Oleh :
Dewi Rianty, S. Kep
NPM. 2314901210087
Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising
usus.
b. Genetalia wanita
Inflamasi nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan
atropi jaringan vagina
c. Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran
skortum
1. Intake dan output cairan dalam sehari(24 jam)
2. Kebiasaan minum dirumah
3. Intake cairan infuse, oral, makanan, NGT
4. Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
5. Output urine dari urinal, cateter bag, drainage
ureterostomy, sistomi
6. Karakteristik urine, warna, kejernihan, bau, kepekatan.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urin (urinalis)
b. Warna (N: jernih kekuningan)
c. Penampilan (N: jernih)
d. Bau (N: beraroma)
e. pH (N: 1,005-1,030)
f. Glukosa (N: negatif)
g. Keton (N:negatif)
h. Kultur urine (N: kuman pathogen negatif)
Pengkajian kebutuhan eliminasi Urin
Riwayat keperawatan
Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x,
konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri
rectum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah
tempat, dan lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur),
tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas :
berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot
intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.
Diagnosa 1 NOC
Hambatan eliminasi urin 1) Mengidentifikasi keinginan berkemih
Definisi: 2) Mencapai toilet antara waktu dorongan
Disfungsi eliminasi urin berkemih dan pengeluaran urin
Batasan karakteristik: 3) Melakukan eliminasi secara mandiri
1) Disuria 4) Mengkonsumsi cairan dalam jumlah adekuat
2) Sering berkemih 5) Tidak ada rasa sakit pada saat berkemih
3) Anyang-anyangan
4) Nokturia
5) Inkontensia urin NIC
1) Monitor eliminasi urin, frekuensi, konsistensi,
6) Retensi urin
bau, volume, dan warna, jika diperlukan
7) Dorongan berkemih 2) Identifikasi faktor yang menyebabkan episode
Faktor berhubungan: inkontinensia
1) Penyebab multiple 3) Batasi cairan sesuai kebutuhan
2) Obstruksi anatomic 4) Identifikasi multifactor yang menyebabkan
3) Gangguan sensori motoric inkontinensia (produksi urin, pola berkemih,
4) Infeksi saluran kemih fungsi kognitif, masalah berkemih yang
dialami, dan pengobatan)
(Nanda 2018)
Diagnosa 2 NOC
Retensi urin 1) Menunjukkan pengosongan kandung kemih
Definisi: pengosongan dengan prosedur bersih kateterisasi
kandung kemih tidak tuntas 2) Tetap bebas infeksi saluran kemih
Batasan karakteristik 3) Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
1) Tidak ada keluaran uurin
2) Berkemih sedikit
3) Distensi kandung kemih
4) Sering berkemi NIC
5) Residu urin 1) Identifikasi pola pengosongan kandung
6) Berkemih sedikit kemih
( nanda 2018) 2) Perawatan retensi urin
Faktor berhubungan: 3) Lakukan program pelatihan pengosongan
1) Sumbatan saluran kandung kemih
perkemihan 4) Anjurkan pasien mengonsumsi cairan per-
2) Tekanan ureter tinggi oral
3) Inhibisi arkus reflex 5) Berikan privasi untuk eliminasi
4) Sfingter uretra kuat
Diagnosa 3 NOC
Konstipasi 1) Pola eliminasi dalam rentang yang
Definisi: penurunan frekuensi diharapkan
normal defekasi yang disertai 2) Feses lunak dan berbentuk
kesulitan atau pengeluaran feses 3) Konstipasi menurun dibuktikan dengan tidak
tidak tuntas dan/atau feses yang adanya dasarh dalam feses
keras, kering, dan banyak. 4) Nyeri saat defikasi
Batasan karakteristik: 5) Memperlihatkan hidrasi yang adekuat turgor
1) Nyeri abdomen kulit baik, asupan cairan dan pengeluaran
2) Anoreksia seimbang)
3) Darah merah pada feses
4) Penurunan volume feses
5) Keletihan NIC
6) Distensi abdomen 1) Pantau frekuensi, konsistensi, bau, volume,
7) Bising usus hiperaktif dan warna, jika perlu
Faktor berhubungan 2) Identifikasi penyebab episode inkontinensia
1) Kelemahan otot abdomen 3) Ajarkan pasien tentang efek diet (cairan dan
2) Konfusi serat pada eliminasi
3) Dehidrasi 4) Konsultasi dengan ahli gizi untuk
4) Depresi meningkatkan serat dan cairan dalam diet
5) Gangguan emosi 5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan
6) Asupan serat kurang bantuan eliminasi seperti diet tinggi serat,
( Nanda 2018) pelunak feses
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T H (2018). NANDA-I diagnosis keperatan: definisi klasifikasi 2018-2020 ed 11 Jakarta, EGC
Wilkinson, Judith M (2013). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NNDA, Intervensi NIC,
Kriteria NOC. Ed 9 Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika.