1. Pengertian
diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eliminasi urine
2. Anatomi Fisiologi
1) Eliminasi urine
Dimana sistem ini terdiri darri ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses
pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu: filtrasi, reabsorbsi, dan
sekresi.
Filtrasi
Reabsorbsi
2) Eliminasi fekal
Mulut
bergerak ke esofagus.
Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah
terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Lambung
usus halus
usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus menerima
usus besar kolon terdiri dari sekum yang berhubungan langsung dengan
oleh feses dan aktivitas bakteri, dan menghantarkan sisa makanan sampai
anus.
Anus berfungsi dalam proses eliminasi zat sisa. Proses eliminasi fekal
adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini terdapat pada
medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses
dalam rektum.
1) Faktor intrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar dari
pada perempuan.
2) Faktor ekstrinsik
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).
1) Eliminasi urin
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
normal
Gaya hidup
eliminasi urin
Stres psikologis
berkemih.
Tingkat aktivitas
otot. Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh
2) Eliminasi fekal
Diet : ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi
meningkat
Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
Obat-obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik
Kondisi patologis
1) Eliminasi urin
retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
a. Eliminasi fekal
GI.
anus
kram. 6)
5. Patofisiologi
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal,
medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi
nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang
nyata di medulla spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu
defekasi.
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan
dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai syok spinal.
Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis
dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkat lesi menjadi
paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada. Hal ini
usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapat diatasi dengan
fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi
penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan
dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal
penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan
dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan
otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf
sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan
ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis
dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih,
hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot
detrusor.
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna.
Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post
operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan retensi
urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema
narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi
membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat
disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan
parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot
detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot
spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur,
batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat
sebagai berikut :
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
supra pubis.
uretra.
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu dan
BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat
tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit.
8. Pengkajian
1) identitas klien
penanggung jawab.
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
perubahan BB, dan gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui
7) pola eliminasi kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang
yang disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu
9) pola istirahat tidur kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
14) pola koping – toleransi stres keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan
15) pola keyakinan-nilai agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap
kehidupan.
9. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran
2) Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
3) Genetalia laki-laki
pH (N:4,5-8,0)
11. Terapi
Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam
1. Retensi urine
2. Diare
3. Konstipasi
13. Implementasi
pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain
14. Evaluasi
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planning