Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ELIMINASI FEKAL

Citra Andini
( 4338114201220226 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HORIZON KARAWANG
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM 1 BYPASS KARAWANG 41316
KONSEP ELIMINASI FEKAL

A. Definisi Eliminasi Fekal


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila.
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari sa
luran pencernaan melalui anus (Kozier, B., et. all, 2011).

Eliminasi fekal adalah pr


oses pembuangan sisa meta
bolisme tubuh
berupa feses (bowel). Def
ekasi adalah pengeluaran
feses dari anus
dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. F
rekuensi defekasi
pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai
2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga berv
ariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristal
tik mendorong feses kedal
am kolon sigmoid
dan rektum, saraf sensori
s dalam rektum dirangsang
dan individ
Eliminasi fekal adalah pr
oses pembuangan sisa meta
bolisme tubuh
berupa feses (bowel). Def
ekasi adalah pengeluaran
feses dari anus
dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. F
rekuensi defekasi
pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai
2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga berv
ariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristal
tik mendorong feses kedal
am kolon sigmoid
dan rektum, saraf sensori
s dalam rektum dirangsang
dan individ
B. Tanda & Gejala
a) Konstipasi
 Menurunnya frekuensi BAB
 Pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan
 Nyeri rectum
b) Impaction
 Tidak BAB
 Anoreksia
 Kembung/Kram
 Nyeri rectum
c) Diare
 BAB sering dengan cairan dan fesef yang tidak berbentuk
 Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
 Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkat
kan sekresi mukosa
 Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB
d) Inkontiensia Fekal
 Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
 BAB encer dan jumlahnya banyak
 Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter a
nal eksternal
e) Flatulens
 Menumpuknya gas pada lumen intestinal
 Dinding usus meregang dan distendend, merasa penuh, nyeri dan kram
 Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f) Hemorroid
 Pembengkakkan vena pada dinding rectum
 Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
 Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
 Nyeri

C. Pathway
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal
a. Usia
Setaip tahap perkembangan usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda.
Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, usia l
anjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defek
asi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat memengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena
absorspi kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdome
n, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses def
ekasi sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah bak dan me
mudahkan dalam membantu proses kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksansia atau antasi
da yang terlalu sering
f. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pad
a seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau kebiasaan melakukan buang air besar di
tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut buang air besar di tempat yang
terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit- penyakit yang
berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti gastroenteritis atau penyakit infek
si lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan atau keinginan untuk berdefekasi, seperti
nyeri pada beberapa kasus hemoroid dan episiotomy
i. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena d
apat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefeksi. Hal tersebut da
pat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

E. Masalah Eliminasi Fekal


Terdapat empat masalah eliminasi fekal, yaitu konstipasi, diare, inkontinensia alvi, dan flatule
ns (Kozier, B., et all, 2011).
a) Konstipasi
Konstipasi adalah defekasi yang kurang dari tiga kali perminggu. Dengan menunjukan p
engeluaran feses yang kering, keras atau tanpa pengeluaran feses. Konstipasi terjadi jika
pergerakan feses di usus besar berjalan lambat. sehingga memungkinkan bertambahnya
waktu absorpsi cairan di usus besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran fes
es dan bertambahnya upaya atau penekanan otot-otot volunter.
b) Diare
Diare merupakan pengeluaran feses encer dan peningkatan frekuensi defekasi.
c) Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi (bowel) atau disebut juga inkontinensia fekal adalah hilangnya kekma
mpuan volunteer Inkontinensia alvi (bowel) atau disebut juga inkontinensia fekal adalah
hilangnya kekmampuan volunter untuk mengontrol pengeluaran fekal dan gas dari spint
er anal. Inkontinensia fekal secara umum dihubungkan dengan gangguan fungsi sfingter
anal atau suplaisarafnya.
d) Flatulens
Flatulens adalah keberadaan flatus yang berlebihan di usus dan menyebabkan pereganga
n dan inflasi usus (distensi usus). Terdapat tiga sumber utama penyebab flatulens, yaitu
kerja bakteria dalam kime di usus besar, udara yang tertelan, dan gas yang berdifusi dian
tara aliran darah dan usus.

F. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan dari penatalaksaan ini adalah memulihkan dan mempertahankan pola eliminasi yang b
aik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan eliminasi tersebut
Modifikasi gaya hidup:
a. Diet
 Makanan tinggi serat (konstipasi)
 Makanan lunak, porsi sedikit tapi sering (diare)
 Batasi makanan yang menghasilkamin gas (kol, buncis, bawang merah)

b. Asupan Cairan
 Intake: 2000-3000 cc perhari (sesuai toleransi)
 Hindari cairan yang terlalu hangat atau terlalu dingin, kafein dan minuman berka
rbonasi
c. Aktivitas/Latihan
 Posisi terlentang: klien menguatkan otot abdomen dengan menariknya kedalam m
enahannya selama 10 detik kemudian merelaksasikannya ini harus sebanyak 5 sa
mpai 10 kali atau tergantung pada kesehatan klien.
 Posisi terlentang kontraksikan otot paha dan tahan selama 10 detik, ulangi latihan
5-10 kali, 4 kali sehari, ini membantu klien yang tirah baring mendapatkan kekuat
an otot paha, sehingga defekasi normal
 Ajarkan teknik massage abdoment, valsalva maneuver, napas dalam
d. Tindakan Pencegahan
 Management stress
 Hindari kebiasaan minum alkohol dan merokok
 Diskusikan kebiasaan de fekasi
 Modifikasi lingkungan
 Jaga privasi klien
 Ajarkan posisi BAB yang baik
 Monitor integritas kulit
 Monitor vital sign dan tanda-tanda dehidrasi
 Kompres panas dan dingin jika nyeri

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan foto rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium feses dan urin

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan Pada riwayat keperawatan, hal-hal yang harus di kaji, antara lai
n:

1) Pola defekasi

a) Frekuensi (berapa kali per hari / minggu?)


b) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c) Apa penyebabnya?

2) Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laktasif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?

3) Deskripsi feses
a) Warna
b) Tekstur
c) Bau

4) Diet
a) Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari / pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?

5) Cairan: Jumlah dan jenis minuman yang di konsumsi setiap hari


6) Aktivitas
a) Kegiatan sehari-hari (mis: olahraga)
b) Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (mis: penggunaan laktasif, enema, atau kebia
saan mmengkonsumsi sesuatu sebelum defekasi)

7) Penggunaan medikasi: Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang


dapat mempengaruhi pola defekasinya?

8) Stress
a) Apakah klien mengalami stress yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
c) Bagaimana respons klien terhadap stress? Positif atau negatif?
9) Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah mengganggu pola defekusinya?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi system gastrointestinal?
10) Pemeriksaan fisik: data focus
a) Mulut Inspeksi gigi, lidah dan gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur gigi yang bur
uk mempengaruhi kemampuan mengunyah
b) Abdomen (pada posisi telentang)
1) Inspeksi: amati abdomen untuk melihat bentuknya, kesimetrisan, adanya diste
nsi atau gerak peristaltic
2) Auskultasi dengarkan bising usus, perhatikan intensitas, frekuensi, dan kualit
asnya
3) Perkusi: mengetahui adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulail
ah pada bagian kanan atas dan sterusnya
4) Palpasi: mengetahui konsistensi abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa
di permukaan abdomen
c) Rektum dan Anus (pada posisi Litotomi atau Sims)
1) Inspeksi: amati daerah perineal untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi, p
erubahan wama, lesi, lecet. fistula, konsistensi, hemoroid
2) Palpasi: dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri tekan. Tentu
kan lokasi dan ukurannya
d) Feses: Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan jumlahnya, A
mati pula unsur abnormal yang terdapat pada feses.
e) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
 Spesimen Feses: Dilakukan untuk samar darah (mikroskopik) di dala
m feses dan kultur hanya membutuhkan sedikit sumpel
 Tes Guniak: Tes pemeriksaan darah samar di feses (fecal occult blood
testing, FOBT), yang menhitung darah mikroskopik di dalam feses
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Visualisasi Langsung
 Endoskop fiberoptik: Instrument optik yang dilengkapi dengan l
ensa pengamat, selang fleksibel yang panjang. dan sebuah sumb
er cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini memungkinkan penam
pakan struktur pada ujung selang dan pemasukan instrument kh
usus untuk biopsy.
 Protoskopi Instrument yang kaku, berbentuk selang yang dileng
kapi dengan sumber cahaya. Memungkinkan visualisasi anus da
n rektum dan memungkinkan dokter mengumpulkan spesimen j
aringan dan membekukan sumber-sumber perdarahan. Namun i
nstrument ini kurang fleksibel daripada skop fiberotik dan lebih
berpotensi menimbulkan gangguan kenyamanan.
 Endoskopi atau Gastroskopi UGI memungkinkanvisualisasi eso
phagus, lambung dan duodenum
 Sigmoidiskopi Memungkinkan visualisasi anus, rectum dan kol
on sigmoid dan memungkinkan dokter mengumpulkan spesime
n jaringan.
b) Visualisasi Tidak Langsung
Pemeriksaan media kontras dengan menggunakan sinar X memungki
nkan dokter melihat esophagus bagian bawah, lambung dan duodenu
m.

I. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah adalah (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017):
1) Diare
2) Inkontinansial fekal
3) Konstipasi
J. Intervensi keperawatan

Standar diagnose keperawata Standar luaran keperawt Intervensi keperawatan (SIKI)


n (SDKI) an (SLKI)

Diagnosa 1: Diare Diagnosa l: Diare Diganosa 1: Diare

1) Definisi: Pengeluaran feses Luaran Keperawatan: El Intervensi Manajemen Diare


yang sering, lunak dan tidak iminasi Fekal (L.13113)
berbentuk 1) Observasi :
Tujuan: ketersediaan so
2) Penyebab kongan dari orang lain u  Identifikasi penyebab d
ntuk memenuhi kebutuh iare (inflamasi gastroin
Fisiologis: an individu yang, menjal testinal, iritasi gastroint
ani perawatan estinal, proses infeksi,
 Inflamasi gastrointest malabsorpsi, ansietas, s
inal Ekspektasi Meningkat tres, efek obat-obatan,
 Iritasi gastrointestinal pemberian botol susu)
 Proses infeksi Kriteria Hasil : Kemamp  Identifikasi riwayat pe
 Malabsorpsi uan meminta bantuan pa mberian makanan
da orang lain, Bantuan y  Identifikasi gejala inva
ang ditawarkan oleh ora ginasi (tangisan keras,
Psikologis : ng lain, Dukungan emos kepucatan pada bayi)
i yang disediakan oleh o  Monitor wama, volum
rang lain, Jaringan sosial e, frekuensi, dan konsis
 Kecemasan yang membantu: Menin tensi tinja
 Tingkat stres tinggi gkat  Monitor tanda dan geja
la hypovolemia (takika
Situasional: rdia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, tu
 Terpapar kontaminan rgor kulit turun, mukos
 Terpapar toksin a mulut kering.
 Penyalahgunaan laks CRT melambat, BB me
atif nurun)
 Penyalahgunaan zat  Monitor intasi dan ulse
 Program pengobatan rasi kulit di daerah peri
nal
Gejala dan tanda mayor  Monitor jumlah pengel
uaran diare
Subjektif:-  Monitor keamanan pen
yiapan makanan
Objektif :
3)Terapeutik
 Defekasi lebih dari ti
ga kali dalam 24 jam  Berikan asupan cairan
 Feses lembek atau cai oral (lantan garam gul
r a, oralit, pedyalite, rena
lyte)
Gejala dan tanda minor  Pasang jalur intraven
 Berikan cairan intraven
Subjektif: a (ringer asetat, ringer l
aktat)
 Urgency  Ambil sampel darah un
 Nyeri atau kram abdo tuk pemeriksaan darah
men lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses unt
Objektif: uk kultur

 Frekuensi peristaltik
meningkat 3) Edukasi
 Bising usus hiperakti
f  Anjurkan makanan por
si kecil dan sering seca
Kondisi klinis terkait ra bertahap
 Anjurkan menghindari
a) Kanker kolon makanan pembentuk g
as, pedas dan mengand
b) Diverticulitis ung laktosa
 Anjurkan melanjutkan
c) Iritasi usus pemberian ASI
d) Crohn's disease 4) Kolaborasi
e) Ulkus peptikum  Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (lope
f) Gastritis ramide, difenoksilat)
 Kolaborasi pemberian
g) Spasme kolon
obat antispasmodic ata
u spasmolitik(papaveri
h) Kolitis ulseratif
n, ekstrak belladonna,
i) Hipertiroidisme mebeverine)
 Kolaborasi pemberian
j) Demam typoid obat pengeras fexes (at
apulgit, smektit. koali
k) Malaria. n-pektin)

l) Sigelosis

m) Kolera

n) Disentri

o) Hepatitis

Diagnosa II: Inkontinensia Fe Diagnosa II: Inkontinens Diagnosa II: Inkontinensia Fek
kal ia Fekal al

1) Definisi: Perubahan kebias Luaran Keperawatan: K Intervensi : Latihan Eliminasi F


aan buang air besar dari pola ontinensia Fekal (L0403 ekal
normal yang ditandai dengan 5)
pengeluaran feses secara invo 1) Observasi
lunter (tidak sadar) Tujuan: Pola normal keb
iasaan buang air besar  Monitor peristaltik usu
2) Penyebab s secara teratur
Ekspektasi: Membaik
 Kerusakan susunan s Kriteria Hasil Pengontro 2) Terapeutik
araf motirik bawah lan pengeluaran feses:
 Penurunan tonus otot Meningkat, Defekasi, Fr  Anjurkan waktu yang k
 Gangguan kognitif ekuensi buang air besar, onsisten untuk buang ai
 Penyalahgunaan laks kondisi kulit perianal: M r besar
atif embaik  Berikan privasi, kenya
 Kehilangan fungsi pe manan dan posisi yang
ngendalian sfinger re meningkatkan proses d
ktum efekasi
 Pascaoperasi pullthro  Gunakan enema rendah
ugh dan penutupan k  Anjurkan dilatasi rektal
olostomi digital
 Ketidakmampuan me  Ubah program latihan e
ncapai kamar kecil liminasi fekal
 Diare kronis
 Stres berlebihan 3) Edukasi

Gejala dan tanda mayor  Anjurkan mengkonsum


si makanan tertentu, se
Subjektif: suai program atau hasil
konsultasi
 Tidak mampu mengo  Anjurkan asupan caira
ntrol pengeluaran fes n yang adekuat sesuai
es kebutuhan
 Tidak mampu menun  Anjurkan olah raga ses
da defekasi uai toleransi

Objektif 4) Kolaborasi

 Feses keluar sedikit-s  Kolaborasi penggunaa


edikit dan sering n supositoria

Gejala dan tanda minor

Subjektif:-

Objektif :

 Bau feses
 Kulit perinal kemerah
an

Kondisi klinis terkait

a) Spina bifida
b) Atresia ani
c) Penyakit hirschsprun
g

Diagnosa III: Konstipasi Diagnosa III: Konstipasi Diagnosa III: Konstipasi

1) Definisi: Penurunan defeka Luaran Keperawatan : E Intervensi : Manajemen Elimin


si nommal yang disertai peng liminasi Fekal (L13113) asi Fekal
eluaran feses sulit dan tidak t
untas serta feses kering dan b Tujuan: ketersediaan so 1) Observasi
anyak kongan dari orang lain u
ntuk memenuhi kebutuh  Identifikasi masalah us
2) Penyebab an individu yang, menjal us dan penggunaan oba
ani perawatan t pencahar
Fisiologis:  Identifikasi pengobatan
Ekspektasi : Meningkat yang berefek pada kon
 Penurunan motilitas disi gastrointestinal
gastrointestinal Kriteria Hasil  Monitor buang air besa
 Ketidakadekuatan per Kemampuan meminta b r (warna, frekuensi, ko
tumbuhan gigi antuan pada orang lain, nsistensi, volume)
 Ketidakcukupan diet Bantuan yang ditawarka  Monitor tanda dan geja
 Ketidakcukupan asup n oleh orang lain, Duku la diare, konstipasi, ata
an serat ngan emosi yang disedia u impaksi
 Ketidakukupan asupa kan oleh orang lain. Jari
n cairan ngan sosial yang memba 2) Terapeutik
 Aganglionik (penyaki ntu: Meningkat
t hiresprung)  Berikan air hangat setel
 Kelemahan otot abdo ah makan
men  Jadwalkan waktu defek
asi bersama pasien
Psikologis:  Sediakan makanaan tin
ggi serat
 Konfusi
 Depresi 3) Edukasi
 Gangguan emosional
 Jelaskan jenis makanan
an yang membantu me
Situasional: ningkatkan keteraturan
peristaltik usus
 Perubahan kebiasaan  Anjurkan mencatat war
makan (jenis makana na, frekuensi, konsisten
n, jadwal makan) si, volume feses
 Ketidakadekuatan toi  Anjurkan meningkatka
leting n aktifitas fisik, sesuai
 Aktivitas fisik harian toleransi
kurang dari yang dian  Anjurkan pengurangan
jurkan asupan makanan yang
 Penyalahgunaan laks meningatkan pembentu
ati kan gas
 Efek agen farmakolo  Anjurkan mengkonsum
gis si makanan yang meng
Konfusi andung tinggi serat
 Ketidakteraturan kebi  Anjurkan meningkatka
asaan defekasi n asupan cairan, jika ti
 Kebiasaan menahan d dak ada kontraindikasi
orongan defekasi
 Perubahan lingkunga 4) Kolaborasi
n
 Kolaborasi pemberian
obat supositoria anal
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:

 Defekasi kurang dari


2 kali seminggu
 Pengeluaran feses la
ma dan sulit

Objektif:

 Feses keras
 Peristaltik usus menu
run

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

 Mengejan saat defeka


si

Objektif:

 Distensi abdomen
 Kelemahan umum
 Temba massa pada re
ktal

Kondisi klinis terkait

a) Lesi atau cedera pada


medula spinalis
b) Spina bifida
c) Stroke
d) Sklerosis multiple
e) Penyakit Parkinson
f) Demensia
g) Hiperparatiroidesme
h) Hipoparatiroidisme
i) Ketidakseimbangan e
lektrolit
j) Hemoroid
k) Obesitas
l) Pasca operasi obstruk
si bowel
m) Kehamilan
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., et. all. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik, Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Indikator Diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai