Anda di halaman 1dari 8

STASE PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR (PPKD)

DI RSUD H. DAMANHURI BARABAI


PERIODE PRAKTIK (29-30 SEPTEMBER 2023)

Oleh :
Dewi Rianty, S. Kep
NPM. 2314901210087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ELIMINASI

Definisi Fisiologi Eliminasi


Eliminasi merupakan proses pembuangan
1. Eliminasi urine : Merupakan suatu system
sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang
dimana terjadinya proses penyaringan darah
berupa urine maupun fecal (Tarwoto dan
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
Wartonah, 2006).
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
Eliminasi adalah produk sisa pencernaan
zat yang masih diperlukan oleh tubuh, zat-
yang teratur merupakan aspek yang penting
zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
untuk fungsi normal tubuh, perubahan
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
kemih)
sistem gastrointestinal dan sistem tubuh
2. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine :
lainnya (Potter dan perry, 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan , Sosial
Eliminasi adalah proses pembuangan sisia
kultural , Psiologis , Kebiasaan seseorang ,
metabolisme tubuh baik berupa urine atau
Tonus otot, Kondisi penyakit ,
alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi
Pembedahan , Pengobatan.
terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine
a. Pemeriksaan
(kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi
alvi (kebutuhan buang air besar). (A.Aziz, 1. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan

2008 : 71). atau pengeluaran sisa metabolisme berupa


berupa feses yang berasal dari saluran
pencernaan melalui anus.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
fekal (defekasi) : Usia , Diet , Intake cairan,
Aktivitas ,Psikologis , Pengobatan ,Gaya
hidup , Prosedur diagnostic , Penyakit ,
Anestesi dan pembedahan , Nyeri ,
Kerusakan sensorik dan motoric , Posisi
selama defekasi.
Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi

Pengkajian kebutuhan eliminasi Urin


Riwayat keperawatan
a. Pola berkemih
b. Gejala dari perubahan berkemih
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih

Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising
usus.
b. Genetalia wanita
Inflamasi nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan
atropi jaringan vagina
c. Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran
skortum
1. Intake dan output cairan dalam sehari(24 jam)
2. Kebiasaan minum dirumah
3. Intake cairan infuse, oral, makanan, NGT
4. Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
5. Output urine dari urinal, cateter bag, drainage
ureterostomy, sistomi
6. Karakteristik urine, warna, kejernihan, bau, kepekatan.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urin (urinalis)
b. Warna (N: jernih kekuningan)
c. Penampilan (N: jernih)
d. Bau (N: beraroma)
e. pH (N: 1,005-1,030)
f. Glukosa (N: negatif)
g. Keton (N:negatif)
h. Kultur urine (N: kuman pathogen negatif)
Pengkajian kebutuhan eliminasi Urin

Riwayat keperawatan
Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x,
konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri
rectum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah
tempat, dan lain-lain
b. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur),
tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
c. Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas :
berbaring lama.
d. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot
intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
e. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
f. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada spinal cord dan tumor.

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,


sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa
dikeluarkan.Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar,
konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan
konstipasi.Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan
nyeri rektum.

Riwayat penyakit sekarang


Perlu dikaji warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau),
bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Tentukan
konsistensinya (encer,padat), tentukan frekuensinya (> 3 kali
sehari). Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7
hari ( diare berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).
 Waktu terjadinya sakit kapan mulai terjadi
konstipasi/diare dan seberapa sering atau frekuensinya
yang dirasakan,
 Proses terjadinya sakit
 Perlu dikaji bagaiamana proses dapat terjadinya
konstipasi/diare, dan kapan mulai terjadinya.
 Upaya yang telah dilakukan selama sakit
 Hasil pemeriksaan sementara / sekarang

Riwayat penyakit dahulu


Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

Riwayat kesehatan keluarga


Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit
seperti pasien sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami penyakit seperti saat ini.

Riwayat kesehatan lingkungan klien


Perlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu kamar,
kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

Pemeriksaan fisik : data fokus


a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun. Tekanan darah mmHg, suhu tubuh …◦C,
pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=..
M=… Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum
Sakit ) ; tidak diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.
(BB=2xLL; 50 kg).
c. Kepala : Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih.
d. Mata : Cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : Urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Perlu dikaji :
 Pola berkemih : Pada orang-orang untuk berkemih
sangat individual.
 Frekuensi : Frekuensi untuk berkemih tergantung
kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang
berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada
waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu
untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang
biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
 Volume : Volume urine yang dikeluarkan sangat
bervariasi. Usia Jumlah / hari :
Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml
Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml
Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml
1–3 tahun 500–600 ml
3–5 tahun 600–700 ml
5–8 tahun 700–1000 ml
8–14 tahun 800–1400 ml
14 tahun-dewasa 1500 ml
Dewasa tua 1500 ml / kurang

Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam


periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolik.

Diagnosa 1 NOC
Hambatan eliminasi urin 1) Mengidentifikasi keinginan berkemih
Definisi: 2) Mencapai toilet antara waktu dorongan
Disfungsi eliminasi urin berkemih dan pengeluaran urin
Batasan karakteristik: 3) Melakukan eliminasi secara mandiri
1) Disuria 4) Mengkonsumsi cairan dalam jumlah adekuat
2) Sering berkemih 5) Tidak ada rasa sakit pada saat berkemih
3) Anyang-anyangan
4) Nokturia
5) Inkontensia urin NIC
1) Monitor eliminasi urin, frekuensi, konsistensi,
6) Retensi urin
bau, volume, dan warna, jika diperlukan
7) Dorongan berkemih 2) Identifikasi faktor yang menyebabkan episode
Faktor berhubungan: inkontinensia
1) Penyebab multiple 3) Batasi cairan sesuai kebutuhan
2) Obstruksi anatomic 4) Identifikasi multifactor yang menyebabkan
3) Gangguan sensori motoric inkontinensia (produksi urin, pola berkemih,
4) Infeksi saluran kemih fungsi kognitif, masalah berkemih yang
dialami, dan pengobatan)
(Nanda 2018)

Diagnosa 2 NOC
Retensi urin 1) Menunjukkan pengosongan kandung kemih
Definisi: pengosongan dengan prosedur bersih kateterisasi
kandung kemih tidak tuntas 2) Tetap bebas infeksi saluran kemih
Batasan karakteristik 3) Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
1) Tidak ada keluaran uurin
2) Berkemih sedikit
3) Distensi kandung kemih
4) Sering berkemi NIC
5) Residu urin 1) Identifikasi pola pengosongan kandung
6) Berkemih sedikit kemih
( nanda 2018) 2) Perawatan retensi urin
Faktor berhubungan: 3) Lakukan program pelatihan pengosongan
1) Sumbatan saluran kandung kemih
perkemihan 4) Anjurkan pasien mengonsumsi cairan per-
2) Tekanan ureter tinggi oral
3) Inhibisi arkus reflex 5) Berikan privasi untuk eliminasi
4) Sfingter uretra kuat
Diagnosa 3 NOC
Konstipasi 1) Pola eliminasi dalam rentang yang
Definisi: penurunan frekuensi diharapkan
normal defekasi yang disertai 2) Feses lunak dan berbentuk
kesulitan atau pengeluaran feses 3) Konstipasi menurun dibuktikan dengan tidak
tidak tuntas dan/atau feses yang adanya dasarh dalam feses
keras, kering, dan banyak. 4) Nyeri saat defikasi
Batasan karakteristik: 5) Memperlihatkan hidrasi yang adekuat turgor
1) Nyeri abdomen kulit baik, asupan cairan dan pengeluaran
2) Anoreksia seimbang)
3) Darah merah pada feses
4) Penurunan volume feses
5) Keletihan NIC
6) Distensi abdomen 1) Pantau frekuensi, konsistensi, bau, volume,
7) Bising usus hiperaktif dan warna, jika perlu
Faktor berhubungan 2) Identifikasi penyebab episode inkontinensia
1) Kelemahan otot abdomen 3) Ajarkan pasien tentang efek diet (cairan dan
2) Konfusi serat pada eliminasi
3) Dehidrasi 4) Konsultasi dengan ahli gizi untuk
4) Depresi meningkatkan serat dan cairan dalam diet
5) Gangguan emosi 5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan
6) Asupan serat kurang bantuan eliminasi seperti diet tinggi serat,
( Nanda 2018) pelunak feses

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T H (2018). NANDA-I diagnosis keperatan: definisi klasifikasi 2018-2020 ed 11 Jakarta, EGC
Wilkinson, Judith M (2013). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NNDA, Intervensi NIC,
Kriteria NOC. Ed 9 Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika.

Barabai, 30 September 2023


Preseptor Akademik, Ners Muda,

(Rida Millati, Ns., M.Kep) (Dewi Rianty, S. Kep)

Anda mungkin juga menyukai