Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI PADA TN.A


DI RUANGAN MAMMINASA BAJI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

INDRI FEBRIANTI
23.04.022

CI LAHAN CI INSTITUSI

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
Konsep Medis
A. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urin ataupun feses. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostatis melalui pembuangan feses dan urin (Wartoanah,
2016).
Eliminasi Urin adalah pengosongan kandng kemih yang lengkap
(SLKI, 2018).
Eliminasi Fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan
melalui anus (Cynthia, Dea Laras 2013).
Eliminasi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan eliminasi terbagi menjadi 2 yakni:
kebutuhan eliminasi urine dan kebutuhan eliminasi fekal. Eliminasi urine
(miksi) adalah proses pengosongan kandung kemih ketika kandung kemih
terisi sedangkan eliminasi fekal (defekasi) atau eliminasi fekal adalah proses
pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism berupa feses yang berasal dari
saluran pencernaan melalui anus.

B. Etiologi
Berikut adalah penyebab pada gangguan eliminasi baik eliminasi urin
maupun eliminasi fekal yaitu:
1. Usia
2. Diet
3. Asupan cairan
4. Aktivitas
5. Pengobatan
6. Gaya hidup
7. Penyakit
8. Nyeri
9. Kehamilan
C. Fisiologi eliminasi
1 Eliminasi urine
Proses kejadian eliminasi urine ada dua langkah utama yakni:
pertama, bila kandung kemih saudara secara progresif terisi samapi
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim kemedula
spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat
miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor), maka spinter
eksterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya
bila memilih tidak berkemih spinter eksterna tidak berkontraksi.
Kerusakan pada medulla spinalis menyebabkan hilangnya control volunter
berkemih, tetapi jalur reflex berkemih dapat tetap sehingga terjadinya
berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.
2 Eliminasi fekal
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang
yang mempunyai keb iasaan teratur akan merasa kebutuhan membung
air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan
oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi.
Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai
maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik
keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum.
Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir.
D. Klasifikasi
1. Eliminasi Urin
a. Gangguan eliminasi urin merupakan disfungsi eliminasi urin.
b. Inkontinensia urin berlanjut adalah pengeluaran urin tidak terkendali
dan terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung
kemih.
c. Inkontinensia urin berlebih adalah kehilangan urin yang tidak terkendali
akibat overdistensi kandung kemih.
d. Inkontinensia urin fungsional adalah pengeluaran urin tidak terkendali
karena kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu yang
tepat.
e. Inkontinensia urin refleks adalah pengeluaran urin yang tidak
terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai.
f. Inkontinensia urin stress adalah kebocoran urin mendadak dan tidak
dapat dikendalikan karena aktivitas yang meningkatkan tekanan intra
abdominal.
g. Inkontinensia urin urgensi adalah keluarnya urin tidak terkendali sesaat
setelah keinginan yang kuat untuk berkemih.
h. Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
2. Eliminasi Fekal
a. Inkontinensia fekal adalah perubahan kebiasaan buang air besar dari
pola normal yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter
(tidak disadari).
b. Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai dengan
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta kering dan banyak.
c. Diare adalah pengeluran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
E.Manifestasi Klinis
Eliminasi Urin
1. Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan.
2. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap,
dorongan dan frekuensi berkemih.
3. Nokturia, disuria, hematuria.
4. ISK berulang, riwayat batu.
Eliminasi Fekal
1. Rasa ingin BAB
2. Rasa sakit di bagian rectum
3. Nyeri pada abdomen
4. Rasa tidak nyaman pada daerah abdomen
5. Feses disertai darah
6. Terdengar bunyi timpani di abdomen
7. Iritasi pada daerah sekitar anus
8. Diperlukan tenaga yang besar saat mengedan
9. Distensi pada lambung dan usus

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan
SDM, SDP, kristal, asam urat, kalsium oksalat, serpihan, mineral, bakteri,
pus, PH mungkin asam (meningkatkan sistim dan batu asam urat) atau
alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium atau batu kalsium
fosfat).
2. Urine (24 jam)
Kreatinin, asam urat, kalsium, fofat, oksalat atau sistin mungkin meningkat.
3. Kultur urine
Mungkin menunjukkan ISK (stapilococus auresus, proteus, klebsiola,
pesuodomonas)
4. BUN / Kreatinin Serum Urine
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urine) sekunder terhadap
tinggi batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia atau nekosis.
5. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses.

G. Penatalaksanaan
Eliminasi Urin
1. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine.
2. Menentukan pola berkemih normal pasien.
3. Menyelidiki keluhan kandung kemih penuh
4. Mengobservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
5. Memberikan posisi yang nyaman
6. Melakukan perawatan chateter
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Eliminasi Fekal
1 Menganjurkan untuk banyak minum atau cair
2 Mengadakan pola kebiasaan untuk BAB
3 Pemberian katartik atau laksatif ( pencahar ) untuk melunakkan feses
sehingga merangsang peristaltic dan BAB
4 Pemberian enema
5 Pemberian makanan yang adekuat untuk mengurangi resiko eliminasi
(diet tinggi serat dan sari buah)
6 Memperbanyak kegiatan fisik atau aktivitas
Asuhan Keperawatan
A. Pengakajian
Hal-hal yang harus dikaji antara lain :
1 Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali per hari/minggu?)
b. Apakah frekuensi itu dapat berubah?
c. Apa penyebabnya?
2 Perilaku defekasi
a. Apakah klien menggunakan laksatif?
b. Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3 Deskripsi feses: warna, tekstur, bau
4 Diet
a. Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b. Makanan apa yang biasa klien makan?
c. Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d. Apakah klien makan secara teratur?
5 Stress
a. Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b. Koping apa saja yang klien gunakan dalam menghadapi stres?
c. Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif/negatif?
d. Pembedahan atau penyakit menetap
e. Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat mengganggu pola
defekasi?
f. Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem
gastrointestinalnya?

Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian abdomen saja
yang tampak.
a. Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas, adanya
distensi atau gerak peristaltik.
b. Auskultasi. Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas, frekuensi, dan
kualitasnya.
c. Perkusi. Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya distensi
berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian kanan atas dan
seterusnya.
d. Palpasi. Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi abdomen serta adanya
nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
2. Rektum dan anus
a. Inspeksi. Amati daerah perianal untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi,
perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi, hemoroid.
b. Palpasi. Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri tekan.
Tentukan lokasi dan ukurannya.
3. Feses.
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, warna, bau, dan jumlahnya.

B. DiagnosaKeperawatan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Gangguan Eliminasi Urin D.0040
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Eliminasi
Definisi
Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestasi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih
kongenital)
9. Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)
Gejalah dan Tanda Mayor Objektif
Subjektif 1. Distensi kandung kemih
1. Desakan berkemih (urgensi) 2. Berkemih tidak tuntas
2. Urin menetas 3. Volume residu urin meningkat
3. Sering buah air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Tidak tersedia
Kondisi Klinis Terkait
1. Infeksi ginal dan saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkison
Retensi Urin D.0050
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Eliminasi
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Penyebab
1. Peningkatan tekanan uretra
2. Kerusakan arkus refleks
3. Bllok spingter
4. Disfungsi neurologis (mis. trauma, penyakit saraf)
5. Efek agen farmakologis (mis. atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin,
opiate)
Gejalah dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Sensasi penuh pada kandung 1. Disuria/anuria
kemih 2. Distensi kandung kemih
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Inkontinensia berlebih
1. Dribbling 2. Residu urin 150 ml atau lebih
Kondisi Klinis Terkait
1. Benigna prostat hyperplasia
2. Pembengkakan perineal
3. Cedera medulla spinalis
4. Rektokel
5. Tumor di salurn kemih

C. Intervensi Keperawatan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI )
Eliminasi urine (L. 04034)
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap.

Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
1 Menurun 3 Meningka 5
2 t4
Sensasi
berkemih
Desakan 1 2 3 4 5
berkemih (
urgensi )
Distensi 1 2 3 4 5
kandung
kemih
Berkemih 1 2 3 4 5
tidak tuntas
Volume residu 1 2 3 4 5
urine
Urin menetes 1 2 3 4 5
dribbling
Noktrunia 1 2 3 4 5

Mengompol 1 2 3 4 5

Enuresis 1 2 3 4 5

Disuria 1 2 3 4 5

Anuria 1 2 3 4 5

Frekuensi 1 2 3 4 5
BAK
Karateristik 1 2 3 4 5
Urine
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Repository USU. Chapter II.pdf

Anda mungkin juga menyukai