ELIMINASI FEKAL
Citra Andini
( 4338114201220226 )
C. Pathway
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal
a. Usia
Setaip tahap perkembangan usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda.
Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, usia l
anjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defek
asi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat memengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena
absorspi kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdome
n, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses def
ekasi sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah bak dan me
mudahkan dalam membantu proses kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksansia atau antasi
da yang terlalu sering
f. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pad
a seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau kebiasaan melakukan buang air besar di
tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut buang air besar di tempat yang
terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit- penyakit yang
berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti gastroenteritis atau penyakit infek
si lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan atau keinginan untuk berdefekasi, seperti
nyeri pada beberapa kasus hemoroid dan episiotomy
i. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena d
apat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefeksi. Hal tersebut da
pat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.
F. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan dari penatalaksaan ini adalah memulihkan dan mempertahankan pola eliminasi yang b
aik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan eliminasi tersebut
Modifikasi gaya hidup:
a. Diet
Makanan tinggi serat (konstipasi)
Makanan lunak, porsi sedikit tapi sering (diare)
Batasi makanan yang menghasilkamin gas (kol, buncis, bawang merah)
b. Asupan Cairan
Intake: 2000-3000 cc perhari (sesuai toleransi)
Hindari cairan yang terlalu hangat atau terlalu dingin, kafein dan minuman berka
rbonasi
c. Aktivitas/Latihan
Posisi terlentang: klien menguatkan otot abdomen dengan menariknya kedalam m
enahannya selama 10 detik kemudian merelaksasikannya ini harus sebanyak 5 sa
mpai 10 kali atau tergantung pada kesehatan klien.
Posisi terlentang kontraksikan otot paha dan tahan selama 10 detik, ulangi latihan
5-10 kali, 4 kali sehari, ini membantu klien yang tirah baring mendapatkan kekuat
an otot paha, sehingga defekasi normal
Ajarkan teknik massage abdoment, valsalva maneuver, napas dalam
d. Tindakan Pencegahan
Management stress
Hindari kebiasaan minum alkohol dan merokok
Diskusikan kebiasaan de fekasi
Modifikasi lingkungan
Jaga privasi klien
Ajarkan posisi BAB yang baik
Monitor integritas kulit
Monitor vital sign dan tanda-tanda dehidrasi
Kompres panas dan dingin jika nyeri
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium feses dan urin
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan Pada riwayat keperawatan, hal-hal yang harus di kaji, antara lai
n:
1) Pola defekasi
2) Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laktasif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3) Deskripsi feses
a) Warna
b) Tekstur
c) Bau
4) Diet
a) Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari / pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?
8) Stress
a) Apakah klien mengalami stress yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
c) Bagaimana respons klien terhadap stress? Positif atau negatif?
9) Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah mengganggu pola defekusinya?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi system gastrointestinal?
10) Pemeriksaan fisik: data focus
a) Mulut Inspeksi gigi, lidah dan gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur gigi yang bur
uk mempengaruhi kemampuan mengunyah
b) Abdomen (pada posisi telentang)
1) Inspeksi: amati abdomen untuk melihat bentuknya, kesimetrisan, adanya diste
nsi atau gerak peristaltic
2) Auskultasi dengarkan bising usus, perhatikan intensitas, frekuensi, dan kualit
asnya
3) Perkusi: mengetahui adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulail
ah pada bagian kanan atas dan sterusnya
4) Palpasi: mengetahui konsistensi abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa
di permukaan abdomen
c) Rektum dan Anus (pada posisi Litotomi atau Sims)
1) Inspeksi: amati daerah perineal untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi, p
erubahan wama, lesi, lecet. fistula, konsistensi, hemoroid
2) Palpasi: dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri tekan. Tentu
kan lokasi dan ukurannya
d) Feses: Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan jumlahnya, A
mati pula unsur abnormal yang terdapat pada feses.
e) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Spesimen Feses: Dilakukan untuk samar darah (mikroskopik) di dala
m feses dan kultur hanya membutuhkan sedikit sumpel
Tes Guniak: Tes pemeriksaan darah samar di feses (fecal occult blood
testing, FOBT), yang menhitung darah mikroskopik di dalam feses
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Visualisasi Langsung
Endoskop fiberoptik: Instrument optik yang dilengkapi dengan l
ensa pengamat, selang fleksibel yang panjang. dan sebuah sumb
er cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini memungkinkan penam
pakan struktur pada ujung selang dan pemasukan instrument kh
usus untuk biopsy.
Protoskopi Instrument yang kaku, berbentuk selang yang dileng
kapi dengan sumber cahaya. Memungkinkan visualisasi anus da
n rektum dan memungkinkan dokter mengumpulkan spesimen j
aringan dan membekukan sumber-sumber perdarahan. Namun i
nstrument ini kurang fleksibel daripada skop fiberotik dan lebih
berpotensi menimbulkan gangguan kenyamanan.
Endoskopi atau Gastroskopi UGI memungkinkanvisualisasi eso
phagus, lambung dan duodenum
Sigmoidiskopi Memungkinkan visualisasi anus, rectum dan kol
on sigmoid dan memungkinkan dokter mengumpulkan spesime
n jaringan.
b) Visualisasi Tidak Langsung
Pemeriksaan media kontras dengan menggunakan sinar X memungki
nkan dokter melihat esophagus bagian bawah, lambung dan duodenu
m.
I. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah adalah (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017):
1) Diare
2) Inkontinansial fekal
3) Konstipasi
J. Intervensi keperawatan
Frekuensi peristaltik
meningkat 3) Edukasi
Bising usus hiperakti
f Anjurkan makanan por
si kecil dan sering seca
Kondisi klinis terkait ra bertahap
Anjurkan menghindari
a) Kanker kolon makanan pembentuk g
as, pedas dan mengand
b) Diverticulitis ung laktosa
Anjurkan melanjutkan
c) Iritasi usus pemberian ASI
d) Crohn's disease 4) Kolaborasi
e) Ulkus peptikum Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (lope
f) Gastritis ramide, difenoksilat)
Kolaborasi pemberian
g) Spasme kolon
obat antispasmodic ata
u spasmolitik(papaveri
h) Kolitis ulseratif
n, ekstrak belladonna,
i) Hipertiroidisme mebeverine)
Kolaborasi pemberian
j) Demam typoid obat pengeras fexes (at
apulgit, smektit. koali
k) Malaria. n-pektin)
l) Sigelosis
m) Kolera
n) Disentri
o) Hepatitis
Diagnosa II: Inkontinensia Fe Diagnosa II: Inkontinens Diagnosa II: Inkontinensia Fek
kal ia Fekal al
Objektif 4) Kolaborasi
Subjektif:-
Objektif :
Bau feses
Kulit perinal kemerah
an
a) Spina bifida
b) Atresia ani
c) Penyakit hirschsprun
g
Objektif:
Feses keras
Peristaltik usus menu
run
Subjektif:
Objektif:
Distensi abdomen
Kelemahan umum
Temba massa pada re
ktal
Kozier, B., et. all. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik, Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Indikator Diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.