Anda di halaman 1dari 19

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

URIN DAN FEKAL

Nama Kelompok :

1. INDAH SUNDARI 20200305007


2. REISNA MEI SWARES 20200305009
3. SIKNA LAKORO 20200305032

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2021
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
eliminasi urine dan eliminasi fekal.Eliminasi urine berkaitan dengan
sistem perkemigan, sedangkan eliminasi fekal eratkaitannya dengan
saluran pencernaan (Asmandi, 2018)
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan
dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra, Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
harus di penuhi oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi
menjadi 14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi
terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem perkemihan tidak dapat
berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan
terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi
eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine,
antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi.
Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien – pasien
rumah sakit yang terpasang kateter tetap (Hidayat, 2019)
Eliminasi fekal menyatakan bahwa eliminasi merupakan proses
pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal
berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal.
Eliminasi fekal (defekasi) adalah pengeluaran feses dari anus dan
rectum. Defekasi juga disebut bowel movement atau pergerakan usus.
eliminasi fekal adalah kondisi dimana seseorang mengalami perubahan
pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik tidak
terkontrolnya buang air besar.Perubahan eliminasi dapat terjadi karena
penyakit gastrointestinal atau penyakit di system tubuh yang lain. Usus
berespons terhadap perubahan bahkan perubahan kecil dalam kebiasaan
individu yangnbiasa atau perubahan olahraga (Rosdahl, 2018)
2. Anatomi Fisiologi
Eliminasi urine sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah
sistem perkemihan. Dimanasistem ini terdiri darri ginjal, ureter, kandung
kemihdanuretra.Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3  proses
yaitu : filtrasi, reabsorbsi, dansekresi.
1) Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen.
2) Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa,sodium, klorida, fosfat, dan ion karbonat.
3) Sekresi pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar. 
a. Eliminasi fekal
1) Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal
proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah
terjadinya lukaparut pada permukaan saluran pencernaan. Setel
ah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam
faring, dimana makanan bergerak ke esofagus.
2) Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian
atas adalahterdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah
otot yang licin.Permukaannya diliputi selaput mukosa yang
mengeluarkan secret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
3) Lambung
Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan
dengan adanya peristaltic, yaitu gerakan kontraksi dan relaksasi
secara bergantianoleh otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Rata-rata waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah
makan adalah 2 sampai 6 jam.
4) Usus halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
menerima makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah
padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrient,
potassium, bikarbonat, dan enzim.
5) Usus besar
kolon terdiri dari sekum yang berhubungan langsung dengan
usus halus,kolon ascendent, transversum, descendent, sigmoid,
dan rectum.Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan nutrien,
proteksi dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi
dinding usus trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri, dan menghantarkan sisa makanan sampai ke a
nus dengan cara berkontraksi.
6) Anus
Anus berfungsi dalam proses eliminasi zat sisa. Proses
eliminasi fekaladalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat
refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks
defekasi timbul karena adanya feses dalamrektum.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Eliminasi urin
1) Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya
pada akhir keinginan berkemih mejadi lebih kuat mengakibatkan
urine banyak tertahan dikandung kemih, sehingga kapasitas
kandung kemih lebih dari normal.
3) Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi
eliminasi urin.
4) Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi
keinginan berkemih.
5) Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan
tonus otot.Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih
yang baik untuk tonuss fingter internal dan eksternal.
6) Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun
karena adanya tekanan dari fetus.
7) Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginan untuk minum sedikit.
8) Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine, seperti adanya kultur pada masyarakat yang melarang untuk
buang air kecil itu ditempat tertentu atau sembarangan.
9) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang meiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam
keadaan sakit.
10) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dal pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan
pengeluaran urine.
11) Pembedahan
Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan , pemberian otot,
anestensi menurunkan filtrasi glomelurus yang dapat jumlah urine.
12) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. “ misalnya
pemberian diuretic dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
13) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih IVY (intra urine
pylogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Selain itu sistoskopi dapat
menimbulkan edema local pada uretra dapat mengganggu
peningkatan urine.
b. Eliminasi fekal
1) Usia dan perkembangan : pada bayi sistem pencernaannya belum
sempurna,sedangkan pada lansia proses mekaniknya berkurang
karena berkurangnya kemampuan fisiologis.
2) Diet : ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan
yangdikonsumsi.
3) Pemasukan cairan, normalnya 2000-3000 ml/hari. Asupan cairan
yang kurang menyebabkan feses menjadi keras.
4) Aktifitas fisik : merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik
ususmeningkat.
5) Faktor psikologik : perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi
peristaltikatau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare.
6) Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan
aktivitas yang cukup akan membantu defekasi.
7) Kehamilan: menekan rektum.
8) Operasi dan anestesi.
9) Obat-obatan : Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi.
Laksatif dan katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan
peristlatik.
10) Test diagnostik: barium enema dapat menyebabkan konstipasi.
11) Kondisi patologis : Beberapa penyakit pencernaan dapat
menyebabkan diare dan konstipasi.
4. Gangguan/ Masalah
a. Eliminasi urin
1. Retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih
akibat ketidak mampuan mengosongkan kandung kemih.
2. Dysuria : adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih.
3. Polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2500 ml/hari tanpa adanya intake cairan.
4. Inkontinensia urine : ketidak sanggupan sementara atau permanen
oto sfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari
kantong kemih.
5. Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak.
b. Eliminasi fekal
1. Konstipasi : penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering.
2. Impaksi : merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di
dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.
3. Diare : peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran
feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan
yang mempengaruhi proses  pencernaan, absorbsi, dan sekresi di
dalam saluran.
4. Inkontinensia: ketidak mampuan mengontrol keluarnya feses dan
gas dari anus.
5. Flatulen : penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri,
dan kram.
6. Hemoroid : vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan
rektum
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
identitas penanggung jawab.
b. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
olehklien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riway
at keluhan utamaseharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,dan Time)
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
d. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
Riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan
gangguan pemenuhankebutuhan eliminasi urin dan fekal. Ataupun
riwayat dirawat di rumah sakit atau pembedahan
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada
penyakitketurunan di keluarga pasien
f. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan
tembakau, alkohol,alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara
bebas atau resep dokter
g. Pola nutrisi/metabolisme
Mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan
gambaran diet pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya
konsumsi makanan yang mengganggueliminasi urin atau fekal
h. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang
dialami. Ada atautidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi,
dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.
i. Pola aktivitas/ olahraga
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabk
an oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang
mempengaruhi kebiasaaneliminasi pasien.
j. Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
k. Pola kognitif – Perseptif
Kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas,
ketidaknyamanan, pendengaran dan penglihatan.
l. Pola peran hubungan
Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah
keluarga berkenaandengan masalah di rumah sakit.
m. Pola seksualitas/ reproduksi
Kaji adanya masalah seksualitas pasien.
n. Pola koping - Toleransi stres
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan
penggunaan obatuntuk menghilangkan stres
o. Pola keyakinan-nilai
Agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
p. Pemeriksaan fisik 
1. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal,nyeri tekan, tenderness, bising usus.
2. Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi
jaringan vagina.
3. Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum.
4. Intake dan output cairan
- Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
- Kebiasaan minum di rumah.
- Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
- Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
- Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
q. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan urine (urinalisis)
 Warna (N : jernih kekuningan)
 Penampilan (N: jernih)
 Bau (N: beraroma)
 pH (N:4,5-8,0)
 Berat jenis (N: 1,005-1,030)
 Glukosa (N: negatif)
 Keton (N:negatif)
 Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
r. Terapi
Terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan
dalam pemenuhanatau gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
urin dan fekal.
No Diagnosa Noc Nic
1 Retensi Urin Eliminasi Urin Perawatan Inkontinensia Urin

Kode : 00023 Kode : 0503 Kode : 0610


Domain : 3 (Eliminasi dan Domain : 2 (Kesehatan Fisiologis Domain : 1 (Fisiologis Dasar)
Pertukaran) Kelas : F (Eliminasi) Kelas : B (Manajemen Eliminasi)
Kelas : 1 (Fungsi Urinarius)
Indikator : 1. Identifikasi faktor apa saja penyebab
Definisi : Pengosongan kandung 1. 050301 Pola eliminasi inkontinensia pada pasien
kemih tidak tuntas 2. 050302 Bau urin 2. Jelaskan penyebab inkontinensia dan
3. 050303 Jumlah urin rasionalisasi setiap tindakan yang
Batasan Karakteristik : 4. 050304 Warna urin dilakukan
1. Tidak ada haluaran urin 5. 050306 Kejernihan urin 3. Monitor eliminasi urin, meliputi
2. Berkemih sedikit 6. 050307 Intake cairan frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
3. Distensi kandung kemih 7. 050313 Mengosongkan kantong warna urin
4. Menetes kemih sepenuhnya 4. Diskusikan bersama pasien mengenai
5. Sering berkemih 8. 050314 Mengenali keinginan prosedur tindakan dan target yang
6. Inkontinensia aliran untuk berkemih diharapkan
berlebih 5. Monitor tanda dan gejala ISK
7. Residu urine 6. Katerisasi jika diperlukan
8. Sensasi kandung kemih
penuh
9. Berkemih sedikit
Kondisi Terkait :
1. Sumbatan saluran
perkemihan
2. Tekanan ureter tinggi
3. Inhibisi arkus refleks
4. Sfingter uretra kuat

2 Inkontinenasia Defekasi Eliminasi Usus Perawatan Inkontinensia Saluran Cerna

Kode : 00014 Kode : 0501 Kode : 0410


Domain : 3 (Eliminasi dan Domain : 2 (Kesehatan Fisiologi) Domain : 1 (Fisiologis Dasar)
Pertukaran) Kelas : F (Eliminasi) Kelas : B (Manajemen Eliminasi)
Kelas : 2 (Fungsi
Gastrointestinal) Indikator 1. Kaji faktor fisik atau psikologis
1. 050101 Pola eliminasi penyebab inkontinensia fekal
Definisi : Pasase feses involunter 2. 050102 Kontrol gerakan feses 2. Kaji kejadian dan tipe inkontinensia,
3. 050103 Warna feses frekuensi, dan berbagai perubahan
Batasan karakteristik : 4. 050105 feses lembut dan dalam fungsi bowel dan konstistensi
1. Dorongan defekasi berbentuk fekal
2. Tidak mengenali dorongan 5. 050112 kemudahan BAB 3. Jelaskan penyebab masalah dan
defekasi rasionalisasi dari tindakan yang
3. Warna fekal dilakukan
4. Ketidakmampuan menunda 4. Hilangkan penyebab inkontinensia
defekasi (misalnya, medikasi, infeksi, impaksi
5. Ketidakmampuan fekal) jika memungkinkan
mengeluarkan feses padat 5. Tentukan kebutuhan program
bahkan mengetahui rektum manajemen bowel bersama
penuh pasien/keluarga
6. Tidak perhatian terhadap 6. Cuci area perineum dengan sabun dan
dorongan defekasi air dan keringkan sepenuhnya setelah
Bab
Kondisi terkait : 7. Monitor kulit perineum akan
1. Peningkatan tekanan berkembangnya luka dekubitus dan
abdomen terjadinya infeksi
2. Peningkatan tekanan usus 8. Implementasikan program latihan
normal bowel sesuai dengan kebutuhan
3. Gangguan fungsi kognitif 9. Monitor keadekuatan BAB
4. Diare kronis
5. Lesi kolorektal
SOP ELIMINASI URIN (KATETER)
Prosedur Kegiatan
Pengertian Kateter adalah selang yang digunakan
untuk memasukkan atau mengeluarkan
cairan. Kateterisasi urinarius adalah
memasukkan kateter melalui uretra ke
dalam kandung kemih dengan tujuan
mengeluarkan urin. Kateterisasi urine
sedapat mungkin tidak dilakukan kecuali
bila sangat diperlukan, karena dapat
menyebablkan infeksi nosokomial.
Tujuan a. Untuk mengambil sample urine guna
pemeriksaan kultur mikrobiologi
dengan menghindari kontaminasi.
b. Pengukuran residual urine dengan cara,
melakukan regular kateterisasi pada
klien segera setelah mengakhiri
miksinya dan kemudian diukur jumlah
urine yang keluar.
c. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras
dimasukan dalam kandung kemih
melalui kateter.
d. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu
cystometri dan uretral profil pressure.

Hal-hal yang harus diperhatikan a. Observasi letak meatus uretra


b. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia.
c. Kaji waktu berkemih terakhir.

Persiapan alat Nama alat


1. Set Kateter yang berisi
a. Duk alas steril
b. Duk berlubang steril
c. Mangkok steril/kom kecil
d. Kasa
e. Pinset anatomis
f. Lidi waten 2 buah
g. Sarung tangan steril
2. Kateter folley sesuai dengan ukuran
3. Urine bag (steril)
4. Silocain jelly steril dalam tempatnya
(steril)
5. Bethadin 10%
6. Korentang
7. Spuit 20 cc khusus untuk kateter (steril)
8. Kapas sublimat ditempatnya
9. Sarung tangan bersih
10. Aquades steril sesuai kebutuhan (20-30
cc)
11. Pengalas (perlak + kain)
12. Plester
13. Gunting
14. Bengkok/ Neare beken
15. Gantungan urine bag
16. Waskom mandi berisi air hangat
17. Sabun mandi
18. Handuk kecil/waslap kering
19. Waslap
Persiapan Klien 1. Menjelaskan pada klien mengenai
tujuan dari tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien
2. Kaji kembali keluhan klien dan
disesuaikan dengan indikasi, serta
rencana tindakan yang ingin diberikan
kepada klien
3. Kontrak waktu dengan klien : kapan
pelaksanaan dan berapa lama
pelaksanaan tindakan keperawatan
Fase Orientasi

1. Menguacpkan salam kepada klien


2. Mengidentifikasi klien dengan : nama,
tanggal lahir, nomor rekam medis klien

3. Memvaliadi kontrak waktu yang telah


disepakati
Fase Kerja
1. Mendekatkan alat alat kedekat klien
2. Menutup sampiran/gordyn
3. Mencuci tangan
4. Atur posisi dorsal rekumben
5. Pasang perlak dan alas dibawah bokong

6. Bersihkan vulva dengan waslap dan


sabun
7. Bersihkan dengan air
8. Buka sarung tangan
9. Membuka set kateter
10. Memakai sarung tangan steril
11. Pasang duk steril dibawah bokong
12. Memasang duk berlubang didaerah
genetalia klien
13. Membersihkan daerah meatrus uretra

14. Melumasi ujung kateter denga xylocain


untuk :
15. Wanita 4-5 cm
16. Pria 15-18 cm
17. Masukan kateter dan anjurkan untuk
menarik nafas dalam
18. Tampung urine langsung kedalam botol
steril k/p tampung dalam bengkok

19. Keluarkan kateter


20. Bersihkan genetalia dari sisa urine
21. Kirim botol urine yang diberi etiket ke
laboratorium
22. Merapihkan alat alat seperti semula
23. Mencuci tangan
Fase Terminasi

1. Mengevaluasi perasaan klien setelah


dilakukannya tindakan keperawatan

2. Mengevaluasi secara subyektif adanya


perubahan saat atau setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Sikap 1. Ramah dan sopan ( menjaga perasaan
klien)
2. Teliti dan hati-hati dalam melakukan
tindakan keperawatan
3. Cermat dalam mengambil langkah-
langkah tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Arwoto & Wartonah. (2015). KebutuhanDasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 6 Salemba Medika : Jakarta

Asmadi. (2018). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Hidayah, (2019) . Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine


Dan Fecal
Rosdahl, (2018). pendahuluan-kebutuhan-dasar-manusia-eliminasi-oleh-e.html

Anda mungkin juga menyukai