A. Pengantar
1. Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang essensial dan berperan
penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia, termasuk dalam hal ini
eliminasi fekal.
2. Eliminasi dibutuhkan untuk homeostatik melalui pembuangan sisa metabolisme.
Dimana secara garis besar, sisa metabolisme atau sampah yang berasal dari
saluran cerna dibuang sebagai feses.
3. Seperti halnya dalam eliminasi urine/berkemih, defekasi dalam keadaan normal
dilakukan seseorang sendiri, dalam ruangan tertentu, diatas suatu alat yang khusus
dibuat untuk memudahkan defekasi.
4. Dikarenakan kondisinya, maka pasien perlu bantu perawat dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi fekal sehari-hari selama dalam perawatan.
5. Sebagai perawat, perawat dapat memanfaatkan upaya yang tersedia untuk
membantu memenuhi kebutuhan fekal pasien dengan cara mengadakan
pendekatan.
6. Pendekatan-pendekatan untuk membantu pasien mudah dalam eliminasi
fekal/berdefekasi, antara lain:
7. Berikut ini diuraikan secara luas mengenal hal-hal yang berkaitan eliminasi fekal,
anatomi dan fisiologi saluran pencernaan yang berkaitan dengan eliminasi fekal,
faktor-faktor yang berhubungan dengan eliminasi fekal, masalah-masalah yang
berkaitan dengan eliminasi fekal, agar dapat menjadi bekal perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien yang perlu bantuandalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi fekal ini.
c. Lambung
1. Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara
mekanik dan kimiawi untuk pencernaan dan absorpsi.
2. Lambung mensekresi HCL, mukus, enzim pepsin, dan faktor intrinsik
(vitamin B12).
3. Vitamin B12 di lambung membantu dalam proses pembentukan eritrosit.
4. Apabila kekurangan vitamin B12 akan menyebabkan anemia pernisiosa
5. Sebelum makana meninggalkan lambung, ia diubah menjadi bahan yang
semifluid yang disebut Chyme/kimus.
d. Usus Halus
1. Usus halus merupakan saluran yang diameternya 2,5 cm dan panjangnya 6
meter.
2. Usus terdiri dari 3 bagian: doudenum, jejenum, ileum.
a) Duodenum dan jejnum mengabsorbsi nutrisi, elektrolit, dan lain-lain.
b) Ileum lebih berperan pada vitamin, Fe dan garam empedu
3. Makanan dalam bentuk Chyme/kimus tercampur dengan enzim pencernaan
(seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usus halus.
e. Usus Besar
1. Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karena
diameternya lebih besar dari usus halus.
2. Usus besar, panjangnya 6 cm x 1,5-1,8 m.
3. Usus besar terbagi atas caecum, kolon, dan rektum.
4. Chyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup
ileosekal, dimana katup ileosekal berfungsi mencegah regurgitasi.
5. Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang.
6. Kolon terdiri dari ascending, transverse, descending, dan sigmoid.
7. Kolon mempunyai 4 fungsi: absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
a. Flatus terjadi di kolon,
b. Flatus adalah udara besar yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat
c. Flatus : 400-700 ml/hari (menelan gas, difusi gas, dari aliran darah ke
dalam usus, kerja dari bakteri pada karbohidrat yang tidak diabsorbsi).
8. Fungsi utama usus besar/kolon diuraikan berikut ini:
a. Absorpsi/penyerapan air, Na Cl dan glukosa yang dikeluarkan dari
katup ileosekal berbentuk chime. Ada 1500 chyme melalui usus besar
setiap hari
b. Profektif, oleh sekresi musin (ion karbonat) yang pengeluarannya
dirangsang oleh nervus parasimpatis, seperti pada saat emosi sekresi
mucus akan meningkat.
c. Fungsi: melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan melindungi
dari trauma asam yang dihasilkan feases.
9. Ketika makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi haustral
10. Rectum : menyimpan feses
11. Proses-proses yang terjadi pada kolon:
a. Haustral churning : gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorpsi air 2.5 L air diabsorpsi dalam 24 jam, berlangsung selama
5 menit.
b. Colon peristaltik : gelombang mencampur yang lambat oleh otot
longitudinal dan otot sirkuler, mendorong chyme ke colon.
2. Proses Eliminasi
a. Pengertian
1. Eliminasi fekal adalah sampah produk pencernaan tubuh, dengan hasil
feses.
2. Defekasi adalah keluarnya feses dari anus dan rektum.
b. Rectum
1. Dewasa 15-20 cm (2.5-5 cm bagian distal = anal)
2. Terdapat jaringan yang bersilangan dan vertikal berisi vena dan artery
sehingga membantu menahan feses dalam rectum hemoroid.
c. Anus
1. Anus terdiri dari spincter Internal dan spincter Eksternal
2. Spincter Internal : kontrol tidak sadar, Innervasi nervous autonom.
3. Spincter Eksternal : Kontrol sadar, M. Levator Ani, innervasi nervous
somatic.
F. Fisiologi Defekasi
1. Review Pengertian Proses Defekasi
Proses defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa-sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus.
2. Dalam Defekasi Terdapat Dua Refleks, Yaitu Refleks Defekasi Intrinsik Dan
Refleks Defekasi Parasimpatis, Yang Diuraikan Berikut Ini:
a. Refleks defekasi intrinsik
1. Refleks ini berawal dari feses yang masuk rektum yang kemudian
menyebabkan rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerakan
peristaltik.
2. Setelah feses tiba di anus secara sistematis spingteer relaksasi maka terjadi
defekasi.
b. Relaksasi spingter maka terjadilah defekasi.
3. Proses Defekasi Juga Bisa Dijelaskan Atau Dipengaruhi 2 Refleks Ini, Yaitu
Refleks Pendek Dan Refleks Panjang Yang Diuraikan Dalam Bagan Berikut
Ini:
a. Refleks Pendek
Defekasi
b. Refleks Panjang
Defekasi
G. Produk Defekasi
Produk dari defekasi ialah feses, dimana:
1. Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat
2. Feses normal berwarna coklat
3. Baunya khas
4. Konsistensi : lembek namun berbentuk
5. Defekasi disertaidengan pengeluaran gas
6. Gas terdiri dari CO2, metana, H2S, O2, N2
7. Susunan feses:
a. Bakteri yang umumnya sudah mati
b. Lepasan epithelium dari usus
c. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin
d. Garam, terutama kalsium fosfat.
e. Sedikit zat besi, selulose
f. Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml).
2. Diet
a. Makanan berserat dan berselulosa besar di dalam diet penting untuk
mendukung volume vekal.
1) Diet lunak dan diet rendah serat kurang memiliki massa yang
mengakibatkan kurang menghasilkan sisa dalam produk buangan untuk
menstimulasi refleks defekasi.
2) Makanan rendah sisa, seperti nasi, telur, dan daging tanpa lemak, bergerak
lebih lambat didalam saluran usus.
3) Diet yang tidak teratur akan menganggu pola defekasi.
4) Meningkatkan asupan cairan dengan makanan seperti itu dapat
meningkatkan kecepatan pergerakannya.
b. Makanan yang dapat mempengaruhi eliminasi fekal meliputi:
1) Makanan penghasil gas, seperti kubis, bawang merah, kembang kol,
pisang, dan apel.
2) Makanan penghasil laksatif, seperti kulit gandum, buah prem, ara, cokelat
dan alkohol.
3) Makanan penghasil konstipasi seperti keju, pasta, telur, dan daging tanpa
lemak.
3. Asupan Cairan
a. Eliminasi fekal yang sehat biasanya memerlukan asupan cairan harian
sebanyak 2000 sampai 3000 mL.
b. Beberapa hal yang berkaitan asupan cairan yang dapat mempengaruhi
eliminasi fekal, bisa disebutkan di bawah ini:
1) Apabila kime bergerak dengan cepat secara tidak normal disepanjang usus
besar, waktu penyerapan kembali cairan kedalam darah menjadi lebih
singkat; akibatnya feses menjadi lunak dan bahkan berair/encer.
2) Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang berlebihan
(urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chime sehingga faeces yang dikeluarkan menjadi
keras.
a) Dalam hal ini, jika asupan cairan memadai atau haluaran (misalnya
urin atau muntah) cairan berlebihan karena alasan tertentu, tubuh terus
menyerap cairan dari kime saat bergerak disepanjang kolon.
b) Kime menjadi lebih kering dibandingkan normal menghasilkan feses
yang keras.
c) Di samping itu, pengurangan asupan cairan memperlambat perjalanan
kime disepanjang usus, makin meningkat penyerapan kembali cairan
dari kime.
4. Aktivitas fisik
a. Aktivitas fisik merangsang peristaltik meningkat, yang menyebabkan
terjadinya pergerakan kime di sepanjang kolon.
b. Otot abdomen dan panggul yang lemah seringkali tidak efektif dalam
meningkatkan tekanan intra abdomen selama defekasi atau dalam mengontrol
defekasi.
1) Otot yang lemah dapat terjadi akibat kurangnya latihan, imobilitas, atau
gangguan fungsi neurologi.
2) Pasien yang tirah baring sering mengalami konstipasi.
5. Faktor psikologis
Bagaimana seseorang berespon terhadap keadaan emosional merupakan hasil dari
perbedaan individu dalam rspons sistem saraf enterik terhadap stimulasi vagal dari
otak. Dalam kaitannya dengan eliminasi fekal, dapat diperlihatkan keadaan
emosional dan pengaruhnya pada feses yang keluar berikut ini:
a. Orang yang cemas atau marah peristaltiknya akan meningkatkan aktivitas
peristaltiknya, terjadi mual, selanjutnya berakibat diare.
b. Orang yang depresi akan memperlambat peristaltik usus/ motilitas usus, yang
berakibat terjadinya konstipasi.
6. Kebiasaan pribadi mempengaruhi keberhasilan berdefekasi normal, yang
diuraikan berikut ini:
a. Terdapat beberapa orang yang sulit buang air besar di tempat orang lain atas
tempat yang baru karena hilangnya privasi.
b. Banyak orang yang melakukan defekasi setelah sarapan, saat refleks
gastrokolik menyababkan gelombang peristaltik massa di usus besar.
c. Akibat-akibat pengabaian desakan berdefekasi:
1) Apabila seseorang mengabaikan desakan untuk melakukan defekasi ini, air
terus menerus di absorpsi, menjadikan feses mengeras dan sulit di
keluarkan.
2) Apabila refleks defekasi normal di hambat atau diabaikan, refleks
terkondisi ini cenderung melemah secara progresif.
3) Apabila terbiasa di abaikan, keinginan defekasi pada akhirnya akan
menghilang.
4) Kelompok-kelompok yang terbiasa mengabaikan defekasi:
a) Orang dewasa sering mengabaikan refleks defekasi karena tekanan
waktu dan kerja.
b) Pasien yang dirawat inap dapat menekan keinginan defekasi karena
rasa malu menggunakan pispot, kurang privasi, atau karena defekasi
sangat tidak nyaman.
d. Oleh karena itu, perlu pelatihan defekasi sejak dini agar dapat membentuk
kebiasaan defekasi pada waktu teratur.
8. Nyeri
a. Pasien yang mengalami hemoroid, bedah rectum, dan bedah abdomen akan
mengalami nyeri saat berdefekasi.
1) Untuk menghindari terjadinya rasa nyeri/ ketidaknyamanan tersebut, maka
pasien dengan hemoroid, atau bedah rektum seringkali
menekan/mengabaikan keinginan untuk defekasi.
2) Sehingga pasien-pasien ini sering mengalami masalah konstipasi.
b. Masalah konstipasi juga dapat terjadi sebagi efek samping obat analgesik
narkotik untuk mengatasi nyeri.
9. Kehamilan
a. Trimester akhir seringkali menimbulkan konstipasi.
b. Kehamilan menekan rectum.
10. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat menganggu eliminasi normal,
dianranya diuraikan berikut ini:
a. Obat-obatan yang secara langsung mempengaruhi eliminasi fekal, yaitu:
1. Laksatif untuk menstimulasi eliminasi bowel , dimana laksatif ini
merupakan obat yang menstimulasi aktifitas usus, yang dapat membantu
eliminasi fekal.
2. Obat lain melunakan feses, yang memfasilitasi defekasi.
3. Obat tertentu menekan aktivitas peristaltik dan dapat digunakan untuk
mengobati diare.
b. Obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan konstipasi, antara
lain:
1. Obat penenang tertentu dalam dosis besar, seperti morfin dan kodein
secara berulang, menyebakan konstipasi karena obat tersebut menurunkan
aktivitas gastrointestinal melalui kerjanya pada sistem saraf pusat.
2. Tablet zat besi, yang memiliki efek kontraksi (astingent), bekerja lebih
lokal di mukosa usus sehingga menyebabkan konstipasi.
c. Obat-obat yang mempengaruhi tampilan feses, antara lain:
1. Setiap obat yang menyababkan perdarahan pencernaan (mis, produk
aspirin) dapat menyebabkan feses berwarna merah atau hitam.
2. Garam zat besi yang menyebabkan feses berwarna hitam karena oksidasi
zat besi.
3. Antibiotik dapat menyebabkan warna abu-abu hijau.
4. Antasid dapat menyababkan warna keputihan atau bercak putih di dalam
feses.
5. Pepto-Bismol, sebuah obat yang biasa dijual bebas , menyebabkan feses
berwarna hitam.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan:
1. Tidak adekuatnya diet berserat
2. Immobilisasi/ tidak adekuatnya aktifitas fisik
3. Tidak adekuatnya intake cairan
4. Nyeri saat defekasi
5. Perubahan kebiasaan rutin (pemasukan diet)
6. Penyalahgunaan laksatif
7. Menunda defekasi
8. Penggunaan obat yang menyebabkan konstipasi (anti analgesic, antacid,
dan antikolinergal).
b. Diare berhubungan dengan:
1. Stress emosional, cemas
2. Tidak toleransi terhadap makanan (makanan busuk, beracun)
3. Gangguan diet
4. Inflamasi (radang) bowel
5. Efek samping obat
6. Alergi
7. Tindakan huknah.
c. Inkontinensia bowel berhubungan dengan:
1. Gangguan sistem syaraf sentral.
2. Injuri tulang belakang
3. Ketidakmampuan menahan defekasi
4. Diare
5. Impaksi fekal
6. Gangguan proses fikir/ persepsi
7. Kelemahan.
d. Potensial kekurangan volume cairan sehubungan dengan:
Diare ketidaknormalan pengeluaran cairan melalui ostomi.
e. Nyeri berhubungan dengan : radang hemoroid, distensi abdomen.
f. Gangguan perawatan diri (buang air besar) berhubungan dengan:
1. Kelemahan otot/ muskuloskeletal
2. Kelemahan.
g. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan:
1. Adanya ostomi
2. Inkontinensia fekal.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan dari asuhan keperwatan pada pemenuhan kebutuhan
eliminasi fekal meliputi tujuan dan kriteria evaluasi yang diuraikan berikut ini:
a. Tujuan
1. Mengenal eliminasi normal
2. Kembali kebiasaan defekasi yang regular
3. Cairan dan makanan yang sesuai
4. Olah raga teratur
5. Rasa nyaman terpenuhi
6. Integritas kulit dapat dipertahankan
7. Konsep diri baik.
b. Kriteria evaluasi:
1) Untuk klien dengan konstipasi:
a) Konsistensi feses
b) Pola defekasi normal
c) Tidak ada distensi abdomen, flatus dan perasaan penuh sebelum
defekasi
d) Defekasi nyaman
e) Diet dan cairan seimbang (8-10 gelas per hari, tinggi serat).
f) Latihan teratur setiap hari (minimal 15 menit berjalan).
g) Tidak menahan defekasi
h) Menggunakan laksatif seperlunya.
2) Untuk klien dengan diare
a) Buang air besar tidak lebih dari 2 kali sehari
b) Konsistensi feses baik
c) Hidrasi baik, kulit baik, urin out put 60 ml/jam.
d) Bebas dari nyeri abdomen dan iritasi perianal.
3) Untuk klien dengan inkontinensia bowel:
a) Pertahankan pola defekasi yang teratur
b) Inkontinensia berkurang
c) Bebas iritasi perianal dan bau
d) Berpartisipasi dalam program training bowel
e) Interaksi sosial baik.