Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN UJIAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI PADA


PASIEN DENGAN KONSTIPASI DI RUANG DAHLIA 2 RSUD
NGUDI WALUYO WLINGI KABUPATEN BLITAR

Oleh :
YESSI ELITA OKINAWATI
NIM. 40219023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019
LAPORAN UJIAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI PADA
PASIEN DENGAN KONSTIPASI DI RUANG DAHLIA 2 RSUD
NGUDI WALUYO WLINGI KABUPATEN BLITAR

A. DEFINISI GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh
baik yang berupa urine maupun fecal. (Tarwoto & Wartonah, 2006). Eliminasi
dalah produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh.perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem
gastrointestinal dan sistem tubuh lainya (Potter dan Perry, 2006).

B. TUJUAN PEMBERIAN
Untuk mengeluarkan zat sisa pencernaan tubuh agar tidak mengganggu proses
metabolisme.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan
di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang
sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus (Tarwoto & Wartonah,
2006).
b. Saluran gastrointestinal bagian bawah
Saluran gastrointestinal bagian bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri atas duadenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum
yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan
diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berupa
chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien, dan
elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan
enzim.Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dana akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum normalnya
diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbag menjadi tiga bagian, yaitu :
Haustral Shuffing adalah gerakan untuk mencampur chyme untuk membantu
absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan gerakan untuk mendorong
materi cair dan semi padat sepanjang kolon, Gerakan Peristaltik adalah berupa
gelombang, gerakan maju ke anus (Tarwoto & Wartonah, 2006).
D. KLASIFIKASI
Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi urine dan eliminasi fekal.
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urine dan bowel (Tarwoto, Wartonah, 2006).

E. MANIFESTASI KLINIS TERJADINYA GANGGUAN


Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum
ditemukan:
a. Perut terasa begah, penuh dan kaku
b. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk
c. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi, mengakibatkan
stress, rentan sakit kepala bahkan demam
d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri, tidak
bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas, dan
produktivitas kerja
e. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada
biasanya
f. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan
tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atupun menekannekan
perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang feses ( bahkan
sampai mengalami ambeien/wasir)
g. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu
disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau
karena mengalami wasir sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman
h. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya
i. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut),
ada bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan
gerakannya lebih lambat daripada biasanya
j. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), factor-faktor yang mempengaruhi defekasi
diantaranya adalah :
1. Usia
Pada usia anak kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
5. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga
menyebabkan diare
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
7. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas
buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Prosedur diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang ari besar kecuali setelah
makan.
9. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi
lainnya. Selain itu efek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera
serebrospinalis, CVA, pola defekasi yang tidak teratur, nyeri saat defekasi
karena hemoroid, menurunnya peristaltic karena stress psikologis, penggunaan
obat, seperti penggunaan antasida, laksatif, atau anastesi, proses penuaan
(Hidayat, 2006).
10. Anestesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat mempengaruhi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama
24-48 jam.
11. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur os
pubis, episiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
12. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan head injury akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.

G. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI


a. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas,
usia.
b. Fecal imfaction
Masa feses yang keras di lipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
c. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatkan frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stres fisik,
obat-obatan, alergi, penyakit kolon dan iritasi intestinal.
d. Inkontinensia fekal
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang
melalui spinter anusakibat kerusakan fungsi spinter atau persyarafan di daerah
anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord, tumor spinter anus eksterna.
e. Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
f. Hemorroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah
tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan dan obesitas (Tarwoto & Wartonah, 2006).

H. PATOFISIOLOGI
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis
yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan
perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuanfisis

untuk men apai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari
konstipasi adalah karena banyaknyamekanisme yang terlibat pada proses BAB
normal (Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensirektal
melalui empat tahap kerja, antara lain rangsangan refleks penyekat rektoanal,
relaksasi otot sfingter internal,relaksasi otot sfingter eksternal dan otot dalam
region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari salah satu
mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan
peristaltik usus besar yangmenghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikutirelaksasi dari sfingter anus
interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks
kontraksidari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang
depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB
dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektummengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot
elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses
BAB.

J. Penatalaksanaan
1. Memberikan huknah rendah dan huknah tinggi
2. Memberikan gliserin
3. Melakukan ROM pasif

I. WOC
Terlampir

J. PENATALAKSANAAN
a) ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Pengkajian pada keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi fekal
difokuskan pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostik.
a. Riwayat Keperawatan
1. Pola defekasi
a) Frekuensi (berapa kali per hari/minggu?)
b) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c) Apa penyebabnya?
2. Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laksatif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
a) Warna
b) Tekstur
c) Bau
4. Diet
a) Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
6. Aktivitas
a) Kegiatan sehari-hari (misal olahraga)
b) Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (misal penggunaan
laksatif, enema, atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum
defekasi)
7. Penggunaan medikasi
Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defekasinya?
8. Stres
a) Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stres?
c) Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9. Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat
mengganggu pola defekasinya?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi
sistem gastrointestinalnya?
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen,
rektum, anus, dan feses
1. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian
abdomen saja yang tampak.
a. Inspeksi
Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas, adanya
distensi atau gerak peristaltik.
b. Auskultasi
Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas, frekuensi,
dan kualitasnya.
c. Perkusi
Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya
distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian
kanan atas dan seterusnya.
d. Palpasi
Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi abdomen serta
adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
2. Rektum dan Anus
Pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
a. Inspeksi
Amati daerah perienal untuk melihat adanya tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
b. Palpasi
Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri
tekan. Tentukan lokasi dan ukurannya.
c. Feses
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna,
dan jumlahnya. Amati pula unsur abnormal yang terdapat pada
feses.

b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi.
2. Nyeri akut.
3. Defisit nutrisi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Ansietas.

c) INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi
Penyebab : tindakan asuhan Fekal
Fisiologis keperawatan ...x... jam Observasi
diharapkan eliminasi 1. ldentifikasi masalah
 Penurunan fekal membaik. usus dan penggunaan
motilitas Kriteria Hasil : obat pencahar
gastrointestinal 1. Kontrol pengeluaran 2. ldentifikasi
 Ketidakadekuatan feses meningkat. pengobatan yang
pertumbuhan gigi 2. Keluhan pengeluaran berefek pada kondisi
 Ketidakcukupan feses menurun. gastrointestinal
diet 3. Keluhan defekasi 3. Monitor buang air
 Ketidakcukupan lama dan sulit besar (mis. warna,
asupan serat menurun. frekuensi, konsistensi,
 Ketidakcukupan 4. Mengejan saat volume)
asupan cairan defekasi menurun. 4. Monitor tanda dan
 Aganglionik (mis. 5. Distensi abdomen gejala diare,
penyakit menurun. konstipasi, atau
Hircsprung) 6. Teraba massa pada impaksi
rektal menurun. Terapeutik
 Kelemahan otot
7. Urgency menurun 1. Berikan air hangat
abdomen
8. Nyeri abdomen setelah makan
menurun 2. Jadwalkan waktu
Psikologis
9. Kram abdomen defekasi bersama
 Konfusi
menurun. 3. Sediakan makanan
 Depresi 10. Konsistensi feses tinggi serat
 Gangguan membaik.
emosional 11. Frekuensi defekasi Edukasi
membaik. 1. Jelaskan jenis
Situasional 12. Peristaltik usus makanan yang
 Perubahan membaik. membantu
kebiasaan makan meningkatkan
 Ketidakadekuatan keteraturan peristaltik
toileting usus
 Aktivitas fisik 2. Anjurkan mencatat
harian kurang dari warna, frekuensi,
yang dianjurkan konsistensi, volume
 Penyalahgunaan feses
laksatif 3. Anjurkan
 Efek agen meningkatkan
farmakologis aktifitas fisik, sesuai
 Ketidakteraturan toleransi
kebiasaan defekasi 4. Anjurkan
 Kebiasaan pengurangan asupan
menahan makanan yang
dorongan defekasi meningkatkan
 Perubahan di pembentukan gas
lingkungan 5. Anjurkan
mengkonsumsi
Ditandai dengan : makanan yang
Gejala dan Tanda mengandung tinggi-
Mayor serat
Subjektif : 6. Anjurkan
1. Defekasi kurang meningkatkan asupan
dari 2 kali cairan, jika tidak ada
seminggu kontraindikasi
2. Pengeluaran
feses lama dan Kolaborasi
sulit 1. Kolaborasi pemberian
Objektif : obat supositoria anal,
1. Feses keras jika perlu.
2. Peristaltik usus
menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
1. Mengejan saat
defekasi
Objektif :
1. Distensiabdomen
2. Kelemahan
umum
3. Teraba massa
pada rektal
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Penyebab : tindakan asuhan Observasi :
 Agen pencedera keperawatan ...x... jam 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis (misal : diharapkan tingkat nyeri karaktersitik, durasi,
inflamasi, menurun. frekuensi, kualitas,
iskemia, Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
neoplasma) 1. Kemampuan 2. Identifikasi skala
 Agen pencedera menuntaskan nyeri.
kimiawi (misal : aktivitas meningkat. 3. Identifikasi respon
terbakar, bahan 2. Keluhan nyeri nyeri dan verbal
kimia iritan) menurun. 4. Identifikasi faktor
 Agen pencedera 3. Kesulitan tidur yang memperberat dan
fisik (misal : menurun. memperingan nyeri.
abses, amputasi, 4. Frekuensi nadi Terapeutik :
terbakar, membaik. 1. Berikan teknik non
terpotong, 5. Pola nafas membaik. farmakologis untuk
mengangkat berat, 6. Tekanan darah mengurangi nyeri
prosedur operasi, membaik. (relaksasi, distraksi,
trauma, latihan 7. Pola tidur membaik. terapi pijat,
fisik berlebihan) 8. Nafsu makan aromaterapi.
Ditandai dengan : membaik. 2. Kontrol lingkungan
Gejala dan Tanda yang memperberat
Mayor rasa nyeri (suhu
Subjektif : ruangan, pencahayaan,
1. Mengeluh nyeri kebisingan)
P: 3. Fasilitasi istirahat
Q: tidur.
R: Edukasi :
S: 1. Jelaskan penyebab,
T: periode dan pemicu
Objektif : nyeri.
1. Tampak 2. Jelaskan strategi
meringis meredakan nyeri.
2. Gelisah 3. Ajarkan teknik
3. Frekuensi nadi nonfarmakologis.
meningkat Kolaborasi :
4. Sulit tidur 1. Kolaborasi pemberian
Gejala dan Tanda analgetik.
Minor
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas
berubah
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis

.
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Penyebab : tindakan keperawatan Observasi
 Ketidakmampuan selama….x…jam, status 1. Identifikasi status
menelan makanan nutrisi membaik nutrisi.
 Ketidakmampuan Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
mencerna 1. Porsi makanan yang
intoleransi makanan.
makanan dihabiskan meningkat.
3. Identifikasi mkanan
 Ketidakmampuan 2. Berat badan membaik.
ang disukai.
mengabsorbsi 3. Indeks masa tubuh
nutrien 4. Monitor asupan
(IMT) membaik.
 Peningkatan makanan,
kebutuhan 5. Monitor berat badan.
metabolisme 6. Identifikasi perluna
 Faktor ekonomi penggunaan selang
(mis. finansial nasogastrik.
tidak mencukupi)
7. Identifikasi kebutuhan
 Faktor psikologis
(mis. stres, kalori dan jenis nutrien
keengganan untuk Terapeutik
makan)
Ditandai dengan : 1. Berikan makanan
Gejala dan Tanda tinggi serat untuk
Mayor mencegah konstipasi.
Objektif : 2. Berikan mkanan tinggi
1. Berat badan
kalori dan tinggi
menurun
2. minimal 10% di protein.
bawah 3. Berikan suplemen, jika
3. rentang ideal. perlu
Gejala dan Tanda 4. Hentikan pemberian
Minor makan melalui
Subjektif : nasogatrik jik asupan
1. Cepat kenyang
oral dapat ditoleransi.
setelah makan
2. Kram/nyeri 5. Fasilitasi menentukan
abdomen pedoman diet.
3. Nafsu makan
Edukasi
menurun
Objektif : 1. Anjurkan posisi duduk,
1. Bising usus jika mampu
hiperaktif 2. Ajarkan diet yang
2. Otot pengunyah diprogramkan.
lemah
3. Otot menelan Kolaborasi
makanan lemah 1. Kolaborasi
4. Membran mukosa pemberian medikasi
pucat sebelum makan
5. Sariawan 2. Kolaborasi dengan
6. Serum albumin ahli gizi untuk
turun
7. Rambut rontok menentukan jumlah
berlebihan kalori dan jenis
8. Diare nutrien yang
dibutuhkan.

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Observasi :


Penyebab : tindakan asuhan 1. Identifikasi kesiapan
 Keterbatasan keperawatan ...x... jam dan kemampuan
kognitif tingkat pengetahuan menerima informasi.
 Gangguan fungsi meningkat 2. Identifikasi faktor-
kognitif Kriteria Hasil : faktor yang dapat
 Kekeliruan 1. Perilaku sesuai meningkatkan dan
mengikuti anjuran anjuran meningkat menurunkan motivasi
 Kurang terpapar 2. Perilaku sesuai perilaku hidup bersih
informasi dengan pengetahuan dan sehat.
 Kurang minat meningkat. Terapeutik :
dalam belajar 3. Persepsi yang keliru 1. Sediakan materi dan
 Kurang mampu terhadap masalah media penkes.
mengingat menurun. 2. Jadwalkan penkes
4. Perilaku membaik. sesuai kesepakatan.
 Ketidaktahuan
3. Berikan kesempatan
menemukan
untuk bertanya
sumber informasi
Edukasi
Ditandai dengan :
1. Jelaskan faktor resiko
Gejala dan Tanda
yang dapat
Mayor
mempengaruhi
Subjektif :
kesehatan.
1. Menanyakan
2. Ajarkan perilaku
masalah yang di
hidup bersih dan
hadapi
sehat.
Objektif :
3. Ajarkan strategi yang
1. Menunjukan
dapat digunakan
perilaku tidak
untuk meningkatkan
sesuai anjuran
perilaku hidup bersih
2. Menunjukan
dan sehat.
persepsi yang
keliru terhadap
masalah
Gejala dan Tanda
Minor
Objektif :
1. Menjalani
pemeriksaan
yang tidak tepat
2. Menunjukan
perilaku
berlebihan
(misal:apatis,
bermusuhan,
agitasi, histeria)

5. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


Penyebab : tindakan asuhan Observasi :
 Krisis situasional keperawatan ...x... jam 1. Identifikasi saat tingkat
 Kebutuhan tidak tingkat ansietas ansietas berubah
terpenuhi menurun. 2. Identifikasi
 Krisis Kriteria hasil : kemampuan
maturasional 1. Verbalisasi mengambil keputusan
 Ancaman terhadap kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda
konsep diri 2. Perilaku gelisah ansietas
 Ancaman terhadap menurun Terapeutik :
kematian 3. Perilaku tegang 1. Ciptakan suasana
 Kekhawatiran menurun terapeutik untuk
mengalami 4. Konsetrasi membaik menumbuhkan
kegagalan 5. Pola tidur membaik kepercayaan
 Disfungsi sistem 2. Dengarkan dengan
keluarga penuh perhatian
 Hubungan orang 3. Gunakan pendekatan
tua-anak tidak yang tenang dan
memuaskan meyakinkan
4. Diskusikan
 Faktor keturunan
perencanaan realistis
(temperamen
tentang peristiwa
mudah teragitasi
yang akan datang
sejak lahir)
Edukasi :
 Kurang terpapar
1. Jelaskan prosedur,
informasi
termasuk sensasi yang
Ditandai dengan :
mungkin dialami
Gejala dan Tanda
2. Informasikan secara
Mayor
faktual mengenai
Subjektif :
diagnosis, pengobatan,
1. Merasa bingung
dan prognosis
2. Merasa khawatir
3. Latih teknik relaksasi
dengan akibat
Kolaborasi :
dari kondisi yang
1. Kolaborasi pemberian
di hadapi
obat antiansietas, jika
3. Sulit
perlu
berkonsentrasi
Objektif :
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
1. Mengeluh
pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak
berdaya
Objektif :
1. Frekuensi napas
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Tekanan darah
meningkat
4. Tremor
5. Muka tampak
pucat
6. Suara bergetar
7. Berorientasi
pada masa lalu
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,.


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi.


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Koniyo, Mira. 2011. Efektifitas ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien
stroke di ruang neuro badan layanan umum daerah (BLUD) RSU DR. M.M
DUNDA Kabupaten Gorontalo. Diakses dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/24/21 pada 26 Agustus 2019

Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Smith, W.S., Hauser, S.L., Easton, J.D., 2001. Cerebrovascular Dissease. New York:
McGraw-Hill pp 1269-77.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai