Anda di halaman 1dari 9

RESUME DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ELIMINASI FEKAL


Dosen Pengampu: Ratna Agustiningrum S.Kep.,Ns.,M.Kep

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah PKDM

Disusun oleh:
Olivia Rananda R (202301067)

PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2023

1
RESUME MATERI ELIMINASI FEKAL

A. Pengertian Eliminasi Fekal


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), menyatakan bahwa eliminasi merupakan
proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal berupa urin
maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal. Eliminasi fekal (defekasi) adalah
pengeluaran feses dari anus dan rectum.

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencer. naan melalui anus, sering disebut dengan
buang air besar (BAB).

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), Sistem tubuh yang memiliki peran dalam
eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi :

1. Usus Halus Usus


halus sering disebut dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika
dibandingkan dengan usus besar. Usus 10 halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum, jejunum, serta ileum. Fungsi usus halus adalah menerima sekresi hati
dan pankreas, mengabsorbsi saripati makanan, dan menyalurkan sisa hasil
metabolisme ke usus besar.
2. Usus Besar atau Kolon
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Usus
besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden, kolontransversum, dan kolon
desenden. Fungsi kolon adalah (Tarwoto & Wartonah, 2010) :
a) Menyerap air selama proses pencernaan.
b) Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c) Membentuk massa feses
d) Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.

2
3. Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.Sebelum dibuang
lewat anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila feses
sudah siap dibuang, maka otot sfingterrektum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot sfingter yang menyusun rektum ada 2 yaitu otot polos dan otot lurik.

B. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal


1. Usia: Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang sedangkan pada usia
manula kontrol defekasi menurun.
2. Diet: Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mem-percepat proses defekasi.
3. Intake cairan: Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorpsi cairan meningkat.
4. Aktivitas: Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan fees bergerak sepanjang
kolon.
5. Psikologis: Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan dare.
6. Pengobatan: Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan dare dan konstipasi.
7. Gaya Hidup: Kebiasaan untuk melatih buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik: Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya
dipuasakan atau dilakukan klisma (pemberian enema) dahulu agar tidak dapat buang
air besar kecuali setelah makan.
9. Penyakit: Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulan diare dan konstipasi.
10. Anestesi dan pembedahan: Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis,
sehingga kadang-kadang dapat menyebab. kan ileus usus. Kondisi ini dapat
berlangsung 24-48 jam.
11. Nyeri: Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid fraktur os
pubis, episiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
12. Kerusakan sensorik dan motorik: Kerusakan spinalcord dan injury kepala akan
menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

3
13. Posisi selama defekasi: Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat
melakukan defekasi. Toilet modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini,
sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan
tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot-otot pahanya.

C. Gangguan Dalam Eiminasi Fekal


1. Diare
Peningkatan jumlah feses dan peningkatan fees cair yang tidak terbentuk. Diare
adalah gejala gangguan yang mempe-ngaruhi proses pencernaan, absorbsi dan
sekresi di dalam Gastrointestinal. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan
kolon sehingga absorbsi cairan yang biasa tidak dapat bernyakit kolon dan iritasi
intestinal langsung. Diare dapat disebabkan stress.
2. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui
usus besar. BAB yang keras dapat menye-babkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Keadaan
ini disebabkan pola defekasi tidak teratur, stres psikologis, obat-obatan, kurang
aktivitas dan usia.
3. Impaksi fekal
Massa feses yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi feses yang berkepanjangan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada
kolon sigmoid. Biasanya disebabkan ole konstipasi, intake cairan yang kurang,
kurang aktivitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus otot.
4. Inkontinensia alvi
Ketidakmampuan mengontrol keluarnya fees dan gas dari anus akibat kerusakan
fungsi spingter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-
penyakit neuromuscular, trauma spinal cord atau tumor spingter anus eksterna.
5. Kembung/Akumulasi Gas/Flatulen
Yaitu menumpukya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
Dapat disebabkan karena konstipasi, pengunaan obat-obatan, mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas, efek anastesi.

4
6. Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah
tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi,
kehamilan dan obesitas.
7. Diversi Usus
Penvakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses
secara normal dari rectum. Sehingga menimbulkan suatu kebutuhan untuk
membentuk suatu lubang (stoma) buatan yang permanen atau sementara. Lubang
yangdibuat melalui pembedahan (ostomi) paling sering di ileum (ileostomi) atau di
kolon (kolostomi).

5
ASUHAN KEPERAWATAN ELIMINASI FEKAL

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian Keperawatan:
a. Identitas pasien
b. Riwayat Kesehatan
- Pola defekasi
- Gejala dari perubahan
- Faktor yang memperngaruhi: kebiasaan, Life style dan tingkat aktivitas, stress
psikologis
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk pola eliminasi berfokus pada masala fungsional yang
terkait dengan inkontinensia urin atau fekal dan menilai area perineum dan peri-
anal. Evaluasi fungsional dimulai dengan wawancara dan berlanjut hingga
pemeriksaan fisik. Status mental dapat dievaluasi dengan mendengarkan respons
klien terhadap pertanyaan dan dengan mengamati interaksi dengan orang lain.
d. Pemeriksaan Diagnostik

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI
1. (D.0041) Inkontinensia fekal
2. (D.0049) Konstipasi
3. (D.0052) Resiko Konstipasi
4. (D.0020) Diare
5. Nyeri (D.0077)
6. Gangguan integritas kulit/ jaringan (D.0129)
7. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)

6
8. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada diagnose keperawatan Inkontinensia fekal(D.0041):
Diagnose Tujuan dan kriteria
intervensi
Keperawatan hasil
Inkontinensia fekal Setelah dilakukan Latihan eliminasi fekal
(D.0041) tindakan keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam • Monitor peristaltic usus
Pengertian: diharapkan eliminasi
Perubahan fekal membaik. Terapeutik
kebiasaan buang Dengan kriteria hasil Anjurkan waktu yang konsisten
air besar dari - Pengontrolan untuk buang air besar
pola pengeluaran fases •Berikan privasi, kenyamanan dan
normal yang meningkat posisi yang meningk atkan proses
ditandai dengan - Frekuensi buang defekasi
pengeluaran feses air besar menurun • Gunakan enema rendah, jika pedu
secara involunter - Defekasi menurun Anjurkan dilatasi rektal digital, jika
(tidak disadari) perlu
Ubah program laitihan eliminasi
fekal jika perlu

Edukasi:
Anjurkan mengkonsumsi makanan
tertentu, sesuai program atau hasil
konsultasi
Anjurkan asupan cairan yang a
dekuat sesuai kebutuhan
Anjurkan olah raga sesuai toleransi

7
Kolaborasi:
Kolabora.si penggunaan. supositoria.
jika peru

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi pada diagnose keperawatan Inkontinensia fekal(D.0041):
Latihan eliminasi fekal
1. Obesrvasi
- meonitor peristaltic usus
2. Terapeutik
- meganjurkan waktu yang konsisten untuk buang air besar
- memerikan privasi, kenyamanan dan posisi yang meningk atkan proses defekasi
- menganjurkan dilatasi rektal digital, jika perlu
- mengubah program laitihan eliminasi fekal jika perlu
3. Edukasi:
- menganjurkan mengkonsumsi makanan tertentu, sesuai program atau hasil
konsultasi
- menganjurkan asupan cairan yang a dekuat sesuai kebutuhan
- menganjurkan olah raga sesuai toleransi

4. Kolaborasi:
- mengkolaborasi penggunaan supositoria. jika peru

8
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, Reni. (2017). “Kebutuhan Dasar Manusia”. CV Trans Info Media. Jakarta.

Risnah, dkk. (2021). “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia”. CV Trans
Info Media. Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar: Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018 Standar: Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta.:
PPNI

Tim Polia SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperavatan Indonesia, Edisi l. Jakarta.: PPI

Anda mungkin juga menyukai