Oleh :
YESSI ELITA OKINAWATI
NIM. 40219023
B. TUJUAN PEMBERIAN
Untuk mengeluarkan zat sisa pencernaan tubuh agar tidak mengganggu proses
metabolisme.
H. PATOFISIOLOGI
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis
yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan
perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuanfisis
untuk men apai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari
konstipasi adalah karena banyaknyamekanisme yang terlibat pada proses BAB
normal (Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensirektal
melalui empat tahap kerja, antara lain rangsangan refleks penyekat rektoanal,
relaksasi otot sfingter internal,relaksasi otot sfingter eksternal dan otot dalam
region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari salah satu
mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan
peristaltik usus besar yangmenghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikutirelaksasi dari sfingter anus
interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks
kontraksidari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang
depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB
dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektummengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot
elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses
BAB.
J. Penatalaksanaan
1. Memberikan huknah rendah dan huknah tinggi
2. Memberikan gliserin
3. Melakukan ROM pasif
I. WOC
Terlampir
J. PENATALAKSANAAN
a) ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Pengkajian pada keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi fekal
difokuskan pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostik.
a. Riwayat Keperawatan
1. Pola defekasi
a) Frekuensi (berapa kali per hari/minggu?)
b) Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c) Apa penyebabnya?
2. Perilaku defekasi
a) Apakah klien menggunakan laksatif?
b) Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
a) Warna
b) Tekstur
c) Bau
4. Diet
a) Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b) Makanan apa yang biasa klien makan?
c) Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d) Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
6. Aktivitas
a) Kegiatan sehari-hari (misal olahraga)
b) Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (misal penggunaan
laksatif, enema, atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum
defekasi)
7. Penggunaan medikasi
Apakah klien bergantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defekasinya?
8. Stres
a) Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b) Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stres?
c) Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
9. Pembedahan atau penyakit menetap
a) Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat
mengganggu pola defekasinya?
b) Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi
sistem gastrointestinalnya?
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen,
rektum, anus, dan feses
1. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian
abdomen saja yang tampak.
a. Inspeksi
Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas, adanya
distensi atau gerak peristaltik.
b. Auskultasi
Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas, frekuensi,
dan kualitasnya.
c. Perkusi
Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya
distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada bagian
kanan atas dan seterusnya.
d. Palpasi
Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi abdomen serta
adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
2. Rektum dan Anus
Pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
a. Inspeksi
Amati daerah perienal untuk melihat adanya tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
b. Palpasi
Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa, nyeri
tekan. Tentukan lokasi dan ukurannya.
c. Feses
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna,
dan jumlahnya. Amati pula unsur abnormal yang terdapat pada
feses.
b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi.
2. Nyeri akut.
3. Defisit nutrisi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Ansietas.
c) INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi
Penyebab : tindakan asuhan Fekal
Fisiologis keperawatan ...x... jam Observasi
diharapkan eliminasi 1. ldentifikasi masalah
Penurunan fekal membaik. usus dan penggunaan
motilitas Kriteria Hasil : obat pencahar
gastrointestinal 1. Kontrol pengeluaran 2. ldentifikasi
Ketidakadekuatan feses meningkat. pengobatan yang
pertumbuhan gigi 2. Keluhan pengeluaran berefek pada kondisi
Ketidakcukupan feses menurun. gastrointestinal
diet 3. Keluhan defekasi 3. Monitor buang air
Ketidakcukupan lama dan sulit besar (mis. warna,
asupan serat menurun. frekuensi, konsistensi,
Ketidakcukupan 4. Mengejan saat volume)
asupan cairan defekasi menurun. 4. Monitor tanda dan
Aganglionik (mis. 5. Distensi abdomen gejala diare,
penyakit menurun. konstipasi, atau
Hircsprung) 6. Teraba massa pada impaksi
rektal menurun. Terapeutik
Kelemahan otot
7. Urgency menurun 1. Berikan air hangat
abdomen
8. Nyeri abdomen setelah makan
menurun 2. Jadwalkan waktu
Psikologis
9. Kram abdomen defekasi bersama
Konfusi
menurun. 3. Sediakan makanan
Depresi 10. Konsistensi feses tinggi serat
Gangguan membaik.
emosional 11. Frekuensi defekasi Edukasi
membaik. 1. Jelaskan jenis
Situasional 12. Peristaltik usus makanan yang
Perubahan membaik. membantu
kebiasaan makan meningkatkan
Ketidakadekuatan keteraturan peristaltik
toileting usus
Aktivitas fisik 2. Anjurkan mencatat
harian kurang dari warna, frekuensi,
yang dianjurkan konsistensi, volume
Penyalahgunaan feses
laksatif 3. Anjurkan
Efek agen meningkatkan
farmakologis aktifitas fisik, sesuai
Ketidakteraturan toleransi
kebiasaan defekasi 4. Anjurkan
Kebiasaan pengurangan asupan
menahan makanan yang
dorongan defekasi meningkatkan
Perubahan di pembentukan gas
lingkungan 5. Anjurkan
mengkonsumsi
Ditandai dengan : makanan yang
Gejala dan Tanda mengandung tinggi-
Mayor serat
Subjektif : 6. Anjurkan
1. Defekasi kurang meningkatkan asupan
dari 2 kali cairan, jika tidak ada
seminggu kontraindikasi
2. Pengeluaran
feses lama dan Kolaborasi
sulit 1. Kolaborasi pemberian
Objektif : obat supositoria anal,
1. Feses keras jika perlu.
2. Peristaltik usus
menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
1. Mengejan saat
defekasi
Objektif :
1. Distensiabdomen
2. Kelemahan
umum
3. Teraba massa
pada rektal
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Penyebab : tindakan asuhan Observasi :
Agen pencedera keperawatan ...x... jam 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis (misal : diharapkan tingkat nyeri karaktersitik, durasi,
inflamasi, menurun. frekuensi, kualitas,
iskemia, Kriteria Hasil : intensitas nyeri.
neoplasma) 1. Kemampuan 2. Identifikasi skala
Agen pencedera menuntaskan nyeri.
kimiawi (misal : aktivitas meningkat. 3. Identifikasi respon
terbakar, bahan 2. Keluhan nyeri nyeri dan verbal
kimia iritan) menurun. 4. Identifikasi faktor
Agen pencedera 3. Kesulitan tidur yang memperberat dan
fisik (misal : menurun. memperingan nyeri.
abses, amputasi, 4. Frekuensi nadi Terapeutik :
terbakar, membaik. 1. Berikan teknik non
terpotong, 5. Pola nafas membaik. farmakologis untuk
mengangkat berat, 6. Tekanan darah mengurangi nyeri
prosedur operasi, membaik. (relaksasi, distraksi,
trauma, latihan 7. Pola tidur membaik. terapi pijat,
fisik berlebihan) 8. Nafsu makan aromaterapi.
Ditandai dengan : membaik. 2. Kontrol lingkungan
Gejala dan Tanda yang memperberat
Mayor rasa nyeri (suhu
Subjektif : ruangan, pencahayaan,
1. Mengeluh nyeri kebisingan)
P: 3. Fasilitasi istirahat
Q: tidur.
R: Edukasi :
S: 1. Jelaskan penyebab,
T: periode dan pemicu
Objektif : nyeri.
1. Tampak 2. Jelaskan strategi
meringis meredakan nyeri.
2. Gelisah 3. Ajarkan teknik
3. Frekuensi nadi nonfarmakologis.
meningkat Kolaborasi :
4. Sulit tidur 1. Kolaborasi pemberian
Gejala dan Tanda analgetik.
Minor
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola napas
berubah
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis
.
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Penyebab : tindakan keperawatan Observasi
Ketidakmampuan selama….x…jam, status 1. Identifikasi status
menelan makanan nutrisi membaik nutrisi.
Ketidakmampuan Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
mencerna 1. Porsi makanan yang
intoleransi makanan.
makanan dihabiskan meningkat.
3. Identifikasi mkanan
Ketidakmampuan 2. Berat badan membaik.
ang disukai.
mengabsorbsi 3. Indeks masa tubuh
nutrien 4. Monitor asupan
(IMT) membaik.
Peningkatan makanan,
kebutuhan 5. Monitor berat badan.
metabolisme 6. Identifikasi perluna
Faktor ekonomi penggunaan selang
(mis. finansial nasogastrik.
tidak mencukupi)
7. Identifikasi kebutuhan
Faktor psikologis
(mis. stres, kalori dan jenis nutrien
keengganan untuk Terapeutik
makan)
Ditandai dengan : 1. Berikan makanan
Gejala dan Tanda tinggi serat untuk
Mayor mencegah konstipasi.
Objektif : 2. Berikan mkanan tinggi
1. Berat badan
kalori dan tinggi
menurun
2. minimal 10% di protein.
bawah 3. Berikan suplemen, jika
3. rentang ideal. perlu
Gejala dan Tanda 4. Hentikan pemberian
Minor makan melalui
Subjektif : nasogatrik jik asupan
1. Cepat kenyang
oral dapat ditoleransi.
setelah makan
2. Kram/nyeri 5. Fasilitasi menentukan
abdomen pedoman diet.
3. Nafsu makan
Edukasi
menurun
Objektif : 1. Anjurkan posisi duduk,
1. Bising usus jika mampu
hiperaktif 2. Ajarkan diet yang
2. Otot pengunyah diprogramkan.
lemah
3. Otot menelan Kolaborasi
makanan lemah 1. Kolaborasi
4. Membran mukosa pemberian medikasi
pucat sebelum makan
5. Sariawan 2. Kolaborasi dengan
6. Serum albumin ahli gizi untuk
turun
7. Rambut rontok menentukan jumlah
berlebihan kalori dan jenis
8. Diare nutrien yang
dibutuhkan.
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Koniyo, Mira. 2011. Efektifitas ROM pasif dalam mengatasi konstipasi pada pasien
stroke di ruang neuro badan layanan umum daerah (BLUD) RSU DR. M.M
DUNDA Kabupaten Gorontalo. Diakses dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/24/21 pada 26 Agustus 2019
Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Smith, W.S., Hauser, S.L., Easton, J.D., 2001. Cerebrovascular Dissease. New York:
McGraw-Hill pp 1269-77.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.