, & Rasyid, 2018).
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Eliminasi merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari dalam tubuh.
1) Gangguan eliminasi urine
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami atau beresiko mengalamai disfungsi eliminasi urine. Gangguan
eliminasi urine merupakan suatu kehilangan urine involunter yang dikaitkan
dengan distensi berlebih pada kandung kemih.
2) Gangguan eliminasi vekal
Gangguan eliminasi vekal adalah penurunan pada frekuensi normal
defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses
dan atau pengelaran feses yang keras, kering dan banyak.
2. Anatomi dan Fisiologi
1) Eliminasi urine
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan.
Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

2
Gambar: sistem perkemihan

Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu: filtrasi,


reabsorbsi dan sekresi.
a. Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan eferen lebih besar dari permukaan eferen
b. Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fosfat dan ion karbonat
c. Sekresi
Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar
2) Eliminasi fekal
a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka
parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah
mendorong gumpalan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke
esofagus.

3
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan
secret mukoid yang berguna untuk perlindungan
c. Lambung
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan
adanya peristaltic, yaitu gerakan kontraksi dan relaksasi secara
bergantian oleh otot yang mendorong substansi makanan dalam
gerakan menyerupai gelombang. Rata-rata waktu yang diperlukan
untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai
6 jam.
d. Usus halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Usus menerima
makanan yang sudah berbentuk chyne (setengah padat) dari lambung
untuk mengabsorbsi air, nutrient, potassium, bikarbonat dan enzim
e. Usus besar
Kolon terdiri dari sekum yang berhubungan langsung dengan usus
halus, kolon ascendent, transversum descendent, signoid dan rectum.
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan nutrien, proteksi dengan
mensekresikan mucus yang akan yang akan melindungi dinding usus
trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, dan mengahantarkan sisa
makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi
f. Anus
Anus berfungsi dalam proses eliminasi zat sisa. Proses eliminasi fekal
adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat
pada medula dan spinal cord. Refleks defeksi timbul karena adanya
feses dalam rektum

4
Gambar: sistem pencernaan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Eliminasi urin
1) Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urin, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urin keluar
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada
akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak
tertahan di kandung kemih, sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari
normal
3) Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi
eliminasi urin
4) Stres psikologi
Meningkatkan stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih
5) Tingkat aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot, eliminasi
urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfingter internal dan eksternal

5
6) Tingkat perkembangan
Pada wanita hamil kaasitas kandung kemih menurun karena adanya
tekanan dari fetus
7) Kondisi penyakit
Pada kondisi sakit produksi urin sedikit, hal ini disebabkan oleh keinginan
untuk minum sedikit
b. Eliminasi fekal
1) Usia dan perkembangan: pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna,
sedangkan pad lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya
kemampuan fisiologi
2) Diet: ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi
3) Pemasuakan cairan, normalnya 2000-3000 ml/hari. Asupan cairan yang
kurang menyebabkan feses menjadi keras
4) Aktifitas fisik: merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat
5) Faktor psikologi: perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik
atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare
6) Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
yang cukup akan membantu defekasi
7) Kehamilan: menekan rektum
8) Operasi dan anastesi
9) Obat-obatan: beberapa obat dapat menimbulkan efek kontipasi. Laksatif
dan katartik dapat melunakan feses dan meningkatkan peristaltik
10) Test diagnostik: barium enema dapat menyebabkan konstipasi
11) Kondisi patologis: beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare
dan konstipasi
4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem eliminasi
a) Retensi Urin
1) Ketidak nyamanan daerah pubis
2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang

6
4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah keinginan berkemih dan
resah
5) Ketidaksanggupan untuk berkemih
b) Inkontinensia urin
1) Pasien tidak dapat menahan keinginan sampai di WC
2) Pasien sering mengompol
c) Enuresis yaitu menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksterna
1) Ngompol pada malam hari
d) Urgency yaitu perasaan orang untuk berkemih.
1) Sering BAK tapi sedikit
e) Adanya dorongan untuk berkemih
1) Dysuria yaitu rasa sakit saat berkemih
2) Nyeri pada perkemihan dan saluran uretra
f) Polyuria yaitu produksi urine abnormal oleh ginjal.
1) Kehilangan cairan mengarah pada dehidrasi
2) Urinary suppresi yaitu berhenti mendadak produksi urine
B. Konsep Dasar Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pengumpulan Data
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas klien
1) Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, dan
lain-lain.
2) Identitas keluarga/penanggung jawab nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, hubungan dengan klien
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
Meliputi keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan utama saat
pengkajian, riwayat penyakit sekarang (PQRST) dan keluhan yang
menyertai

7
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang pernah dialami, riwayat rawat inap sebelumnya,
riwayat alergi dan reaksinya, riwayat operasi, riwayat mendapat
transfusi, riwayat pengobatan yang rutin dikonsumsi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama
4) Keadaan kesehatan lingkungan
Kaji bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah klien dan lingkungan
pekerjaan klien.
c. Pola kesehatan fungsional
1) Pola pengelolaan kesehatan dan persepsi kesehatan
a) Arti sehat dan sakit bagi klien, gaya hidup atau hal yang
memperngaruhi kesehatan
b) Pengetahuan status kesehatan klien saat ini
c) Perlindungan terhadap kesehatan: program skrining/ check up,
kunjungan ke fasilitas kesehatan, diit, latihan dan olahraga,
manajemen stress, faktor ekonomi, imunisasi/vaksinasi.
d) Pemeriksaan diri sendiri: payudara, riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan
e) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Kebiasaan makan dan kudapan/jajanan, jenis dan jumlah
makanan
b) Pola makan dalam 3 hari terakhir atau dalam 24 jam terakhir,
porsi yang dihabiskan
c) Kepuasan akan berat badan saat ini
d) Faktor pencernaan: nafsu makan, mual, muntah,
ketidaknyamanan, rasa dan bau makanan, sakit/sulit menelan,
gigi, mukosa mulut, pembatasan makanan, alergi makanan,
penurunan berat badan

8
3) Pola Eliminasi
a) Kebiasaan buang air kecil (BAK): frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubahan lain
b) Kebiasaan buang air besar (BAB): frekuensi, konsistensi, warna,
bau, nyeri, konstipasi, diare, kemmapuan mengontrol BAB,
adanya perubahan lain
c) Keyakinan budaya dan kesehatan
d) Kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri
e) Penggunaan bantuan untuk eliminasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari: mandiri,
tergantung atau perlu bantuan (alat bantu dan/atau orang)
b) Olahraga: tipe, frekuensi, durasi, intensitas
c) Kebiasaan mengisi waktu senggang, hobi yang dilakukan
d) Keyakinan tentang aktivitas dan olahraga
e) Kemampuan untuk merawat diri sendiri:
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi/personal hygiene
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ket: 0 = mandiri, 1 = menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang
lain, 3 = dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total

5) Pola Istirahat Tidur


a) Kebiasaan tidur sehari–hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan
bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran setelah tidur)
b) Penggunaan alat (musik) atau obat mempermudah tidur
c) Jadwal istirahat dan relaksasi

9
d) Gejala gangguan pola tidur
e) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan, dll)

6) Pola Persepsi Kognitif


a) Kemampuan/fungsi dari panca indra, penggunaan alat bantu
indra
b) Persepsi ketidaknyamanan nyeri
c) Keyakinan budaya terhadap nyeri
d) Tingkat pengetahuan pasien terhadap nyeri, mengontrol dan
mengatasi nyeri
7) Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
a) Keadaan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
b) Identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
c) Gambaran diri: keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan
dengan tubuh (yang disukai atau tidak)
d) Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri
e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
f) Riwayat perubahan konsep diri yang berhubungan dengan
masalah fisik atau psikologi
8) Pola Hubungan – Peran
a) Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman,
pekerjaan
b) Kepuasan atau ketidakpuasan menjalani peran
c) Efek terhadap status kesehatan
d) Pentingnya keluarga bagi klien
e) Struktur dan dukungan keluarga
f) Proses pengambilan keputusan keluarga
g) Pola membesarkan anak/pola asuh yang diterapkan dalam
keluarga
h) Hubungan/relasi dengan keluarga, orang lain, orang yang
terdekat dengan klien, klien tinggal dengan siapa

10
9) Pola Reproduksi - Seksualitas
a) Masalah terkait seksual
b) Menstruasi (keteraturan siklus, lama haid, jumlah anak, jumlah
suami/istri
c) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman,
sentuhan, pelukan, dll)
d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi
e) Efek terhadap kesehatan
f) Riwayat masalah fisik dan atau psikologi yang berhubungan
dengan seksual
10) Pola toleransi terhadap stres dan mekanisme koping yang digunakan
a) Sifat pencetus stres yang dirasakan akhir-akhir ini
b) Tingkat stres yang dirasakan
c) Gambaran respon umum dan khusus terhadap stres
d) Strategi mengatasi stres yang biasa digunakan dan
keefektifannya
e) Strategi koping yang biasa digunakan
f) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stres
g) Hubungan antara manajemen stres dan keluarga
11) Pola Keyakinan-Nilai
a) Latar belakang budaya/etnik, kultur yang diikuti
b) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya/etnik
c) Tujuan kehidupan bagi klien
d) Pentingnya agama/spiritualitas
e) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
f) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, larangan, adat)
yang dapat mempengaruhi kesehatan
d. Data Biologis
1) Penampilan umum: Keadaan umum tampak sakit..........., kesadaran
(GCS), gelisah, rambut tidak tersisir rapi, dahi berkerut, tangan

11
memegang dahi/kepala dan lain-lain. terpasang oksigen......., infus
dilengan ......, menggunakan alat bantu (NGT, foley kateter, urine bag
terisi urine warna) dan lain-lain.
2) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah.......mmHg, dilengan …… Suhu........oC per axilla,
Nadi …x/menit (frekuensi, keteraturan, lokasi arteri, denyutan)
Pernapasan (frekuensi, keteraturan, jenis pernapasan) Nyeri (PQRST),
Contoh penulisan skala nyeri: 5/10
3) Tinggi badan dan Berat badan
IMT ......................... (klien dalam kategori ...........................)
4) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
a) Kepala
b) Wajah
c) Mata
d) Hidung
e) Telinga
f) Mulut dan tenggorokan
g) Leher
h) Dada
i) Abdomen
j) Genetalia
k) Rectum
l) Punggung
m) Ekstremitas
e. Data PsikoSosioSpiritual
1) Status emosi
2) Gaya komunikasi (kejelasan artikulasi, intonasi, cepat lambatnya)
3) Kegiatan agama yang diikuti
4) Pandangan klien tentang: peran Tuhan dalam kehidupannya, peran
doa dalam kehidupannya, kematian, dan relasi dengan Tuhan
f. Data penunjang

12
1) Laboratorium (hematologi, urine, feses, sputum, analisa spesimen
lain; sertakan tanggal pemeriksaan)
2) Radiologi (rontgen, USG, CT-scan, MRI; sertakan tanggal
pemeriksaan
3) EKG
4) Terapi (oral dan parenteral/injeksi): Deskripsikan golongan obat,
dosis untuk klien, kontraindikasi, efek samping, mekanisme kerja obat
5) Diet
6) Acara infus
7) Mobilisasi (bedrest, duduk, jalan)
b. Pengelompokan Data
Data subyektif dan obyektif (hanya data tidak normal saja yang dicantumkan)
c. Analisa Data
dibuat dalam bentuk 3 kolom (data, etiologi dan masalah)
No Data etiologi masalah
1

2. Diagnosa Keperawatan
1) D.0040 Gangguan eliminasi urin B.D penurunan kapasitas kandung
kemih, iritasi kandung kemih, kelemahan otot pelvis, ketidakmampuan
mengakses toilet D.D desakan berkemih,sering bak, nokturia, mengompol,
distensi kandung kemih, berkemih tak tuntas

13
2) D.0050 Retensi urin B.D peningkatan tekanan uretra, blok spingter,
disfungsi neurologis, efek agen farmakologis D.D sensasi penuh pada
kandung kemih, disuria/anuria, distensi kandung kemih, inkontinensia
berlebihan, residu urin 150 ml atau lebih
3) D.0049 Konstipasi B.D penurunan motalitas gastrointestinal,
ketidakcukupan diet, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan
asupan cairan D.D defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses
lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras, peristaltik usus
menurun
4) D.0050 Resiko konstipasi B.D penurunan motalitas gastrointestinal,
ketidakcukupan diet, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan
asupan cairan D.D lesi/cedera, spina bifida, stroke, demensia.
3. Perencanaan Keperawatan
No. Dx Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
D.0040 Gangguan Dalam waktu 2x24 jam Dukungan 1. mengidentifikas
eliminasi urin klien dapat membaik : perawatan diri i kebiasaan
B.D penurunan Eliminasi urine: Observasi: BAK/BAB
kapasitas 1. Sensasi berkemih 1. Identifikasi 2. Pemantauan
kandung kemih, meningkat (2-5) kebiasaan integritas kulit
iritasi kandung 2. Desakan BAK/BAB pasien
kemih, berkemih 2. Monitor 3. Memberikan
kelemahan otot (urgensi) integritas kenyamanan
pelvis, menurun (2-5) kulit pasien dan kemudahan
ketidakmampua 3. Distensi kandung Teraperiutik: eliminasi bagi
n mengakses kemih menurun 1. buka klien
toilet D.D (2-5) pakian 4. Membantu
desakan 4. Berkemih tidak yang menjaga privasi
berkemih, sering tuntas diperlukan klien setelah
bak, nokturia, (hesitancy) untuk dan sebelum
mengompol, menurun (2-5) memudahk eliminasi
distensi kandung

14
kemih, berkemih 5. Volume residu an 5. Melatih
tak tuntas urine menurun eliminasi kemandirian
(2-5) 2. Dukung klien untuk
6. Urin menetes penggunaa menggunakan
menurun (2-5) n toilet, toilet, pispot dll
7. Disuria menurun pispot,
(2-5) urinal
8. Anuria menurun secara
(2-5) konsisten
9. Frekuensi BAK 3. Jaga
membaik (2-5) privasi
10. Karakteristik selama
membaik (2-5) eliminasi
Kontinensia urine: 4. Ganti
1. Kemampuan pakaian
berkemih pasien
meningkat (2-5) setelah
2. Nokturia eliminasi
menurun (2-5) 5. Bersihkan
3. Distensih alat bantu
kandung kemih BAK/BAB
menurun (2-5) setelah
4. Verbalisasi digunakan
pengeluaran urin 6. latih
tidak tuntas BAK/BAB
menurun (2-5) sesuai
5. Frekuensi jadwal
berkemih 7. Sediakan
membaik (2-5) alat bantu
6. Sensasi berkemih (mis.
membaik (2-5) Kateter

15
eksternal,
urinal)
Edukasi:
1. Anjurkan
BAB/BAK
secara rutin
2. Anjurkan
ke kamar
mandi/toile
t, jika perlu
Manajemen jalan
napas
Observasi:
1. Identifikas
i tanda dan
gejala
retensi
atau
inkontinen
sia urine
2. Identifikas
i faktor
yang
menyebab
kan retensi
atau
inkontinen
sia urine
3. Monitor
eliminasi
urine (mis.
Frekuensi,

16
konsistensi
, aroma,
volume,
dan
warna)
Terapeutik:
1. Catat
waktu-
waktu dan
haluaran
berkemih
2. Batasi
asupan
cairan, jika
perlu
3. Ambil
sample
urine
tengah
(midstream
) atau
kultur
Edukasi:
1. Anjurkan
tanda dan
gejala
infeksi
saluran
kemih
2. Anjurkan
mengukur
asupan

17
cairan dan
haluaran
urine
3. Anjurkan
mengambil
spesimen
urine
midstream
4. Anjurkan
mengenali
tandah
berkemih
dan waktu
yang tepat
untuk
berkemih
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
obat
suposutoria
eretra, jika
perlu
D.0050 Retensi urin B.D Dalam waktu 2x24 jam Katerisasi urine 1. memantau
peningkatan klien dapat membaik : Observasi: kondisi umum
tekanan uretra, Eliminasi urine: 1. Periksa pasien, ttv,
blok spingter, 1. sensasi berkemih kondisi daerah perineal,
disfungsi meningkat (2-5) pasien kandung kemih,
neurologis, efek 2. Desakan (mis. inkontinensia
agen berkemih Kasadaran, urin, refleks
farmakologis (urgensi) ttv, daerah berkemih)
D.D sensasi menurun (2-5) perineal,

18
penuh pada 3. Distensi kandung kandung 2. Menyiapkan
kandung kemih, kemih menurun kemih, peralatan,
disuria/anuria, (2-5) inkontinens bahan-bahan
distensi kandung 4. Berkemih tidak ia urin, dan ruangan
kemih, tuntas refleks tindakan,
inkontinensia (hesitancy) berkemih) pasien:
berlebihan, menurun (2-5) Terapeutik: bebaskan
residu urin 150 5. volumeVresidu 1. Siapkan pakian bawah
ml atau lebih urine menurun peralatan, dan posisikan
(2-5) bahan- dorsal
6. Urin menetes bahan dan rekumben
menurun (2-5) ruangan (untuk wanita)
7. Disuria menurun tindakan dan supine
(2-5) 2. Siapkan (untuk laki-laki)
8. Anuria menurun pasien: 3. Melakukan
(2-5) bebaskan tindakan
9. Frekuensi BAK pakian pemasangan
membaik (2-5) bawah dan kateter sesuai
10. Karakteristik posisikan SOP yang
membaik (2-5) dorsal berlaku
Kontrol gejala: rekumben 4. Menjelaskan
1. Kemampuan (untuk tujuan dan
memonitor wanita) dan prosedur
gejala secara supine kepada klien
mandiri (untuk laki- dan keluarga
meningkat (2-5) laki) 5. Mengajarkan
2. Kemampuan 3. Pasang klien untuk
memonitor lama sarung menarik napas
bertahannya tangan saat insersi
gejala 4. Bersihkan selang kateter
meningkat (2-5) daerah
perineal

19
3. Kemampuan atau
memonitor periposium
frekuensi gejala dengan
meningkat (2-5) NaCl atau
4. Kemampuan aquades
melakukan 5. Lakukan
tindakan insersi
pencegahan kateter
meningkat (2-5) urine
dengan
urine bag
6. Sambungk
an kateter
urine
dengan
urine bag
7. Isi balon
dengan
NaCl 0,9%
sesuai
anjuran
8. Fiksasi
selang
kateter
diatas
simpisis
atau paha
9. Pastikan
kentung
urine
ditempatka
n lebih

20
rnedah dari
kandung
kemih
Edukasi:
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemasanga
n kateter
urine
2. Anjurkan
menarik
napas saat
insersi
selang
kateter
D.0049 Konstipasi B.D Dalam waktu 2x 24 jam Manajemen 1. mengidentifikas
penurunan klien dapat membaik eliminasi fekal i masalah usus
motalitas Eliminasi fekal: Observasi: dan
gastrointestinal, 1. Kontrol 1. Identifikasi penggunaan
ketidakcukupan pengeluaran feses masalah obat pencahar
diet, meningkat (2-5) usus dan 2. Memonitoring
ketidakcukupan 2. Keluhan defekasi penggunaa BAB (mis.
asupan serat, lama dan sulit n obat Warna,
ketidakcukupan menurun (2-5) pencahar frekuensi,
asupan cairan 3. Distensi 2. Monitor konsistensi,
D.D defekasi abdomen BAB (mis. volume)
kurang dari 2 menurun (2-5) Warna, 3. Memonitoring
kali seminggu, 4. Teraba masa frekuensi, masalah tanda
pengeluaran pada rektal konsistensi, dan gejala klien
feses lama dan menurun (2-5) volume) seperti diare,
sulit, mengejan

21
saat defekasi, 5. Nyeri abdomen 3. Monitor konstipasi atau
feses keras, menurun (2-5) tanda dan impikasi
peristaltik usus 6. Kram abdomen gejala 4. Memberikan air
menurun menurun (2-5) diare, hangat dan
7. Konsistensi feses konstipasi makanan tinggi
membaik (2-5) atau serat agar
8. Frekuensi impikasi memudahkan
defekasi Terapeutik: defekasi
membaik (2-5) 1. Berikan air 5. Menjadwalkan
9. Peristaltik usus hangat waktu defekasi
membaik (2-5) setelah bersama klien
Fungsi gastrointestinal: makan 6. Menjelaskan
1. Toleransi 2. Jadwalkan dan
terhadap waktu menanjurkan
makanan defekasi klien agar
meningkat (2-5) bersama memakan
2. Nafsu makan pasien makanan tinggi
meningkat (2-5) 3. Sediakan serat dan
3. Mual menurun makanan asupan cairan
(2-5) tinggi serat yang cukup
4. Dispepsia Edukasi: 7. Menganjurkan
menurun (2-5) 1. Jelaskan klien agar dapat
5. Nyeri abdomen jenis mencatat
menurun (2-5) makanan warna,
6. Distensi yang frekuensi,
abdomen membantu konsistensi,
menurun (2-5) meningkat volume feses
7. Darah pada feses kan
menurun (2-5) keteraturan
8. Frekuensi BAB peristaltik
membaik (2-5) usus

22
9. Konsistensi feses 2. Anjurkan
membaik (2-5) mencatat
10. Jumlah feses warna,
membaik (2-5) frekuensi,
11. Peristaltik usus konsistensi,
membaik (2-5) volume
12. Warna feses feses
membaik (2-5) 3. Anjurkan
penguranga
n makanan
yang
meningkat
kan
pembentuk
an gas
4. Anjurkan
makanan
tinggi serat
5. Anjurkan
meningkat
kan asupan
cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
obat
suposituria
anal, jika
perlu

d. Implementasi

23
NO HARI/TANGGAL/JAM DK IMPLEMENTASI PARAF

e. Evaluasi
NO HARI/TANGGA DK SOAP PARAF
L
/JAM
1 1 S:
O:
A:
P:
2 S:
O:
A:
P:
Dst S:
O:
A:
P:
dst

24
DAFTAR PUSTAKA

Ratna Mahmud. 2019. Penerapan Asuhan Keperawatan Pasien Diare Dalam


Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi. Jurnal Media Keperawatan:
Politeknik Kesehatan Makassar.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2018. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. (2015). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat

25

Anda mungkin juga menyukai